Cegah stroke dengan melakukan CT scan otak, MRA otak, tes darah, rontgen dada dan EKG, USG arteri karotis, hingga DSA.
Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologis yang terjadi mendadak yang disebabkan sumbatan atau perdarahan pada otak. Stroke menimbulkan gejala klinis berupa defisit neurologis yang menetap (lebih dari 24 jam), bahkan dapat menyebabkan kematian.
Stroke Istemik adalah stroke yang disebabkan karena suplai darah dan oksigen berkurang di sel otak. Hal ini biasanya disebabkan karena pembuluh darah di otak tersumbat sehingga menghambat aliran darah ke sel-sel otak.
Sumbatan dapat terjadi karena bekuan darah, plak, ataupun penyempitan pembuluh darah tersebut yang dapat diakibatkan oleh beberapa faktor risiko. Beberapa faktor risiko terjadinya stroke istemik adalah hipertensi, diabetes mellitus, tingginya kadar kolesterol, dan gangguan faktor pembekuan darah yang sering dikenal sebagai darah kental
Bekuan darah sering terbentuk dalam arteri. Hal ini biasanya terjadi selama akibat terbentuknya aerotoma yang biasa terjadi pada orang tua. Aerotoma dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah.
Jika aerotoma menjadi tebal, maka dapat memicu darah untuk membeku. Dalam beberapa kasus, gumpalan darah terbentuk di bagian lain dari tubuh, dan kemudian mengalir dalam aliran darah yang disebut embolus.
Contoh yang paling umum adalah gumpalan bekuan darah yang terbentuk di jantung sebagai akibat dari aliran darah turbulen yang abnormal. Hal ini mungkin terjadi dalam kondisi yang disebut atrial fibrillation. Bekuan darah kemudian dibawa dalam aliran darah sampai terjebak dalam arteri di otak dan menimbulkan sumbatan.
Stroke Hemoragik (stroke perdarahan) adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Darah kemudian masuk ke dalam jaringan otak di dekatnya. Hal ini dapat menyebabkan sel-sel otak yang terkena kehilangan suplai oksigen dan terjadi penekanan pada sel otak sekitarnya sehingga sel otak menjadi rusak atau mati.
Penyebab terjadinya pembuluh darah otak pecah adalah hipertensi atau kelainan pembuluh darah dan gangguan faktor pembekuan darah. Stroke perdarahan ada beberapa macam, seperti perdarahan sub arachnoid, perdarahan intracerebral, perdarahan intracerebellar, perdarahan intravertikel
Seorang dokter biasanya dapat mendiagnosis stroke dengan gejala klinis dan tanda-tanda yang terjadi tiba-tiba. Pemeriksaan yang biasa dilakukan antara lain:
Computerized Axial Tomography Scan (CT Scan) otak dilakukan untuk menentukan jenis stroke dan dapat mendeteksi kondisi lain yang mungkin mempunyai gejala seperti stroke misalnya tumor, migrain komplikata, dan lain-lain yang menyebabkan stroke.
Magnetic Resonance Angiography (MRA) otak dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan perdarahan otak seperti aneurisma atau Arteri Vena Malformasi (AVM). Pemeriksaan MRA otak dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke perdarahan. Dengan mengetahui adanya aneurisma atau AVM maka dapat dilakukan tindakan untuk mencegah terjadi pecah pada pembuluh darah tersebut. Selain itu, pemeriksaan MRA otak ditujukan untuk mengetahui apakah ada penyempitan (stenosis) dari pembuluh darah yang dapat merupakan faktor risiko stroke iskemik:
Tes darah untuk memeriksa hal-hal seperti kadar gula darah dan kadar kolesterol, dan faktor pembekuan darah (darah kental) yang merupakan faktor risiko untuk terjadi stroke.
Rontgen dada dan EKG untuk memeriksa jantung atau paru-paru yang mungkin menjadi faktor risiko terjadi stroke.
USG arteri karotis di leher untuk memeriksa apakah terdapat ateroma pada arteri.
Digital Substraction Angiography (DSA) merupakan suatu pemeriksaan untuk menentukan diagnostik dan juga untuk terapi pada kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, stenosis, dan Arteri Vena Malformasi (AVM) yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke perdarahan dan sumbatan
Fungsi dari bagian-bagian tubuh yang berbeda dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda. Gejala terjadi tiba-tiba dan biasanya mencakup satu atau lebih dari hal-hal berikut:
Perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu. Rencana perawatan bergantung pada beberapa faktor seperti tingkat keparahan stroke, penyebab stroke, dan penyakit lainnya yang mungkin ada. Perawatan dapat meliputi:
Stroke dapat dicegah dengan mengontrol dan mengobati faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya stroke seperti: