Mengenal Aneurisma, Gejala, Penyebab, hingga Penangannya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Selasa, 27 Agustus 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Aneurisma adalah penggelembungan yang terjadi karena dinding pembuluh darah melemah. Kondisi ini bisa menjadi berbahaya bila terlambat dideteksi dan ditangani.

Mengenal Aneurisma, Gejala, Penyebab, hingga Penangannya

Pembuluh darah dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis besar, yakni pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Pembuluh darah arteri bertugas untuk mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Sedangkan pembuluh darah vena membawa darah dari seluruh tubuh kembali masuk ke jantung. Pertemuan antara pembuluh darah arteri dan kapiler ini dikenal dengan pembuluh darah kapiler.


Agar dapat memastikan aliran darah dalam tubuh berjalan dengan semestinya, organ yang terlibat harus optimal, termasuk pembuluh darah yang merupakan saluran atau ‘pipa’ tempat mengalirnya darah. Ketika terjadi kelainan, bahkan robekan pada pembuluh darah, peredaran darah bisa terganggu.


Aneurisma merupakan salah satu gangguan bentuk pada pembuluh darah yang bisa menyebabkan peredaran darah terganggu. Tidak hanya mengganggu aliran darah, aneurisma bahkan bisa menyebabkan komplikasi berupa perdarahan yang bisa menyebabkan kecacatan, bahkan kematian.


Apa itu Aneurisma?

Aneurisma adalah penggelembungan (ballooning) yang terjadi karena dinding pembuluh darah melemah. Penggelembungan yang terjadi biasa sekitar separuh diameter pembuluh darah normal.


Ada pandangan keliru bahwa aneurisma sama dengan aneurisma otak, tetapi hal ini tidak benar. Aneurisma bisa terjadi pada pembuluh darah apa pun, tidak hanya pada pembuluh darah di otak. Meskipun begitu, aneurisma memang lebih sering ditemukan pada pembuluh darah arteri, yang banyak terjadi pada otak, perut, lipat lutut, usus, dan limpa. 


Baca juga: Ring Jantung: Prosedur Cara Pemasangan dan Risikonya



Jenis Aneurisma


Berdasarkan Lokasi Terjadinya

Jenis aneurisma biasa dibedakan berdasarkan dengan lokasi terjadinya. Berikut ini adalah jenis aneurisma yang paling sering dijumpai:


Aneurisma Aorta

Aneurisma aorta adalah aneurisma yang terjadi pada arteri besar. Yang paling banyak ditemukan adalah aneurisma aorta abdominalis atau aorta yang terletak di perut.


Aneurisma Cerebral

Aneurisma cerebral adalah aneurisma otak yang terjadi pada pembuluh darah arteri di otak.


Aneurisma Poplitea

Aneurisma poplitea merupakan aneurisma yang terjadi pada bagian belakang atau lipat lutut.


Aneurisma Mesenterium

Aneurisma mesenterium adalah aneurisma yang terbentuk pada pembuluh arteri yang memasok perdarahan usus.


Aneurisma Karotis

Aneurisma karotis merupakan aneurisma yang terjadi pada pembuluh darah besar di samping leher, yang bertugas membawa darah ke leher, wajah, dan otak. Namun, jenis aneurisma ini termasuk jarang dijumpai.


Aneurisma Splenik

Aneurisma splenik adalah aneurisma yang terjadi pada pembuluh darah arteri di limpa. 


Baca juga: Kateterisasi Jantung: Cara Kerja dan Prosedur


Berdasarkan Ukuran dan Penyebab

Sedangkan berdasarkan ukuran dan penyebab atau mekanisme terbentuknya, jenis aneurisma dapat dibedakan menjadi:


Aneurisma Fusiform

Aneurisma fusiform terjadi bila penggelembungan terjadi pada seluruh sisi pembuluh darah, yang lebih mirip dengan pembengkakan pembuluh darah pada 1 lokasi saja.


Aneurisma Sakular

Aneurisma dikatakan sebagai aneurisma sakular ketika terjadi penggelembungan pembuluh darah hanya pada salah 1 sisi saja, atau bentuk penggelembungan ini menyerupai jamur yang terdapat pada 1 lokasi saja. Kondisi ini juga dikenal dengan aneurisma berry.


Aneurisma Mikotik

Aneurisma mikotik merupakan penggelembungan karena melemahnya pembuluh darah setelah terjadi infeksi (kebanyakan di katup jantung). 


Aneurisma Palsu

Pseudoaneurisma atau aneurisma palsu merupakan kondisi penggelembungan yang terjadi hanya pada lapisan luar pembuluh darah. Adanya robekan (diseksi) pada lapisan dalam dinding pembuluh darah akan menyebabkan darah merembes dan membuat lapisan di atasnya menggelembung.


Baca juga: Pentingnya Melakukan Pemeriksaan Screening Jantung


Gejala Aneurisma

Aneurisma seringkali tidak menyebabkan gejala spesifik hingga bertumbuh besar atau pecah.


Ketika menyebabkan keluhan, gejala aneurisma dipengaruhi oleh lokasi, ukuran, dan penyebabnya, yang biasanya berupa:


  • Merasa kelelahan secara kronis
  • Perubahan tajam penglihatan
  • Jantung berdebar-debar
  • Pembengkakan di leher
  • Kesulitan menelan
  • Benjolan di perut yang berdenyut
  • Mual dan muntah 
  • Sakit di dada, perut, maupun punggung
  • Sakit kepala
  • Linglung atau kliyengan
  • Tanda-tanda syok, yang meliputi penurunan tekanan darah secara drastis, keringat dingin, tidak enak badan, dan jantung berdebar-debar


Gejala Pecahnya Aneurisma

Kebanyakan orang yang memiliki aneurisma tidak mengetahui bahwa dalam tubuhnya tengah terjadi kelainan bentuk pada salah satu pembuluh darahnya, hingga terjadi pecahnya aneurisma maupun penyumbatan karena kondisi ini.


Berikut ini adalah tanda pecahnya aneurisma:


  • Jantung berdebar-debar
  • Kliyengan
  • Sakit kepala, dada, perut, maupun punggung, yang terasa sangat hebat dan terjadi secara mendadak
  • Setelah merasakan sakit kepala hebat, diikuti dengan penurunan kesadaran, baik berupa linglung, hingga pingsan


Ketika aneurisma pecah, Anda sebaiknya segera pergi ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan gawat darurat.


Baca juga: Pertolongan Pertama pada Serangan Jantung



Penyebab Aneurisma

Beberapa kasus aneurisma merupakan kondisi yang dialami sedari lahir, atau merupakan suatu kelainan bawaan. Namun, aneurisma juga bisa saja terjadi karena penyebab lain. Meski hingga saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab aneurisma, berikut ini adalah beberapa kondisi yang dicurigai bisa meningkatkan risiko terjadinya aneurisma:


  • Penyempitan pembuluh darah arteri (arterosklerosis), serta kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Cedera pada aorta
  • Memiliki keluarga yang juga menderita aneurisma 


Baca juga: Penyakit Jantung Koroner, Kenali Gejalanya


Diagnosis Aneurisma

Mengingat aneurisma hampir tidak pernah menimbulkan gejala, kondisi ini lebih banyak ditemukan saat pemeriksaan kesehatan umum, maupun ketika mendeteksi kondisi medis yang lain. Biasa aneurisma ditemukan ketika melakukan pemeriksaan penunjang dengan modalitas USG, CT-Scan, MRI, serta angiografi baik menggunakan CT-Scan maupun MRI.


Penanganan Aneurisma

Penanganan aneurisma disesuaikan dengan kondisi, ukuran, dan lokasi ditemukannya. Dokter bisa saja menyarankan operasi maupun peresepan obat untuk memperlambat pertumbuhan ukuran aneurisma dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah arteri. Beberapa obat tersebut biasa berasal dari golongan obat untuk meningkatkan peredaran darah, menurunkan tekanan darah, maupun menurunkan kadar kolesterol.


Jika aneurisma masih belum pecah, biasa dokter spesialis jantung dan pembuluh darah hanya akan melakukan pemantauan dan perawatan aneurisma, dengan tujuan untuk mencegahnya supaya tidak pecah. Sedangkan aneurisma yang besar dan berisiko pecah, maupun yang sudah pecah, perlu ditangani dengan operasi. Beberapa teknik operasi yang biasa dilakukan adalah:


1. EVAR

EVAR (endovascular aneurysm repair) merupakan operasi untuk memperbaiki pembuluh darah yang pecah dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah.


2. Endovascular Coiling

Endovascular coiling atau pemasangan coil melalui kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah. Dengan demikian, aliran darah ke aneurisma akan berkurang, dan ukurannya pun tidak akan membesar, sehingga kemungkinan pecahnya pun bisa diminimalkan.


