Jangan Sepelekan Benjolan di Gusi! Cari Tahu Penyebab dan Cara Menanganinya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 17 Januari 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Benjolan di gusi bisa disebabkan oleh banyak hal, dari sariawan hingga infeksi gusi. Namun, jangan panik, ketahui penyebab dan penanganan yang sesuai di sini!

Jangan Sepelekan Benjolan di Gusi! Cari Tahu Penyebab dan Cara Menanganinya

Gusi adalah jaringan lunak yang terletak pada dasar gigi. Jaringan yang juga dikenal dengan gingiva ini berfungsi untuk mempertahankan gigi pada letaknya. Normalnya, gusi yang sehat akan terlihat berwarna merah muda.


Gangguan pada gusi bisa berakibat pada tanggalnya gigi. Salah satu kondisi yang menandakan gangguan pada gusi adalah ditemukannya benjolan di gusi.


Penyebab Benjolan di Gusi

Gusi yang sehat akan tampak berwarna merah muda, agak sedikit mengkilap, dan teraba kenyal. Lalu, kenapa gusi bengkak atau ada benjolan? Berikut ini adalah beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya benjolan pada gusi:


1. Sariawan

Hampir semua orang pernah mengalami sariawan, baik di bagian bibir atau pipi dalam, langit-langit mulut, gusi, maupun lidah. Kondisi ini bisa saja terjadi karena infeksi virus maupun cedera yang umumnya bisa sembuh sendiri dalam waktu 1-2 minggu.


2. Mukokel 

Kista mukosa atau mukokel adalah salah satu penyebab benjolan di gusi yang berisi cairan dan terjadi karena adanya sumbatan kelenjar liur.


Kondisi ini tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jangan memecahkan atau mengeluarkan cairan secara mandiri tanpa pengawasan dokter untuk mencegah kerusakan jaringan maupun terjadinya infeksi.


3. Abses gusi

Abses adalah kondisi yang merujuk pada terbentuknya benjolan berisi nanah yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Abses gusi atau yang juga dikenal sebagai abses periodontal ini akan menyebabkan benjolan di gusi, yang perlu mendapatkan penanganan awal, sebelum infeksi menyebar ke bagian tubuh yang lain.


Baca juga: Kenali Gejala Periodontitis, Masalah Gusi yang Tak Bisa Disepelekan


4. Oral lichen planus

Salah satu penyakit autoimun yang bisa menyebabkan gangguan pada rongga mulut, khususnya benjolan di gusi, ini tidak menular. Meskipun tidak bisa disembuhkan, pengobatan yang diberikan bisa mempercepat masa penyembuhan dan meredakan gejala yang dikeluhkan.


5. Fibroma oral

Munculnya benjolan pada gusi juga bisa terjadi karena adanya gesekan berulang, seperti pada penggunaan gigi palsu yang kurang tepat, cara menggosok gigi yang salah, maupun kebiasaan menggigit gigi.


Umumnya kondisi ini tidak berbahaya, tetapi dokter perlu melakukan biopsi untuk menentukan kemungkinan terjadinya kanker dan pengangkatan jaringan jika hasil menunjukkan hasil yang tidak berbahaya.


6. Torus mandibularis

Pertumbuhan tulang yang tidak normal pada gusi bisa saja terjadi karena faktor genetik, kebiasaan menggertakan gigi, kekurangan vitamin, maupun kelebihan asupan kalsium.


Kendati tidak termasuk kondisi yang berbahaya, kondisi ini perlu ditangani ketika sudah menyebabkan gangguan, termasuk kesulitan gerak mulut maupun terjadi iritasi.


7. Granuloma piogenik

Terjadinya benjolan di gusi ini terjadi karena pertumbuhan pembuluh darah tidak normal, yang banyak dikaitkan dengan perubahan hormon saat kehamilan, cedera maupun infeksi. Meski bisa sembuh dengan sendirinya, penanganan sering dilakukan pada kasus benjolan yang sangat besar atau berulang.


8. Kanker mulut

Sebagaimana terjadi pada bagian tubuh yang lain, pertumbuhan sel yang tidak terkendali juga bisa terjadi pada rongga mulut, khususnya pada gusi. Kanker mulut, merupakan penyebab benjolan di gusi yang perlu segera ditangani untuk meningkatkan kemungkinan kesembuhannya.


Selain beberapa kondisi di atas, hiperplasia atau hipertrofi gusi sering disalah artikan sebagai penyebab benjolan di gusi, karena adanya pembengkakan pada gusi. Namun, kondisi ini jelas menyebabkan pembengkakan, yang terlihat lebih besar dibandingkan dengan benjolan yang biasa hanya setempat.


