Periksa Sakit Kepala ke Dokter Apa?

Oleh Tim RS Pondok Indah

Selasa, 22 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Sakit kepala memang umum terjadi. Namun, jangan diabaikan! Sakit kepala terkadang bisa menjadi indikasi kondisi berbahaya. Pastikan sakit kepala ditangani dokter yang sesuai!

Periksa Sakit Kepala ke Dokter Apa?

Sakit kepala adalah nyeri atau sensasi tidak nyaman yang terjadi di bagian kepala, baik pada salah satu sisi kepala maupun seluruh bagian kepala. Berdasarkan penyebabnya, jenis sakit kepala bisa dibedakan menjadi primer dan sekunder.


Sakit kepala primer adalah jenis sakit kepala yang tidak disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti sakit kepala tegang, sakit kepala cluster, dan migrain. Umumnya, sakit kepala primer bisa ditangani secara mandiri, mulai dengan istirahat yang cukup hingga konsumsi obat pereda nyeri. 


Sedangkan jenis sakit kepala sekunder merupakan sakit kepala akibat kondisi medis tertentu, seperti infeksi, peradangan pada pembuluh darah, perdarahan otak (stroke), aneurisma otak, atau meningitis.

Kondisi ini biasanya berulang, terjadi secara mendadak, dengan durasi yang lama, bahkan disertai dengan penglihatan kabur, gangguan keseimbangan, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, atau kejang. Sakit kepala seperti inilah yang sebaiknya cepat ditangani oleh dokter. 


Lantas, jika sakit kepala sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, Anda harus memeriksakan diri ke dokter apa? Cari tahu jawabannya dengan membaca artikel ini. 


Periksa Sakit Kepala ke Dokter Spesialis Apa?

Ketika sakit kepala tidak membaik dengan penanganan mandiri, termasuk konsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas, Anda sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis neurologi, yang juga dikenal sebagai dokter saraf. Nantinya, dokter neurologi akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebab sakit kepala yang Anda alami, sehingga bisa menyarankan penanganan yang sesuai. 


Dokter Spesialis Neurologi

Dokter spesialis neurologi adalah dokter yang menangani berbagai gangguan kesehatan pada sistem saraf, termasuk otak, sumsum tulang belakang, dan saraf perifer. Untuk kasus sakit kepala berat, dokter spesialis dengan gelar Sp.N ini nantinya akan memberikan penanganan berdasarkan penyebab dan tingkat keparahannya. 


Pemeriksaan Sakit Kepala oleh Dokter Spesialis Neurologi

Sebelum memberikan pengobatan, dokter spesialis neurologi akan terlebih dahulu melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, untuk menentukan penyebab keluhan.  


Pemeriksaan diawali dengan menanyakan frekuensi dan durasi sakit kepala, ada tidaknya faktor pemicu dan gejala lain, serta riwayat penyakit lain, seperti hipertensi atau diabetes. Selanjutnya, pemeriksaan fisik, khususnya pemeriksaan neurologis, akan dilakukan untuk melihat tanda-tanda gangguan saraf, seperti melemahnya otot, refleks yang abnormal, atau gangguan koordinasi. 


Dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang memastikan lokasi, ukuran dan penyebab sakit kepala dengan beberapa pemeriksaan berikut ini:


  • MRI
  • CT-scan 
  • Angiografi 
  • Pungsi lumbal 


Penanganan Sakit Kepala oleh Dokter Spesialis Neurologi

Setelah diketahui penyebab sakit kepala yang Anda alami, dokter akan memberikan pengobatan berdasarkan penyebabnya. Penanganan sakit kepala yang diberikan oleh dokter spesialis neurologi bisa berupa:


1. Peresepan Obat-Obatan

Pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengatasi kondisi medis tertentu yang menyebabkan sakit kepala, contohnya obat untuk menurunkan tekanan darah. Obat-obatan yang diberikan bisa berbeda-beda untuk setiap pasien, tergantung pada penyebab sakit kepala. 


2. Tindakan Medis   

Jika obat-obatan tidak berhasil mengatasi sakit kepala, dokter mungkin akan mempertimbangkan beberapa tindakan medis, seperti suntik botox untuk migrain kronis yang tidak berhasil ditangani dengan obat-obatan atau operasi untuk kasus sakit kepala yang disebabkan oleh aneurisma. 