3. Embolisasi

Embolisasi menggunakan kateter merupakan tindakan untuk menghentikan aliran darah ke aneurisma agar tidak makin besar, yang dilakukan dengan memasukkan obat atau zat untuk membuat emboli menggunakan kateter ke dalam pembuluh darah.


4. Microvascular Clipping

Microvascular clipping merupakan teknik operasi terbuka untuk memasangkan klip atau sejenis alat yang berguna untuk memutus aliran darah ke aneurisma, sehingga tidak makin besar bahkan pecah.


5. Operasi Terbuka

Operasi terbuka juga dapat dilakukan untuk menghilangkan aneurisma.


Baca juga: Apakah Penyakit Jantung Bisa Sembuh? Penyakit Jantung dan Upaya Pencegahannya



Komplikasi Aneurisma

Aneurisma yang tidak ditangani dengan tepat bisa menyebabkan komplikasi berupa pecahnya pembuluh darah yang bisa menyebabkan perdarahan hebat.


Selain itu, apabila aneurisma otak pecah, maka akan menyebabkan terjadinya stroke hemoragik. Sedangkan pecahnya aneurisma di arteri karotis dapat menyebabkan gumpalan darah mengalir kemudian menyumbat pembuluh darah otak, yang dikenal dengan stroke non-hemoragik.


Mengingat aneurisma kebanyakan tidak menyebabkan keluhan, Anda sangat disarankan untuk menjaga pola hidup guna menurunkan risiko terjadinya kondisi ini. Selain itu, lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala guna memastikan kondisi Anda. Percayakan pemeriksaan kesehatan Anda di Executive Health Check Up di RS Pondok Indah cabang terdekat.


Bagi Anda yang memiliki risiko, termasuk memiliki keluarga yang juga mengalami aneurisma, tidak ada salahnya memeriksakan kesehatan ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Pondok Indah, bahkan sebelum mengalami keluhan. Sebab pemeriksaan oleh dokter spesialis yang handal, dengan didukung oleh fasilitas medis terkini yang disediakan RS Pondok Indah, hasil pemeriksaan serta skrining aneurisma yang Anda lakukan akan lebih optimal.




Referensi:

  1. Cho MJ, Lee MR, et al,. Aortic aneurysms: current pathogenesis and therapeutic targets. Experimental & Molecular Medicine. 2023. (https://www.nature.com/articles/s12276-023-01130-w). Diakses pada 19 Agustus 2024.
  2. Golledge J, Thanigaimani S, et al,. Pathogenesis and management of abdominal aortic aneurysm. European Heart Journal. 2023. (https://academic.oup.com/eurheartj/article/44/29/2682/7210789#412761162). Diakses pada 19 Agustus 2024.
  3. Jiang H, Lu Z, et al,. The influence of sac centreline on saccular aneurysm rupture: Computational study. Scientific Reports. 2023. (https://www.nature.com/articles/s41598-023-38466-2). Diakses pada 19 Agustus 2024.
  4. Puertas-Umbert L, Almendra-Pegueros R, et al,. Novel pharmacological approaches in abdominal aortic aneurysm. Clinical Science. 2023. (https://portlandpress.com/clinsci/article/137/15/1167/233360). Diakses pada 19 Agustus 2024.
  5. Sadeh A, Kazemi A, et al,. Computational study of blood flow inside MCA aneurysm with/without endovascular coiling. Scientific Reports. 2023. (https://www.nature.com/articles/s41598-023-31522-x#Sec4). Diakses pada 19 Agustus 2024.
  6. American Heart Association. What is an Aneurysm? (https://www.heart.org/en/health-topics/aortic-aneurysm/what-is-an-aneurysm). Direvisi terakhir 30 Januari 2024. Diakses pada 19 Agustus 2024.
  7. Cleveland Clinic. Aneurysm. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22769-aneurysm). Direvisi terakhir 16 April 2024. Diakses pada 19 Agustus 2024.
  8. John Hopkins. Aneurysm. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/aneurysm). Diakses pada 19 Agustus 2024.
  9. Mayo Clinic. Aneurysm. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/aneurysms/symptoms-causes/syc-20354633). Direvisi terakhir 20 April 2023. Diakses pada 19 Agustus 2024.
  10. Penn Medicine. What is Aneurysm? (https://www.pennmedicine.org/for-patients-and-visitors/patient-information/conditions-treated-a-to-z/aneurysms). Direvisi terakhir 5 Februari 2022. Diakses pada 19 Agustus 2024.