Obesitas pada pria meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, gangguan hormon, dan masalah kesuburan, serta dapat mempengaruhi kesehatan mental.
Obesitas atau kegemukan adalah kondisi medis ketika terjadi kelebihan atau penumpukan lemak dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Umumnya, obesitas dinilai dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT diperoleh dari hasil pembagian berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).
Seseorang dikatakan memiliki berat badan lebih (overweight) apabila memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2. Sedangkan, dikatakan obesitas bila IMT lebih dari 30 kg/m2.
Berdasarkan data WHO tahun 2011, terdapat 1,6 miliar orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih (overweight) dan 400 juta di antaranya mengalami obesitas atau kegemukan. Di Indonesia, pada tahun 2007, ada 10,3 persen penduduk berusia di atas usia 15 tahun yang mengalami obesitas.
Seseorang yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap beberapa penyakit seperti:
Khusus pada pria, obesitas dapat menyebabkan masalah lain yang juga sangat merugikan, yaitu gangguan ereksi dan penurunan kadar hormon testosteron. Gangguan ereksi dapat sangat mengganggu bagi seseorang dan dapat menimbulkan masalah depresi, sedangkan hormon testosteron berperan penting dalam kesuburan pria.
Selain kedua hal tersebut, obesitas juga meningkatkan risiko batu ginjal menjadi dua kali lipat pada pria dibandingkan wanita. Penyakit pembesaran prostat juga lebih sering terjadi pada pria obesitas dibanding yang memiliki berat badan normal.
Faktor yang paling berperan dalam terjadinya obesitas adalah gaya hidup. Mulai dari pola makan tinggi kalori dan tinggi lemak, sampai kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan kelebihan kalori yang tidak terpakai disimpan dalam bentuk lemak.
Angka kejadian obesitas meningkat dengan pesat akibat pola hidup tidak aktif. Energi dari aktivitas fisik sehari-hari yang digunakan berkurang seiring kemajuan teknologi. Dengan adanya fasilitas seperti transportasi bermotor, tangga berjalan, lift, pendingin ruangan, dan pemanas ruangan menyebabkan energi untuk bergerak digunakan lebih sedikit.
Aktivitas fisik yang minimal pada waktu luang seperti menonton televisi dan bermain video games pada anak-anak meningkatkan angka kejadian obesitas. Selain hal tersebut, faktor genetik memang juga memegang peranan, sehingga pada orang dengan variasi genetik tertentu lebih mudah mengalami obesitas.
Cara pencegahan yang terbaik adalah mengubah pola makan dan gaya hidup yang kurang aktivitas. Makanlah makanan bergizi seimbang dengan porsi secukupnya, jangan berlebih. Hindari makanan yang tinggi lemak dan tinggi kolesterol, serta perbanyak makanan yang tinggi serat.
Lakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik secara rutin. Hindari kegiatan yang membuat kurangnya mobilitas, seperti menonton televisi dalam waktu lama. Pada seseorang dengan obesitas berat atau memiliki kadar lemak darah yang tinggi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, karena pada beberapa kasus diperlukan pula terapi dengan obat-obatan.
Berat badan 70 kg belum tentu obesitas. Obesitas ditentukan oleh Indeks Massa Tubuh (IMT), bukan berat saja. Jika IMT di atas 30, itu dianggap obesitas. IMT dihitung dari berat dan tinggi badan.
Kebanyakan pria kelebihan berat badan karena pola makan yang kurang sehat, kurang olahraga, dan stres. Hormon serta kebiasaan ngemil juga bisa memicu penumpukan lemak.
Pria dianggap obesitas jika Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas 30. IMT dihitung dari berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) kuadrat. Selain itu, lingkar pinggang di atas 102 cm juga bisa jadi tanda obesitas.
Obesitas pada pria bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, dan masalah hormon. Selain itu, obesitas dapat menurunkan energi dan memengaruhi kesuburan serta kesehatan mental.