Berkenalan dengan HSDD: Ketika Hubungan Intim Menjadi Momok

Selasa, 14 Januari 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

HSDD (Hypoactive Sexual Desire Disorder) adalah kondisi rendahnya atau hilangnya hasrat seksual secara terus-menerus, yang dapat memengaruhi kualitas hidup.

Berkenalan dengan HSDD: Ketika Hubungan Intim Menjadi Momok

Semua orang dapat mengalami penurunan hasrat untuk berhubungan intim sesekali. Namun, hal ini menjadi tidak wajar apabila Anda mengalami kehilangan ketertarikan berhubungan intim dengan pasangan dalam waktu yang lama. Bisa jadi, Anda mengalami hypoactive sexual desire disorder (HSDD).


Apa itu HSDD?

HSDD adalah kondisi di mana berkurang hingga hilangnya hasrat maupun fantasi seseorang untuk berhubungan intim/seksual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh masalah psikis dan non-psikis, atau adanya gangguan medis seperti permasalahan hormon, dan kelainan fungsi organ.


Umumnya, kondisi ini lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria, yakni 8,9 persen pada wanita usia 18-44 tahun dan 12,3 persen pada wanita usia 45-64 tahun (Parish.J.Sharon et al, 2016).


Beberapa penelitian lainnya menyebutkan bahwa 1 dari 10 wanita mengalami HSDD, dan sebanyak 32 persen wanita dan 15 persen pria berkemungkinan mengalami kehilangan hasrat yang dapat berlangsung hingga beberapa bulan.


Salah satu yang menyebabkan wanita lebih sering mengalami HSDD adalah adanya faktor perubahan hormon ketika menjelang dan memasuki usia menopause. Kondisi HSDD dapat menjadi masalah besar dan penting untuk diperhatikan apabila sudah mengganggu kualitas hidup, serta didasari oleh suatu kondisi medis. Penderitanya bahkan sering mengalami stres, bahkan mengalami kerenggangan hubungan dengan pasangannya. 


Umumnya, wanita dengan HSDD tidak memiliki keinginan untuk memikirkan, bahkan berhubungan seks, atau tidak merasakan kenikmatan maupun kenyamanan ketika berhubungan intim. Hal ini akan berpengaruh pada proses siklus respons seksual seorang wanita. 


Baca juga: Anxiety Disorder, ketika Kecemasan Sudah Mengganggu Keseharian



Siklus Respons Seksual Manusia

Berikut tahapan siklus respons seksual manusia:


1. Desire

Keinginan, dorongan, dan motivasi untuk berhubungan, yang biasanya timbul dengan adanya kerja dari otak (psikoneuroendokrin).


2. Arousal

Yang dikenal juga sebagai gairah saat berhubungan. Pada fase ini terjadi lubrikasi pada vagina, serta peningkatan detak jantung dan laju pernapasan.


3. Orgasme

Hubungan intim/seksual yang sehat akan melewati fase ini hingga mencapai puncak kepuasan. Laju pernapasan dan denyut jantung semakin meningkat, tekanan darah juga meningkat, disertai dengan kontraksi otot yang menghasilkan ejakulasi pada pria, dan kontraksi rahim serra vagina pada wanita.


4. Resolution

Fase ini terjadi setelah tercapainya orgasme, tubuh akan menjadi rileks dan nyaman, pernapasan dan kerja jantung kembali normal. Namun, apabila tidak terjadi orgasme, justru ketidaknyamanan yang akan dirasakan.


Apabila dari salah satu fase ini tidak dilalui, tentu saja rasa nyaman, kenikmatan, hingga orgasme tidak dapat dicapai. Alih-alih malah rasa nyeri dan terganggu yang dirasakan. Contohnya, wanita dengan gangguan pada arousal akan membuat daerah vagina menjadi kering karena kurangnya produksi lubrikan atau pelumas untuk membasahi daerah vagina.


Baca juga: Panic Attack: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya


Gejala HSDD

Berikut ini adalah gejala HSDD yang kebanyakan dikeluhkan:


  • Penurunan hingga hilangnya hasrat seksual maupun fantasi seksual
  • Tidak tertarik untuk berhubungan seksual dengan pasangan
  • Sulit mendapatkan kepuasan saat berhubungan seksual
  • Kurangnya sensasi menyenangkan saat alat kelamin distimulasi
  • Menghindari aktivitas seksual atau kontak genital dengan pasangan
  • Tidak nyaman ketika memikirkan berhubungan seks


Selain gejala-gejala di atas, pria yang mengalami HSDD juga bisa mengalami disfungsi ereksi atau impotensi.


