Anxiety Disorder, ketika Kecemasan Sudah Mengganggu Keseharian

Oleh Tim RS Pondok Indah

Kamis, 27 Juni 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Anxiety disorder adalah salah satu kondisi terkait kesehatan mental yang paling sering terjadi. Kecemasan yang dirasakan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

Anxiety Disorder, ketika Kecemasan Sudah Mengganggu Keseharian

Beberapa orang mungkin merasa cemas ketika dihadapkan dengan situasi yang membuat stres, seperti akan menghadapi ujian, wawancara kerja maupun pindah ke lingkungan yang baru. Cemas yang terjadi merupakan reaksi manusiawi yang sangat baik, bahkan diperlukan pada beberapa kondisi, agar kita bisa lebih fokus dan mempersiapkan solusi untuk kondisi yang memicu timbulnya stres.


Anxiety disorder atau gangguan kecemasan merupakan salah satu kondisi terkait kesehatan mental yang paling sering terjadi. Meski demikian, hanya sedikit penderitanya yang mendapatkan pengobatan sesuai. Padahal, anxiety disorder sangat mungkin diatasi dengan pengobatan yang sesuai. 


Apa itu Anxiety Disorder?

Gangguan Kecemasan atau anxiety disorder adalah kondisi mental di mana seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan, berlarut-larut, dan sulit dikendalikan. Rasa cemas atau takut ini bahkan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari mereka yang memiliki anxiety disorder.


Sebagai salah satu gangguan jiwa yang umum terjadi, anxiety disorder dialami oleh hampir sebagian besar orang pada suatu waktu dalam hidupnya. Meski menjadi salah satu gangguan mental yang sering ditemukan, pengobatan untuk penderitanya belum maksimal. Padahal kondisi ini bisa saja menyebabkan komplikasi berupa depresi, menurunkan kualitas hidup penderitanya hingga meningkatkan risiko penderitanya bunuh diri.


Untuk itu, mengenali gejala anxiety disorder sedini mungkin merupakan langkah awal yang penting. Sebab kondisi ini bisa diatasi dengan psikoterapi dan penanganan langsung dari psikiater. Dengan penanganan yang sesuai, penderita anxiety disorder pun bisa kembali bekerja dan beraktivitas, sehingga perannya sebagai seorang manusia di tengah masyarakat bisa kembali dijalankan.


Jenis Anxiety Disorder

Beberapa jenis anxiety disorder, maupun kondisi yang dikaitkan dengan gangguan kecemasan, antara lain:


1. Gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder atau GAD)

Merupakan perasaan takut atau khawatir yang berlebih terhadap kondisi yang umum maupun aktivitas sehari-hari. Dinyatakan mengalami GAD jika keluhan menetap setidaknya selama 6 bulan hingga menyebabkan penderitanya tidak bisa beraktivitas.


2. Gangguan panik, dengan atau tanpa agorafobia (panic disorder with or without agoraphobia)

Mereka yang mengalami gangguan panik bisa merasa panik atau ketakutan yang sangat hebat dan mendadak, tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini bisa saja berulang, tetapi tidak bisa memprediksikan kapan serangan panik itu akan terjadi maupun kondisi apa yang akan memicunya. Sebagai akibatnya, beberapa penderita gangguan panik akan menghindari keramaian karena takut akan mengalami serangan di tempat umum.


3. Fobia spesifik (specific phobias)

Jenis gangguan kecemasan ini memiliki pemicu yang spesifik dan tidak rasional, bisa berupa hewan, benda, maupun situasi tertentu, misalnya warna kuning, darah, ketinggian maupun ruang tertutup. Mereka yang memiliki fobia spesifik cenderung akan mengupayakan segala hal untuk menjauhkan dirinya dari pemicu kecemasan atau ketakutannya.


4. Agorafobia (agoraphobia)

Agorafobia merujuk pada perasaan takut, dan sering kali menghindar, terhadap situasi atau tempat yang memicu serangan panik maupun perasaan terjebak, malu dan tidak berdaya. 


5. Gangguan kecemasan sosial atau fobia sosial (social anxiety disorder)

Mereka yang merasa takut terhadap lingkungan sosial atau untuk bersosialisasi dengan orang lain bisa saja termasuk ke jenis anxiety disorder ini. Ketakutan yang dirasakan terlahir dari anggapan bahwa dirinya tengah diawasi dan dinilai oleh orang lain, serta perasaan malu maupun takut saat berada di tengah keramaian.


6. Gangguan kecemasan berpisah (separation anxiety disorder

Gangguan kecemasan ini lebih banyak dialami oleh anak, yang ditandai dengan ketakutan berlebih ketika akan berpisah dengan orang tua, pengasuh atau orang yang dianggap berharga dalam kehidupan si kecil. 


