Dermatitis Kontak, Penyebab Kulit Gatal Setelah Terpapar dengan Suatu Pemicu

Oleh Tim RS Pondok Indah

Senin, 29 Juli 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Dermatitis kontak tidak menular maupun berbahaya, tetapi bisa menyebabkan penderitanya merasa tidak nyaman. Ada beberapa penanganan untuk meredakan kondisi ini.

Dermatitis Kontak, Penyebab Kulit Gatal Setelah Terpapar dengan Suatu Pemicu

Semua penyakit kulit umumnya ditandai dengan munculnya keluhan kulit terasa gatal, ruam (kemerahan) di kulit, maupun keduanya, bahkan perih atau nyeri. Dermatitis kontak merupakan salah satu penyebab penyakit kulit tersebut. Namun, kondisi ini bukanlah penyakit kulit yang menular, melainkan reaksi peradangan semata. Jadi, supaya tidak salah mengenali kondisi ini, yuk cari tau lebih lanjut tentang dermatitis kontak di artikel ini!


Apa itu Dermatitis Kontak?

Dermatitis kontak adalah peradangan yang terjadi pada kulit akibat paparan zat tertentu. Paparan zat tersebut akan menyebabkan iritasi maupun alergi pada penderita dermatitis kontak. Kondisi ini ditandai dengan ruam pada kulit yang terasa gatal.


Dengan penanganan yang tepat, keluhan yang menjadi gejala dermatitis kontak bisa teratasi. Namun, penanganan utamanya adalah menghindari zat pemicu terjadinya kondisi ini, yang tidak selalu mudah dilakukan. Oleh karena itu, pemeriksaan dan penanganan dari dokter perlu dilakukan untuk mengatasi dermatitis kontak.


Baca juga: Kulit Terjaga Hingga Usia Senja



Gejala Dermatitis Kontak

Gejala dermatitis kontak akan muncul pada lokasi kulit yang bersentuhan dengan zat pemicunya. Kondisi ini terjadi karena reaksi kekebalan tubuh, khususnya pada kulit, akibat terpapar dengan zat alergen atau iritan. Biasanya gejala akan muncul beberapa menit hingga jam setelah terjadi kontak dan akan berlangsung selama 2-4 minggu.


Setiap orang bisa saja mengalami gejala yang berbeda, tergantung dari sensitivitas kulit penderitanya dan zat yang memicu, tetapi beberapa gejala dermatitis kontak yang sering dikeluhkan, meliputi:


  • Ruam kulit yang disertai rasa gatal hebat
  • Kulit terasa nyeri saat ditekan
  • Kulit terasa hangat atau panas saat disentuh
  • Kulit mengalami pembengkakan
  • Bentol-bentol berisi air atau bruntusan, yang bisa pecah kemudian mengering
  • Kulit kering, maupun kulit menjadi bersisik atau pecah-pecah
  • Kulit menjadi tebal dan menggelap


Setiap orang bisa saja mengalami gejala yang berbeda pada setiap episode terjadinya dermatitis kontak. Gejala dermatitis kontak hanya terjadi pada lokasi kulit yang bersentuhan atau terpapar dengan zat pemicu.


Meski tidak selalu parah, dermatitis kontak tetap bisa mengganggu. Jadi, tidak ada salahnya untuk memastikannya dengan memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Nantinya dokter akan memberikan penanganan yang sesuai, setelah memeriksa dan memastikan kondisi Anda.


Jenis dan Penyebab Dermatitis Kontak

Secara umum, penyebab terjadinya dermatitis kontak adalah karena reaksi alergi maupun iritasi yang disebabkan oleh kontak dengan zat tertentu. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai penyebab dermatitis kontak:


1. Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan (irritant contact dermatitis) merupakan jenis dermatitis kontak yang paling sering terjadi. Pada kondisi ini, peradangan terjadi karena bersentuhan dengan zat yang memicu iritasi atau merusak lapisan pelindung kulit. Beberapa zat pemicu dermatitis kontak adalah sebagai berikut ini:


