Apakah Cacar Monyet Menular? Penularan dan Cara Mencegahnya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 06 September 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cacar monyet adalah penyakit menular yang disebabkan virus mpox. Kasus penularan antar manusia biasanya terjadi melalui droplets. Simak cara pencegahannya!

Apakah Cacar Monyet Menular? Penularan dan Cara Mencegahnya

Istilah cacar monyet sebenarnya diganti dengan sebutan mpox oleh WHO sejak November 2022, karena cenderung memberikan kesan yang negatif. Namun, istilah cacar monyet masih banyak digunakan hingga saat ini. 


Penyakit cacar monyet adalah penyakit menular ketika penderitanya belum mengalami gejala, tetapi bisa saja sembuh dengan sendirinya. Meski demikian, kondisi ini berisiko menyebabkan gejala yang parah, bahkan komplikasi pada yang memiliki kekebalan tubuh lemah bisa. Untuk itu, ketahui gejala cacar monyet agar dapat mencegah infeksi virus mpox, terutama bagi Anda yang berisiko atau tinggal bersama orang yang berisiko.


Apa itu Cacar Monyet?

Cacar monyet atau monkeypox (mpox) adalah salah satu penyakit zoonosis, atau suatu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Agen penyebab cacar monyet adalah virus monkeypox


Alasan kondisi ini dikenal dengan nama cacar monyet adalah karena kasus pertamanya ditemukan menginfeksi sekelompok monyet penelitian. Meski awalnya ditularkan dari hewan, penularan juga bisa terjadi antarmanusia.


Baca juga: Pentingnya Vaksinasi bagi Orang Dewasa



Penularan Cacar Monyet


Awal Penularan Penyakit dari Hewan ke Manusia

Sebagai penyakit zoonosis, cacar monyet dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Hewan yang umumnya terinfeksi dan kemudian menularkan virus ini adalah dari golongan hewan pengerat, seperti tikus, dan primata, yang salah satunya adalah monyet. Penyebaran virus mpox dari hewan ke manusia terjadi, ketika:


  • Digigit atau dicakar hewan yang terinfeksi
  • Kontak dengan cairan tubuh, seperti air kencing atau darah, maupun ruam kulit hewan yang mengalami cacar monyet
  • Mengonsumsi daging maupun jeroan hewan yang terinfeksi cacar monyet, yang tidak dimasak sampai matang
  • Menggunakan produk yang terbuat atau mengandung bagian tubuh, seperti kulit maupun bulu, hewan yang terinfeksi


Penularan Antar Manusia

Selain kontak dengan hewan yang terinfeksi, penyakit cacar monyet juga bisa ditularkan dari manusia yang terinfeksi ke manusia lainnya. Rute atau cara penularan cacar monyet dari manusia ke manusia adalah sebagai berikut ini:


  • Melalui kontak langsung dengan ruam atau bintik merah di kulit, koreng atau keropeng, maupun cairan tubuh (air kencing atau darah) orang yang terinfeksi virus mpox.
  • Kontak erat yang terjadi dalam waktu lama dengan orang yang terinfeksi cacar air, terlebih yang terpapar droplets maupun berhubungan seksual. Definisi lama pada kasus ini adalah lebih dari 4 jam.
  • Menggunakan atau menyentuh pakaian, sprei, selimut, maupun permukaan yang sebelumnya digunakan maupun telah terkontaminasi cairan tubuh atau cairan pada lepuhan orang yang menderita cacar monyet.
  • Seorang wanita yang hamil dan sedang terinfeksi cacar monyet bisa saja menularkan penyakit ini ke janinnya, maupun ketika proses persalinan melalui kontak kulit ibu dan bayi.


Jadi, jika Anda masih bertanya-tanya apakah cacar monyet menular? Jawabannya adalah iya. Selain menular dari hewan, penyakit ini juga bisa ditularkan antarmanusia. Baik dari hewan maupun manusia, penularan virus mpox hanya terjadi ketika ada kontak erat dengan sumber infeksi. Namun, hingga saat ini belum ditemukan bukti penularan cacar monyet dari manusia ke hewan.