Jika merasakan adanya benjolan pada gusi atau memiliki pertanyaan lain mengenai kesehatan gigi dan mulut Anda, segera jadwalkan janji temu dengan dokter gigi dan mulut di RS Pondok Indah. Dokter kami akan melakukan diagnosis untuk mengetahui sumber kondisi medis yang Anda alami dan memberikan penanganan yang tepat untuk mengatasinya.


Baca juga: Sariawan Atau Kanker Mulut? Menengok Perbedaan Sariawan dan Kanker Mulut



Faktor Risiko Benjolan di Gusi

Beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya benjolan di gusi adalah sebagai berikut ini:


  • Kebersihan mulut yang buruk
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang manis
  • Memiliki masalah pada gigi dan mulut, terutama gigi berlubang
  • Mengalami penyakit pada gusi


Baca juga: Waspada! Gigi Berlubang Dapat Sebabkan Penyakit Lainnya, Lho!


Tanda Benjolan di Gusi yang Berbahaya

Meski umumnya tidak berbahaya, beberapa benjolan di gusi dapat menandakan adanya masalah dengan kesehatan mulut. Jadi, kondisi ini tetap perlu diperiksa dan ditangani lebih lanjut oleh dokter gigi bila menimbulkan beberapa gejala penyerta. Berikut ini adalah beberapa red flags benjolan di gusi yang perlu Anda perhatikan:


  • Demam
  • Sakit, nyeri, atau rasa tidak nyaman yang terjadi secara terus-menerus dan makin memburuk
  • Bau mulut
  • Benjolan di gusi sudah terjadi selama lebih dari 2 minggu
  • Munculnya lesi merah atau lesi putih di mulut maupun bibir, yang mudah berdarah
  • Kesulitan mengunyah dan kesulitan menelan akibat rasa sakit yang ditimbulkan oleh benjolan di gusi
  • Pembesaran kelenjar getah bening yang sudah terjadi selama lebih dari 6 minggu
  • Penurunan berat badan secara drastis yang tidak direncanakan


Bila Anda mengalami salah satu dari gejala benjolan di gusi yang berbahaya, jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter gigi spesialis periodonsia. Nantinya dokter akan memeriksa dan menegakkan diagnosa agar bisa diberikan penanganan yang tepat.


Baca juga: Gigi Ngilu Bikin Tak Nyaman? Cari Tahu Penyebabnya, Yuk!



Diagnosis Benjolan di Gusi

Untuk menegakkan diagnosis, dokter gigi akan melakukan serangkaian pemeriksaan, yang meliputi:


  • Anamnesis atau tanya jawab medis, meliputi pertanyaan sekitar benjolan di gusi, faktor risiko terjadinya kondisi ini, gejala penyerta, serta kondisi medis Anda.
  • Pemeriksaan fisik tidak hanya menyangkut pemeriksaan dalam rongga mulut. Dokter gigi juga akan meminta tenaga medis untuk mengukur suhu tubuh maupun tanda-tanda vital lain, baru kemudian dilakukan pemeriksaan di sekitar dan dalam mulut.
  • Pemeriksaan penunjang, baik berupa pemeriksaan pencitraan atau pemeriksaan radiologi, seperti rontgen gigi, maupun biopsi  


Tujuan pemeriksaan adalah memastikan penyebab terjadinya benjolan di gusi, serta menilai adanya tanda bahaya yang perlu ditangani dengan segera. Dengan demikian, benjolan di gusi bisa ditangani sebelum terjadi komplikasi.


Baca juga: Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut bagi Pengguna Behel


Penanganan Benjolan di Gusi

Penanganan benjolan di gusi perlu disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa langkah penanganan, sesuai dengan penyebab terjadinya benjolan di gusi:


  • Mukokel yang parah dan tidak kunjung membaik perlu dilakukan drainase atau operasi untuk menghilangkan kantung kista yang terbentuk.
  • Abses gusi akan ditangani dengan pemberian obat-obatan antibiotik, dengan atau tanpa drainase dan pemasangan tampon pada kasus abses yang parah.
  • Kanker mulut akan diatasi dengan kemoterapi, terapi radiasi, operasi, maupun penanganan kanker lainnya.


Selain itu, dokter gigi bisa saja meresepkan obat antinyeri maupun kortikosteroid, untuk meredakan gejala yang menyertai benjolan di gusi. Operasi untuk mengangkat benjolan juga bisa dilakukan pada kasus benjolan gusi yang sangat besar, berulang, maupun menghambat fungsi normal rongga mulut. 


