Informasi Terkait Autisme yang Perlu Diketahui

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 25 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Autisme bukanlah suatu penyakit, melainkan gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan penderitanya dalam berkomunikasi, berpikir, dan berperilaku.

Informasi Terkait Autisme yang Perlu Diketahui

Setiap anak memiliki tumbuh kembang yang berbeda. Anak dengan spektrum autisme, termasuk kasus khusus, dimana terjadi keterlambatan dibeberapa aspek tumbuh kembangnya, seperti terlambat berbicara, kurang peka terhadap perasaan orang lain, tidak merespons saat namanya dipanggil, maupun lebih sering bermain atau tampak sibuk dengan dunianya sendiri. 


Meski begitu, bukan berarti anak autis tidak bisa berteman, belajar, atau melakukan banyak aktivitas seperti teman sebayanya. Anak autis tetap bisa memiliki tumbuh kembang yang optimal jika mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter.


Apa Itu Autisme?

Autisme, atau autis, yang dalam dunia medis dikenal dengan istilah Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan saraf pusat yang akan mempengaruhi cara berkomunikasi, berpikir, berperilaku, dan berinteraksi penderitanya.


Umumnya, gejala autisme muncul sebelum anak berusia 3 tahun dan bertahan seumur hidup penderitanya, karena kondisi ini bukan merupakan penyakit. Gejala awal anak dengan autisme yang bisa dikenali adalah keterlambatan tumbuh kembangnya. Oleh sebab itu, anak autis membutuhkan penanganan dan pemantauan dari dokter secara berkala.


Baca juga: 4 Perbedaan Hiperaktif dan Autisme yang Perlu Diketahui oleh Orang Tua



Jenis Autisme

Autisme disebut dengan spektrum karena gejala dan tingkat keparahannya bisa berbeda tiap penderita. Oleh sebab itu, kondisi ini bisa dibagi menjadi beberapa jenis atau kategori sebagai berikut ini:


  1. Sindrom Asperger, merupakan spektrum autisme yang memengaruhi kemampuan bersosialisasi (seperti berempati atau menjalin pertemanan), tanpa memengaruhi kemampuan intelektual anak.
  2. Autistic Disorder, yang lebih dikenal dengan autisme klasik, karena penderitanya akan mengalami gangguan pada semua aspek tumbuh kembang, yakni berbicara, interaksi sosial, dan berperilaku. Gejala autisme spektrum ini sudah terlihat sejak anak belum genap menginjak usia 3 tahun.
  3. Childhood Disintegrative Disorder (CDD), termasuk spektrum autisme yang mungkin sulit dikenali. Sebab anak yang mengalami kondisi ini akan memiliki tumbuh kembang yang normal hingga berusia 2 tahun, baru setelahnya terjadi gangguan perkembangan pada sebagian (khususnya kemampuan berkomunikasi), bahkan seluruh, aspek kemampuannya.
  4. Pervasive Developmental Disorder (PDD atau autisme atipikal), merupakan spektrum autisme yang ditandai dengan beberapa gejala autisme, tetapi tidak dapat dikelompokkan ke spektrum autisme yang lain.


Baca juga: 10 Pantangan Makanan Anak Autis yang Perlu Diketahui oleh Orang Tua


Gejala Autisme

Meski berbeda-beda, berikut ini adalah beberapa gejala autisme yang sering ditemukan:


Gangguan dalam komunikasi dan interaksi sosial


  • Lebih sering terlihat bermain sendiri, dibandingkan dengan bermain bersama teman sebayanya
  • Tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain
  • Sering mengulang kata yang sama
  • Tidak menunjuk objek yang disukai pada usia 15 bulan
  • Tidak melakukan 'role play' atau berpura-pura berperan menjadi guru atau pahlawan super ketika anak berusia 3 tahun
  • Jarang, bahkan tidak pernah terlihat sedang bernyanyi, menari, atau berakting, pada usia 5 tahun


Gangguan perilaku


  • Senang melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dan akan marah ketika gerakan tersebut dilarang
  • Memiliki minat dan ketertarikan yang kuat pada suatu hal, serta mengalami kesulitan untuk mengalihkannya, seperti terpaku melihat kipas angin
  • Meski tidak selalu, beberapa anak dengan autisme akan menunjukkan perilaku agresif, seperti membenturkan kepala, menggigit, memukul, atau menampar


Gangguan lainnya


  • Terlambat bicara
  • Terlambat berjalan
  • Mengalami gangguan pencernaan, misalnya sembelit
  • Suasana hati mudah berubah
  • Bisa merasa sangat takut pada suatu hal atau justru tidak takut sama sekali


Anda perlu memahami bahwa keparahan gejala autis pada setiap anak berbeda-beda, baik ringan hingga yang menghambat aktivitas sehari-hari. Bila ragu, bawa si Kecil untuk dievaluasi tumbuh kembangnya ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat, terutama bila menunjukkan gejala autisme.


Baca juga: Si Kecil Kerap Mendengkur? Kenali Bahaya Mendengkur pada Anak


Penyebab Autisme

Penyebab pasti autisme belum diketahui. Namun, kondisi ini dipicu oleh gangguan pada bagian otak yang bertanggung jawab dalam memproses pesan sensorik dan bahasa. Faktor genetik juga dicurigai memegang peran terjadinya autisme, karena anak dengan orang tua yang mengalami autis akan lebih berisiko mengalami kondisi serupa.


Yang jelas, autisme bukanlah penyakit menular, bukanlah efek samping imunisasi, maupun kesalahan pola asuh atau pola makan.


Faktor Risiko Autisme

Meski penyebabnya belum dapat dipastikan, ada beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko anak mengalami austime, yakni:


  • Memiliki riwayat orang tua dengan kondisi autisme
  • Usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun
  • Mengalami kelainan genetik, seperti Down Syndrome, sindrom fragile X, dan Rett
  • Berat badan bayi saat lahir tidak normal, terutama yang kurang dari 1500gram
  • Bayi mengalami komplikasi saat lahir, terutama asfiksia atau kekurangan oksigen
  • Bayi berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko mengalami autisme 4 kali lebih besar dari pada yang berjenis kelamin perempuan


Kapan Harus ke Dokter?

Mengenali gejala autisme memang tidak mudah, tetapi kontrol rutin sesuai dengan arahan dokter anak bisa menjadi skrining awal, terutama ketika anak mengalami gangguan tumbuh kembang. Namun, Anda harus segera membawa buah hati periksa ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat jika mengalami gejala berikut ini:


  • Saat berusia 6 bulan tetapi tidak tersenyum sama sekali, atau tidak menunjukkan ekspresi bahagia, maupun membalas senyum orang lain
  • Saat berusia 9 bulan, tidak menirukan ekspresi wajah atau suara, maupun menunjukkan kontak mata
  • Saat berusia 12 bulan, tidak merespon ketika namanya dipanggil, anak belum mulai mengoceh, dan tidak melambaikan tangan maupun menunjuk ke suatu benda
  • Saat berusia 16 bulan, anak sama sekali belum bisa mengucapkan kata-kata
  • Saat berusia 24 bulan, anak belum bisa membentuk 1 frasa atau menggabungkan setidaknya 2 kata, seperti 'mau mamam'


Selain itu, jangan tunda ke dokter spesialis anak jika Si Kecil tiba-tiba kehilangan kemampuan yang sebelumnya dimiliki, contohnya dulu bisa berbicara, tetapi sekarang tidak. Anda juga perlu memeriksakan anak ke dokter apabila ia suka melakukan suatu gerakan secara berulang, seperti mengepakkan tangan atau mengayun, serta suka menyendiri dan tidak berminat untuk bermain dengan teman sebayanya.


Baca juga: Mengenal Apa Itu Down Syndrome, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Penanganannya 



Diagnosis Autisme

Menegakkan diagnosa anak menderita autisme tidaklah mudah. Dokter spesialis anak perlu melakukan serangkaian pemeriksaan dan pemantauan perkembangan anak untuk memastikan kondisi tersebut.