3. Terapi komplementer

Selain pemberian obat dan tindakan medis, dokter juga mungkin merekomendasikan terapi komplementer yang dapat mengoptimalkan proses pengobatan maupun mengelola gejala, terutama dalam kasus sakit kepala kronis.


Salah satu contoh terapi komplementer untuk sakit kepala adalah akupunktur. Terapi akupunktur dapat meredakan sakit kepala, mengurangi frekuensi dan durasi serangan sakit kepala, serta mencegah kekambuhan. Agar hasilnya maksimal, terapi akupuntur akan dilakukan oleh dokter spesialis akupunktur, dengan tetap menjalani pengobatan yang diberikan oleh dokter spesialis neurologi.


Selain itu, dokter juga akan menyarankan setiap pasien untuk menjalani pola hidup sehat dengan mengelola stres, mencukupi waktu tidur, menghindari makanan pemicu sakit kepala, dan berolahraga rutin. 


Sakit kepala sekunder atau berat perlu ditangani oleh dokter, sebab kondisi ini mungkin menjadi gejala dari kondisi medis yang serius. Oleh karena itu, segera jadwalkan janji temu dengan dokter neurologi di RS Pondok Indah cabang terdekat, jika mengalami sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba, sakit kepala yang parah, berulang, berlangsung lama, dan disertai gejala lain yang tidak kunjung sembuh dengan perawatan mandiri. 


Konsultasikan pada dokter spesialis kami untuk penanganan lebih lanjut:


Dr. dr. Gea Pandhita, Sp. N, M.Kes

dr. Alifa Dimanti, Sp. N

dr. Andre Sp. N

dr. Dinda Diafiri, Sp.N

dr. Fadhlan Rusdi, Sp. N

dr. Firman Hendrik, Sp. N (via Call Center)

dr. Marcus Adityawan Bahroen, Sp. N

dr. Michael Setiawan, Sp. N

dr. Rubiana Nurhayati, Sp. N

dr. Sahat Aritonang, Sp. N, M.Si.Med, FINS

dr. Triana Ayuningtyas, Sp. N

dr. Tuti Hernawati Zacharia, Sp. N

dr. Vania Listiani Hidajat, Sp. N

dr. Witjahyakarta Widjaja, Sp. N

dr. Zulfa Indah K. Fadhly, BMedSc, Sp. N




Referensi:

  1. Wijeratne T, Wijeratne C, et al,. Secondary headaches - red and green flags and their significance for diagnostics. eNeurologicalSci. 2023. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10339125/). Diakses pada 26 Maret 2025. 
  2. Riddle EJ. Acupuncture Treatment for Chronic Tension-Type Headache. Neurology Journals. 2022. (https://www.neurology.org/doi/10.1212/WNL.0000000000201075). Diakses pada 26 Maret 2025. 
  3. Bae J, Sung H, et al,. Cognitive Behavioral Therapy for Migraine Headache: A Systematic Review and Meta-Analysis. Medicina. 2021. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8777662/). Diakses pada 26 Maret 2025.  
  4. Pressman AR, Buse DC, et al,. The migraine signature study: Methods and baseline results. Headache. 2021. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33368248/). Diakses pada 26 Maret 2025. 
  5. Robbins MS. Diagnosis and Management of Headache: A Review. JAMA. 2021. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33974014/). Diakses pada 26 Maret 2025. 
  6. Rostron S. The Effects of Massage Therapy on a Patient with Migraines and Cervical Spondylosis: a Case Report. International Journal of Therapeutic Massage & Bodywork. 2021. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8362828/). Diakses pada 26 Maret 2025.  
  7. National Health Service University Hospitals Sussex. Botox treatment for migraine. (https://www.uhsussex.nhs.uk/resources/botox-treatment-for-migraine/). Direvisi terakhir 16 September 2024.    
  8. Cleveland Clinic. Headaches. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9639-headaches#management-and-treatment). Direvisi terakhir 29 Agustus 2022. Diakses pada 26 Maret 2025. 
  9. Harvard Health Publishing. Your headaches are getting worse. Do you need an imaging test? (https://www.health.harvard.edu/blog/your-headaches-are-getting-worse-do-you-need-an-imaging-test-2020050719733). DIrevisi terakhir 7 Mei 2020. Diakses pada 26 Maret 2025. 
  10. Mayo Clinic. Headache. (https://www.mayoclinic.org/symptoms/headache/basics/when-to-see-doctor/sym-20050800). Direvisi terakhir 3 Juni 2020. Diakses pada 26 Maret 2025.