Agar perawatan yang diberikan sesuai, Anda sebaiknya tidak berpikir dua kali untuk memeriksakan diri ke dokter gigi saat menemukan adanya benjolan di gusi yang mengganggu. Sebab penanganan sedini mungkin akan membantu Anda terbebas dari kondisi yang bisa mengganggu penampilan maupun aktivitas ini.


Namun, gosok gigi 2 kali sehari dengan menggunakan pasta gigi berfluoride serta pemeriksaan gigi dan mulut yang rutin dilakukan setiap 6 bulan sekali akan menjadi langkah pencegahan terjadinya benjolan di gusi yang penting Anda lakukan. Selain itu, Anda juga bisa membersihkan sisa makanan dengan menggunakan dental floss. Semua kebiasaan baik ini sangat penting dalam mencegah terjadinya benjolan di gusi serta kesehatan gigi dan mulut secara umum.


Buatlah janji temu dengan dokter gigi di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk langkah awal mencegah benjolan di gusi, menjaga kesehatan gusi, gigi, serta rongga mulut Anda. Dokter handal kami akan memberikan pelayanan medis terbaik yang didukung dengan alat terkini, mengandalkan teknologi yang mutakhir. 


Baca juga: Deteksi Dini Kanker Mulut dan Stadium



FAQ


Kenapa Tiba-Tiba Muncul Benjolan si Gusi?

Benjolan di gusi bisa muncul karena beberapa penyebab, seperti infeksi bakteri, abses gigi, radang gusi, sariawan, atau kondisi lainnya. Meski terkadang kondisi ini dapat mereda dengan sendirinya, benjolan pada gusi dapat menandakan adanya masalah kesehatan gigi dan gusi yang perlu diperhatikan.


Jika benjolan terasa nyeri, berdenyut, atau disertai dengan nanah, segera periksakan ke dokter gigi dan mulut untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.


Apakah Benjolan di Gusi Bisa Hilang Sendiri?

Beberapa kasus benjolan di gusi bisa hilang sendiri. Namun, benjolan yang terjadi akibat infeksi, abses, atau kondisi medis serius lainnya, maka benjolan umumnya tidak bisa hilang tanpa perawatan medis lebih lanjut.


Segera konsultasikan ke dokter gigi jika benjolan bertahan lebih dari beberapa hari atau menimbulkan rasa nyeri.


Benjolan pada Gusi Apakah Berbahaya?

Tidak semua benjolan di gusi berbahaya, tetapi ada beberapa kasus yang memerlukan perhatian medis. Jika benjolan gusi yang Anda alami disertai dengan rasa sakit, bengkak, tampak berwarna kemerahan, atau nanah, maka kondisi ini kemungkinan besar terjadi akibat infeksi atau kondisi serius lainnya, yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter.



Referensi:

  1. Lomeli Martinez SM, Carrillo Contreras NG, et al,. Oral pyogenic granuloma: a narrative review. International Journal of Molecular Sciences. 2023. (https://www.mdpi.com/1422-0067/24/23/16885). Diakses pada 14 Januari 2025.
  2. Martinez SM, Contreras NG, et al,. Oral Pyogenic Granuloma: A Literature Review. 2023. (https://www.preprints.org/manuscript/202309.0567#sec9-preprints-84473 ). Diakses pada 14 Januari 2025.
  3. Roy H, Bescos R, et al,. Oral microbes and the formation of cerebral abscesses: a single-centre retrospective study. Journal of Dentistry. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0300571222004183). Diakses pada 14 Januari 2025.
  4. Cleveland Clinic. Gums. (https://my.clevelandclinic.org/health/body/24972-gums). Direvisi terakhir 10 Mei 2023. Diakses pada 14 Januari 2025.
  5. Cleveland Clinic. Oral Mucocele. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23406-oral-mucocele). Direvisi terakhir 1 Juli 2022. Diakses pada 14 Januari 2025.
  6. Cleveland Clinic. Periodontal Abscess. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24573-periodontal-abscess#symptoms-and-causes). Direvisi terakhir 5 Januari 2023. Diakses pada 14 Januari 2025.
  7. Cleveland Clinic. Pyogenic Granuloma. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22717-pyogenic-granuloma). Direvisi terakhir 15 April 2022. Diakses pada 14 Januari 2025.
  8. Mayo Clinic. Mouth cancer. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/mouth-cancer/symptoms-causes/syc-20350997). Direvisi terakhir 30 April 2024. Diakses pada 14 Januari 2025.