Baca juga: Dermatitis Kontak, Penyebab Kulit Gatal Setelah Terpapar dengan Suatu Pemicu


Gejala Penyakit Cacar Monyet

Gejala cacar monyet bisa mulai muncul 1-21 hari setelah terpapar dengan virus mpox. Rentang waktu antara paparan hingga munculnya gejala disebut dengan masa inkubasi.

Beberapa gejala cacar monyet yang paling banyak dikeluhkan, antara lain:


  • Demam
  • Ruam merah di kulit yang berisi cairan atau nanah
  • Sakit kepala hebat
  • Pegal-pegal atau nyeri otot
  • Sakit tenggorokan
  • Encok atau nyeri punggung
  • Merasa lebih lemas
  • Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher, ketiak dan selangkangan


Berbagai gejala tersebut akan umumnya akan bertahan selama 2-4 minggu, bahkan lebih lama pada mereka yang kekebalan tubuhnya lebih lemah.


Mengingat gejala yang ditimbulkan penyakit cacar monyet sekilas menyerupai cacar air, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam untuk memastikan penyebab dari keluhan yang dirasakan saat ini.


Baca juga: Kenali DBD, mulai dari Penyebab hingga Penanganannya


Lalu, Apa Perbedaan Cacar Air dan Cacar Monyet?

Meskipun gejala cacar monyet mirip dengan cacar air, keduanya merupakan penyakit yang berbeda. Bahkan, penyakit cacar monyet dapat dikatakan lebih berbahaya ketimbang cacar air.


Ruam merah yang terjadi pada cacar monyet sebenarnya hampir sama dengan yang dialami oleh penderita cacar air, yakni kulit yang berwarna kemerahan, atau diawali dengan munculnya bintik merah pada hari pertama hingga ketiga sejak terjadinya demam.


Gejala cacar monyet berupa bintik merah di kulit ini kemudian akan berkembang menjadi lentingan, dari yang awalnya hanya berisi air hingga berisi nanah. Setelah muncul nanah di dalamnya, ruam kemudian akan menjadi kering dan lebih keras, baru kemudian menjadi keropeng lalu rontok.


Jumlah ruam yang merupakan gejala cacar monyet sangat bervariasi, bahkan bisa sampai ribuan. Lokasi munculnya ruam kebanyakan dimulai dari daerah wajah, yang kemudian turun ke arah leher, dada, hingga bagian tubuh lainnya, termasuk tangan dan kaki.


Namun, ruam cacar air lebih banyak ditemukan pada daerah wajah, telapak tangan dan telapak kaki, bahkan pada kelamin, mulut maupun mata. Selain itu, perbedaan cacar air dan cacar monyet bisa Anda temukan sebagai berikut ini:


  • Pembengkakan kelenjar getah bening lebih mungkin dialami oleh penderita cacar monyet.
  • Virus yang menyebabkan cacar monyet adalah mpox yang merupakan keluarga orthopoxvirus, sedangkan cacar air karena virus herpes.
  • Cacar air lebih menular dibandingkan dengan cacar monyet.
  • Munculnya ruam kemerahan yang dialami orang dengan cacar monyet akan terjadi secara bersamaan, atau dalam 1 waktu, sedangkan pada penderita cacar air biasanya ruam kulit muncul secara bertahap.
  • Gejala cacar air lebih cepat sembuh, yakni sekitar 2 minggu, sedangkan gejala cacar monyet biasa sembuh dalam waktu 2-4 minggu.


Baca juga: Hindari Penularan Penyakit Cacar Air



Cara Mencegah Cacar Monyet

Seseorang bisa menularkan virus cacar monyet ke orang lain sejak munculnya gejala hingga koreng sembuh. Namun, pada beberapa orang, proses penularan bisa saja terjadi bahkan sejak 4 hari sebelum munculnya gejala cacar monyet. Oleh karena itu, diperlukan cara mencegah penyakit cacar monyet yang baik dan benar, dengan menerapkan beberapa tips berikut ini:


  • Hindari kontak dengan hewan yang terinfeksi cacar monyet, atau yang mati mendadak maupun sedang sakit.
  • Hindari kontak dengan perlengkapan tidur maupun benda lain yang terkontaminasi virus mpox, misal yang sebelumnya digunakan atau disentuh orang yang sedang sakit cacar monyet.
  • Masak makanan hingga matang, terutama untuk daging maupun jeroan hewan.
  • Cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air mengalir, dengan teknik mencuci tangan yang benar.
  • Hindari kontak dengan orang yang sedang mengalami cacar monyet.
  • Jika kontak dengan penderita cacar monyet tidak terhindarkan, gunakan alat pelindung diri ketika merawat orang yang terinfeksi cacar monyet.
  • Terapkan perilaku seks yang aman dengan tidak bergonta-ganti pasangan, serta tunda, atau setidaknya gunakan kondom, ketika berhubungan intim dengan penderita cacar monyet.
  • Bila sedang menderita cacar monyet, lakukan isolasi atau karantina mandiri, supaya tidak menularkan virus ke orang lain.
  • Gunakan masker untuk mencegah penularan cacar monyet ketika terpaksa berjumpa orang lain.
  • Bersihkan rumah, terutama permukaan benda yang sering disentuh oleh banyak orang, secara rutin.


Untuk memaksimalkan upaya pencegahan cacar monyet, Anda bisa melakukan vaksin. Namun, akan lebih baik jika Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah. Dengan berkonsultasi, dokter spesialis akan menyarankan langkah pencegahan yang paling sesuai.


Selain untuk menerima vaksin cacar maupun upaya pencegahan, periksa ke dokter spesialis juga sebaiknya Anda lakukan ketika mengalami keluhan yang menyerupai gejala cacar monyet. Meski umumnya cacar monyet bukanlah kondisi yang berbahaya, karena bisa sembuh dengan sendirinya, sekitar 2-4 minggu, pengobatan dari dokter tetap diperlukan untuk mempercepat pemulihan serta meredakan keluhan yang Anda alami.


FAQ Cacar Monyet


Cacar Monyet Disebabkan oleh Apa?

Cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox, bagian dari keluarga virus orthopoxvirus. Virus ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, luka kulit, atau droplet pernapasan orang yang terinfeksi, serta melalui kontak dengan hewan terinfeksi atau benda yang terkontaminasi.


Siapa yang Paling Beresiko Terkena Cacar Monyet?

Orang yang paling berisiko terkena cacar monyet adalah mereka yang memiliki kontak langsung dengan penderita, hewan terinfeksi, atau benda terkontaminasi. Risiko lebih tinggi pada petugas kesehatan, orang dengan imunitas rendah, dan mereka yang tinggal di daerah endemik.


Jika Terkena Cacar Monyet Apakah Boleh Mandi?

Ya, orang yang terkena cacar monyet boleh mandi, tetapi harus berhati-hati. Penting untuk menjaga kebersihan, namun hindari menggosok atau menyentuh luka cacar untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain atau orang lain.


Referensi:

  1. Amer F, Khalil HE, et al,. Mpox: Risks and approaches to prevention. Journal of infection and public health. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1876034123001119#sec0155). Diakses pada 16 Agustus 2024.
  2. Chen Y, Li Y, et al,. Knowledge of human mpox (monkeypox) and attitude towards mpox vaccination among male sex workers in China: a cross-sectional study. Vaccines. 2023. (https://www.mdpi.com/2076-393X/11/2/285). Diakses pada 16 Agustus 2024.
  3. Yang S, Guo X, et al,. Possibility of mpox viral transmission and control from high-risk to the general population: a modeling study. BMC Infectious Diseases. 2023. (https://link.springer.com/article/10.1186/s12879-023-08083-5). Diakses pada 16 Agustus 2024.
  4. World Health Organization. Mpox. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox). Direvisi terakhir 18 April 2023. Diakses pada 16 Agustus 2024.
  5. Centers for Disease Control and Prevention. Mpox. (https://www.cdc.gov/poxvirus/mpox/about/index.html). Direvisi terakhir 18 April 2024. Diakses pada 16 Agustus 2024.
  6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Monkeypox - Infeksi Emerging. (https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/download/wQz). Direvisi terakhir 27 Juli 2023. Diakses pada 16 Agustus 2024.
  7. Cleveland Clinic. Mpox. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22371-monkeypox). Direvisi terakhir 25 April 2023. Diakses pada 16 Agustus 2024.
  8. Mayo Clinic. Monkeypox: What is it and how can it be prevented? (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infectious-diseases/expert-answers/monkeypox-faq/faq-20533608). Direvisi terakhir 5 Juni 2024. Diakses pada 16 Agustus 2024.