Bila Anda atau pasangan mulai menunjukkan gejala HSDD, jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis andrologi dan seksologi, atau dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.


Penyebab HSDD

HSDD dapat dipicu oleh masalah psikologis (seperti trauma), masalah dengan pasangan, faktor sosial (seperti wanita pekerja yang sangat sibuk) terutama pada wanita usia menengah.


Selain itu, HSDD juga dapat disebabkan oleh masalah medis, seperti adanya perubahan hormon pada wanita saat menjelang maupun memasuki masa menopause. Penurunan hormon estrogen menyebabkan kurangnya lubrikasi pada vagina yang menyebabkan rasa nyeri ketika berhubungan intim (dispareunia).


Baca juga: Postpartum Depression? Pahami dan Tangani Segera!



Faktor Risiko HSDD

Gangguan pada sistem kerja otak, riwayat operasi pada organ reproduksi, serta konsumsi obat-obatan tertentu, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya HSDD.


Berikut beberapa faktor risiko HSDD lainnya:


  • Senyawa organik di otak yang bernama neurotransmiter tidak aktif, yang mengganggu hasrat dan fungsi seksual
  • Masalah sulit tidur yang menyebabkan Anda mudah lelah 
  • Efek dari beberapa obat, seperti obat antidepressant, obat kemoterapi, dan lain-lain
  • Beberapa penyakit penyerta, seperti diabetes, masalah jantung, inflammatory bowel disease (IBD), kanker, dan lain-lain
  • Kehamilan, persalinan, atau sedang menyusui
  • Kebiasaan merokok
  • Kebiasaan mengonsumsi alkohol, terutama secara berlebihan
  • Trauma akibat riwayat kekerasan seksual


Penanganan HSDD

Jangan khawatir, karena HSDD sebenarnya dapat ditangani. Namun, harus diketahui terlebih dahulu penyebabnya, apakah terdapat penyakit yang menyertainya atau tidak, dan apakah penyakit tersebut apakah dapat diobati atau tidak.


Cara mengatasi dan menangani kondisi ini memerlukan pendekatan secara medis dan psikologis, serta adanya keinginan dari pihak suami dan istri. Bentuk penanganan yang akan disarankan oleh dokter biasanya akan disesuaikan dengan penyebabnya.


Berikut ini adalah beberapa bentuk penanganan yang mungkin diberikan untuk pasien dengan HSDD


  • Konseling dan psikoterapi
  • Terapi perilaku kognitif
  • Obat-obatan, termasuk terapi hormon


Selain itu, dokter spesialis obstetri dan ginekologi juga bisa merekomendasikan perubahan gaya hidup, seperti olahraga teratur dan diet seimbang, untuk membantu mengatasi kondisi HSDD.


Jadi, apabila Anda sudah mulai mengalami gejala enggan berhubungan intim dengan pasangan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis andrologi dan seksologi, atau dokter spesialis kedokteran jiwa/psikiater di RS Pondok Indah cabang terdekat.


Baca juga: Mengenal OCD: Lebih dari Sekadar Obsesi Akan Kerapihan



FAQ


Apa Penyebab Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD)?

Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD) bisa disebabkan oleh faktor fisik, seperti perubahan hormon atau efek samping obat, dan faktor psikologis, seperti stres atau masalah hubungan. Kondisi ini membuat seseorang kehilangan minat pada aktivitas seksual secara signifikan dan berkepanjangan.


Apa Saja Dampak Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD)?

HSDD dapat memengaruhi hubungan, mengurangi keintiman, dan menimbulkan perasaan rendah diri, bahkan stres. Kondisi ini juga bisa memicu konflik dalam hubungan dengan pasangan, jika tidak ada komunikasi yang baik. Perasaan tertekan sering muncul karena kurangnya hasrat seksual yang berkepanjangan.


Apakah Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD) Bisa Disembuhkan?

Ya, HSDD bisa diatasi dengan bantuan medis dan terapi. Dokter mungkin merekomendasikan obat, terapi hormon, atau konseling untuk mengatasi penyebabnya, baik fisik maupun emosional.