Pemeriksaan dimulai dengan dokter melakukan observasi perilaku anak, teramsuk cara anak berinteraksi, berbicara atau menanggapi orang lain, dan kebiasaan melakukan gerakan berulang. Dokter juga akan menanyakan riwayat kondisi serupa yang dialami keluarga, maupun riwayat adanya komplikasi saat anak dilahirkan kepada orang tua pasien.


Baca juga: Kiat Perawatan Gigi Anak Autisme


Penanganan Autisme

Karena bukan merupakan suatu penyakit, autisme tidak bisa disembuhkan. Namun, penanganan dan pengobatan dari dokter spesialis anak sedini mungkin sangat penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Dengan demikian, anak bisa belajar, bermain, dan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.


Penanganan untuk autisme berbeda-beda pada setiap anak, sesuai dengan usia, tingkat keparahan kondisi, dan kebutuhan anak. Berikut ini adalah beberapa jenis perawatan untuk anak autisme yang diberikan oleh dokter:


  • Terapi perilaku kognitif, untuk membantu anak mengatasi masalah kesehatan mentalnya, seperti kecemasan, bahkan depresi
  • Terapi wicara, yang termasuk dalam terapi perilaku dan komunikasi ini, bertujuan untuk mengatasi anak dengan masalah terlambat bicara
  • Terapi okupasi, untuk melatih keterampilan anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari, termasuk makan, minum, dan berpakaian sendiri
  • Terapi fisik, untuk meningkatkan kemampuan motorik
  • Terapi sosial relasional, untuk meningkatkan keterampilan anak dalam bersosialisasi dan membangun ikatan emosional dengan orang lain
  • Terapi komplementer, meliputi musik, seni, dan terapi dengan bantuan hewan, misalnya menunggang kuda, untuk meningkatkan keterampilan anak belajar dan berkomunikasi


Dokter juga akan meresepkan obat-obatan tertentu untuk meredakan gejala autisme, seperti obat antidepresi, antikejang, maupun melatonin, sesuai dengan keluhan yang dialami anak.


Baca juga: Jangan Sampai Epilepsi Mengganggu Perkembangan Si Buah Hati


Komplikasi Autisme

Penderita autisme perlu mendapatkan penanganan dan pemantauan dokter. Pasalnya, kondisi ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi berikut ini:


  • Gangguan sensorik, seperti sensitif pada suara keras atau cahaya yang terang
  • Dikucilkan atau diasingkan
  • Menjadi korban bullying
  • Hambatan dalam berprestasi maupun performa dalam bekerja
  • Kejang
  • Gangguan pencernaan
  • Kelainan kebiasaan makan
  • Gangguan tidur
  • Gangguan kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, perilaku impulsif, mood swing, serta depresi


Baca juga: Kenali ADHD, Bukan Sekadar Tidak Bisa Diam


Pencegahan Autisme

Karena autisme bukan penyakit dan tidak diketahui penyebab pastinya, maka belum ada cara pasti untuk mencegah autisme.


Namun, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko anak mengalami autisme, yaitu:


  1. Melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan arahan dokter
  2. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol saat hamil
  3. Tidak mengonsumsi obat-obatan tanpa sepengetahuan dokter
  4. Melakukan kontrol rutin untuk bayi, sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dokter
  5. Memberikan ASI eksklusif
  6. Memastikan anak telah mendapatkan vaksin sesuai anjuran dokter
  7. Memberikan stimulasi pada bayi sesuai usianya untuk mendukung keterampilannya
  8. Menerapkan pola hidup sehat, baik untuk orang tua maupun anak


Gangguan spektrum autisme akan mempengaruhi cara anak untuk berperilaku, berkomunikasi, berpikir, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dan sayangnya, kondisi ini tidak bisa disembuhkan. Jadi, dukungan dari orang tua dan orang di sekitar anak sangat dibutuhkan agar anak bisa melakukan berbagai aktivitas sehari-hari dengan mandiri.