7. Bisu selektif (selective mutism)

Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan seorang (anak, umumnya) untuk berbicara pada tempat atau situasi tertentu saja. Contoh yang banyak ditemukan adalah seorang anak yang dianggap bisu di sekolah, karena tidak mau berbicara sepatah kata pun. Namun, bisa berbicara dengan lancar di rumah. Kondisi ini tentunya bisa memengaruhi tumbuh kembang anak jika dibiarkan tanpa penanganan.


8. Gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD)

Kejadian atau situasi yang berbahaya, bahkan mengancam nyawa, akan meninggalkan pengalaman traumatis bagi penderita jenis anxiety disorder yang satu ini. Penderitanya kemudian akan merasa bersalah, terasingkan dari lingkungannya, dan sulit berinteraksi dengan sesamanya. 


9. Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive behaviour atau OCD)

Mereka yang mengalami OCD akan cenderung melakukan suatu tindakan secara berulang (jumlahnya selalu sama) untuk menenangkan kecemasan yang berasal dari pemikirannya sendiri. Ketika ‘ritual’ yang dilaksanakan untuk meredakan kecemasan tidak terlaksana, penderita OCD akan merasa tidak tenang, bahkan tidak bisa beraktivitas dengan normal. 


Baca juga: Panic Attack: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya


Gejala Anxiety Disorder

Meski cemas merupakan hal yang normal, bahkan diperlukan. Anda perlu waspada bila kecemasan yang terjadi sangat mengganggu atau makin parah seiring dengan berjalannya waktu, karena kondisi ini bisa saja merupakan gejala awal anxiety disorder


Gejala khas dari anxiety disorder adalah perasaan khawatir atau takut akan suatu situasi yang spesifik, misalnya takut mengalami serangan panik. Rasa takut ini sering kali tidak rasional dengan situasi dan usia penderitanya.


Selain itu, beberapa gejala gangguan kecemasan yang perlu Anda kenali adalah sebagai berikut ini:


  • Tubuh gemetar
  • Berkeringat dingin
  • Jantung berdebar kencang (terkadang disertai nyeri dada, yang sering disalah artikan sebagai serangan jantung)
  • Merasa mual atau sakit perut
  • Napas menjadi lebih cepat, terengah-engah, atau sesak napas
  • Tubuh terasa lemas
  • Merasa gugup, gelisah atau tidak bisa tenang, dan tegang, serta lebih mudah marah
  • Merasa seolah-olah akan mengalami kemalangan atau malapetaka maupun akan berada dalam kondisi yang membahayakan 
  • Kesulitan berkonsentrasi atau mengambil keputusan
  • Merespon kondisi yang memicu kecemasan secara berlebih atau tidak rasional, tetapi respon ini pun tidak bisa dikontrol oleh penderitanya
  • Mengalami gangguan tidur, baik jadi sulit tidur maupun tidak bisa tidur (insomnia)
  • Kecemasan telah menyebabkan gangguan dalam kehidupan penderitanya, bahkan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari


Beberapa gejala anxiety disorder akan dialami selama beberapa bulan. Bahkan, penderita gangguan kecemasan sering menghindari situasi yang bisa memicu rasa cemasnya sebagai bentuk pertahanan diri. Akibatnya, penderita anxiety disorder tidak dapat menunjukkan potensinya dengan maksimal, atau tidak dapat beraktivitas maupun menjalin hubungan sosial dengan sesamanya.


Gejala anxiety disorder tentu bisa mengganggu kegiatan sehari-hari. Jadi, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran kejiwaan atau psikiater. Dengan begitu, Anda atau orang terdekat bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai.


Baca juga: Gadget dan Kesehatan Mental


Penyebab Anxiety Disorder

Penyebab gangguan kecemasan memang tidak diketahui dengan pasti hingga saat ini. Beberapa ahli meyakini anxiety disorder sebagai kombinasi dari faktor genetik, perubahan senyawa di otak, dan lingkungan pada mereka yang memiliki faktor risiko, dengan dipicu oleh suatu kejadian yang traumatik. 


Adanya perubahan keseimbangan senyawa di otak bisa saja terjadi karena adanya akumulasi stres yang tidak ditangani dengan tepat. Kondisi ini akan menyebabkan pengaturan rasa takut dan emosi terganggu, yang akan berkembang menjadi anxiety disorder ketika dialami oleh mereka yang memiliki faktor risiko gangguan kecemasan.


Faktor Risiko Anxiety Disorder

Beberapa faktor yang dapat membuat seseorang lebih berisiko mengalami anxiety disorder, yaitu:


  • Pengalaman negatif yang menyebabkan stres atau trauma psikologis 
  • Memiliki kepribadian yang cenderung pemalu atau sering dilarang maupun dibatasi ketika merespon suatu kondisi
  • Mengalami gangguan kepribadian
  • Efek samping obat atau zat tertentu, termasuk kafein dan narkoba
  • Penyakit tertentu, seperti gangguan irama jantung dan penyakit tiroid


Wanita diketahui lebih banyak mengalami anxiety disorder. Namun, hingga kini belum diketahui pasti penyebabnya. Hormon dianggap menjadi penyebab utama kondisi ini. Selain itu, kesenjangan gender pada beberapa budaya membuat wanita lebih sulit mendapatkan pertolongan medis yang maksimal dan membuat kecemasan makin parah.


Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental Generasi Sandwich


Penanganan Anxiety Disorder

Sebelum memberikan penanganan dokter spesialis kedokteran jiwa akan terlebih dulu memastikan bahwa tidak ada masalah kesehatan (penyakit) yang memicu keluhan Anda. Setelah dipastikan bahwa Anda menderita gangguan kecemasan, barulah dokter akan memberikan penanganan yang sesuai.


Penanganan anxiety disorder yang dilakukan oleh dokter bisa berupa psikoterapi, obat-obatan, maupun kombinasi keduanya, yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan Anda. CBT (cognitive behavioral therapy) merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang sering dilakukan. Sedangkan untuk obat-obatan, dokter akan meresepkan golongan obat penenang, antidepresan, dan beta-blockers (untuk meredakan keluhan jantung berdebar) sesuai dengan keluhkan yang dialami penderita anxiety disorder.


Pentingnya Support System bagi Penderita Anxiety Disorder

Keberhasilan pengobatan juga sangat dipengaruhi oleh support system yang dimiliki penderita anxiety disorder. Oleh karena itu, pastikan untuk menginformasikan kondisi ini kepada orang terdekat, yang bisa saja adalah pasangan, keluarga inti, kerabat, maupun teman Anda.


Selain itu, Anda juga bisa melakukan beberapa tips berikut untuk memaksimalkan upaya penanganan anxiety disorder dan mengurangi kecemasan yang dirasakan:


  • Curhat dengan teman atau dengan komunitas 
  • Olahraga rutin
  • Memastikan waktu tidur cukup
  • Menghindari konsumsi minuman berkafein dan beralkohol
  • Menerapkan teknik-teknik untuk mengelola stres, termasuk dengan melakukan meditasi, journaling atau hobi Anda, maupun terapi pernapasan


Jika tidak diatasi dengan tepat, bahkan dibiarkan tanpa penanganan, anxiety disorder dapat menyebabkan komplikasi. Oleh karena itu, jangan malu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran jiwa, jika Anda merasakan keluhan yang menyerupai gejala anxiety disorder


Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Konsentrasi pada Anak


Anda juga bisa menyarankan orang terdekat yang mengalami gejala anxiety disorder untuk memeriksakan diri ke dokter. Dengan saran dan dukungan Anda, orang terdekat itu pun bisa mendapatkan pertolongan dari ahli sedini mungkin. Sehingga ia dapat terbebas dari perasaan cemas yang mungkin sudah menghantui, bahkan menyebabkan gangguan pada kehidupannya, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun pekerjaan.


Jangan takut untuk berkonsultasi karena akan dianggap sebagai pribadi yang lemah, karena penanganan yang tepat dari dokter spesialis kedokteran kejiwaan atau psikiater di RS Pondok Indah justru akan membantu Anda maupun orang terdekat dalam mengatasi anxiety disorder. Dengan begitu, gangguan ini tidak menurunkan kualitas hidup maupun membatasi aktivitas, bahkan mungkin bisa membantu Anda menemukan versi terbaik dari diri Anda. 



Referensi:

  1. Javaid SF, Hashim IJ, et al,. Epidemiology of anxiety disorders: global burden and sociodemographic associations. Middle East Current Psychiatry. 2023. (https://link.springer.com/article/10.1186/s43045-023-00315-3). Diakses pada 26 juni 2024.
  2. Liu XQ, Guo YX, Xu Y. Risk factors and digital interventions for anxiety disorders in college students: Stakeholder perspectives. World Journal of Clinical Cases. 2023. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10011984/). Diakses pada 26 Juni 2024.
  3. Singewald N, Sartori SB, et al,. Alleviating anxiety and taming trauma: novel pharmacotherapeutics for anxiety disorders and posttraumatic stress disorder. Neuropharmacology. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0028390823000084). Diakses pada 26 Juni 2024.
  4. American Psychiatric Associations. What are Anxiety Disorders? (https://www.psychiatry.org/patients-families/anxiety-disorders/what-are-anxiety-disorders). Direvisi terakhir Juni 2023. Diakses pada 26 Juni 2024.
  5. World Health Organization. Anxiety Disorders. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/anxiety-disorders). Direvisi terakhir 27 September 2023. Diakses pada 26 Juni 2024.
  6. Cleveland Clinic. Anxiety Disorders. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9536-anxiety-disorders). Direvisi terakhir 17 Desember 2020. Diakses pada 26 Juni 2024.