Selain itu, segera lakukan konsultasi ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat jika Anda mencurigai Si Kecil mengalami autisme. Sebab dengan pemeriksaan sedini mungkin dan penanganan yang sesuai, serta dukungan yang adekuat dari orang sekelilingnya, gejala autisme yang dialami oleh anak bisa diminimalkan dan kondisi ini bisa terkontrol.


Baca juga: Mengenal OCD: Lebih dari Sekadar Obsesi Akan Kerapihan



FAQ


Bisakah Anak Autis Berbicara?

Anak dengan autisme dapat berbicara, meskipun kemampuan bicaranya sangat bervariasi. Beberapa anak berbicara dengan lancar seperti anak lainnya. Di sisi lain, adapula anak yang menggunakan beberapa kata atau frasa.


Namun, dalam beberapa kasus, ada juga anak yang tidak berbicara sama sekali tetapi dapat berkomunikasi melalui cara lain, seperti menggunakan gambar atau perangkat komunikasi.


Kapan Kebanyakan Anak Autis Mulai Berbicara?

Kebanyakan anak autis dapat mulai berbicara pada usia 12 hingga 36 bulan. Namun, beberapa anak mungkin mengalami keterlambatan bicara (speech delay) sehingga baru bisa berbicara di usia 3 tahun atau lebih.


Apakah Anak Terlambat Bicara Sudah Pasti Autis?

Tidak semua anak yang terlambat bicara (speech delay) pasti autis. Keterlambatan bicara bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterlambatan perkembangan, gangguan pendengaran, atau faktor lingkungan. Namun, anak dengan autisme memang dapat mengalami keterlambatan berbicara.


Bila si Kecil terlambat bicara, periksakan ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan diagnosis dan intervensi yang tepat.


Bisakah Anak Autis Hidup Normal?

Dengan dukungan yang tepat, anak autis dapat menjalani hidup yang relatif normal. Program pendidikan khusus, terapi, dan dukungan dari orang-orang sekitar dapat membantu penderita autisme menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik.




Referensi:

  1. Zhuang H, et al. Autism spectrum disorder: pathogenesis, biomarker, and intervention therapy. MedComm. 2024. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10908366/). Diakses pada 15 April 2025.
  2. Aishworiya R, Ma VK, Stewart S, Hagerman R, Feldman HM. Meta-analysis of the modified checklist for autism in toddlers, revised/follow-up for screening. Pediatrics. 2023. (https://publications.aap.org/pediatrics/article/151/6/e2022059393/191300/Meta-analysis-of-the-Modified-Checklist-for-Autism?autologincheck=redirected). Diakses pada 15 April 2025.
  3. Centers for Disease Control and Prevention. Signs and Symptoms of Autism Spectrum Disorder. (https://www.cdc.gov/autism/signs-symptoms/index.html). Direvisi terakhir 16 Mei 2024. Diakses pada 15 April 2025.
  4. Centers for Disease Control and Prevention. About Autism Spectrum Disorder. (https://www.cdc.gov/autism/about/index.html). Direvisi terakhir 27 Maret 2025. Diakses pada 15 April 2025.
  5. National Health Service UK. Whai Is Autism?. (https://www.nhs.uk/conditions/autism/what-is-autism/). Direvisi terakhir 7 September 2022. Diakses pada 15 April 2025.
  6. Bedslutonchildrenhealth National Health Service UK. Autism diagnostic observation schedule (ADOS) assessment. (https://bedslutonchildrenshealth.nhs.uk/neurodiversity-support/neurodevelopmental-assessment-and-diagnosis-process/autism-diagnostic-observation-schedule-ados-assessment/). Direvisi terakhir. Diakses pada 15 April 2025.
  7. Healthline. Autism Complication. (https://www.healthline.com/health/autism-complications). Direvisi terakhir 3 November 2021. Diakses pada 15 April 2025.
  8. WebMD. Can You Prevent Autism? (https://www.webmd.com/brain/autism/can-you-prevent-autism). Direvisi pada 12 April 2023. Diakses pada 15 April 2025.
  9. WebMD. What Is Autism?. (https://www.webmd.com/brain/autism/understanding-autism-basics). Direvisi terakhir 11 September 2024. Diakses pada 15 April 2025.