  • Sabun mandi maupun sampo, terutama yang mengandung detergen dan pewangi
  • Produk perawatan kulit, terutama yang mengandung zat pengharum atau parfum, maupun yang terlalu banyak mengandung bahan kimia
  • Detergen maupun pemutih baju
  • Produk-produk pembersih
  • Pewarna rambut, terutama yang menggunakan teknik bleaching (mencerahkan warna rambut)
  • Senyawa yang bersifat asam
  • Cairan tubuh, khususnya urine dan air liur
  • Aseton (yang banyak dimanfaatkan sebagai penghapus cat kuku) maupun cairan pelarut lainnya
  • Pupuk dan pestisida
  • Tanaman, seperti poinsettia maupun lada
  • Bensin dan oli mesin 
  • Cat dan cairan untuk pernis
  • Resin, plastik maupun epoksi


Selain beberapa penyebab di atas, sering mencuci tangan juga dapat memicu gejala dermatitis kontak iritan maupun memperparah gejala yang dialami. Terjadinya dermatitis kontak karena mencuci tangan, baik menggunakan sabun maupun hand sanitizer, akan lebih berisiko dialami oleh mereka yang memiliki kulit kering.


2. Dermatitis Kontak Alergi

Mereka yang mengalami dermatitis kontak alergi (allergic contact dermatitis) akan mengalami reaksi peradangan pada kulit ketika terpapar zat pemicunya. Pada tubuh penderita dermatitis kontak alergi, reaksi alerginya akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebih ketika terpapar zat pemicunya, sehingga terjadilah gejala dermatitis kontak.


Selain kontak langsung, mengonsumsi makanan, obat, maupun penggunaan alat medis maupun tindakan untuk perawatan gigi juga bisa menyebabkan dermatitis kontak alergi. 


Zat pemicu reaksi alergi pada dermatitis kontak biasanya tidak berbahaya bagi orang lain, yang tidak menderita dermatitis alergi. Lebih dari 15.000 zat telah teridentifikasi dapat menjadi penyebab dermatitis kontak alergi, beberapa diantaranya meliputi:


  • Tanaman, atau bagian tanaman, seperti jelatang (poison ivy)
  • Produk kecantikan maupun perawatan kulit, yang mengandung wewangian (parfum) maupun alkohol
  • Lateks, seperti yang digunakan untuk membuat sarung tangan medis maupun beberapa jenis kondom
  • Logam, terutama nikel, yang merupakan bahan utama dalam pembuatan perhiasan
  • Obat oles, misalnya krim antibiotik
  • Beberapa partikel dalam udara, seperti serbuk sari


Menentukan penyebab dermatitis kontak alergi bukanlah hal yang mudah, karena waktu munculnya ruam lebih memakan waktu. Bisa saja reaksi alergi baru muncul setelah kontak beberapa kali dengan zat pemicu terjadinya dermatitis kontak. Selain itu, zat pemicu dermatitis kontak antar orang tidak selalu sama. Pada anak, kondisi ini bisa saja dipicu karena penggunaan popok, sabun pencuci baju, bahkan kancing pakaiannya.


Baca juga: Serba-Serbi Alergi



Faktor Risiko Dermatitis Kontak

Meski bisa terjadi pada siapa saja, mereka yang memiliki beberapa kondisi khusus akan lebih mungkin mengalami dermatitis kontak. Beberapa faktor risiko dermatitis kontak tersebut, antara lain:


  • Menderita penyakit kulit, seperti psoriasis maupun dermatitis kontak, serta penyakit lain, termasuk asma dan alergi.
  • Mengenakan perhiasan, terutama yang terbuat dari nikel, untuk waktu yang lama
  • Memiliki pekerjaan yang berkaitan erat atau banyak terpapar dengan zat iritan, seperti atlet renang, penata rambut, petugas kebersihan, maupun bekerja di tambang.
  • Mengalami paparan sinar matahari yang terlalu lama saat kulit sedang sensitif, termasuk saat menjalani terapi dengan tetracycline


Diagnosis Dermatitis Kontak

Semua penanganan untuk mengatasi keluhan dermatitis kontak baru bisa diberikan setelah dokter menegakkan diagnosis melalui proses anamnesis dan pemeriksaan fisik, yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang. Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menentukan kondisi ini adalah tes alergi dengan menempelkan koyo (patch test) maupun tes iritasi (ROAT test)


Setelah dipastikan dan diketahui penyebabnya, Anda disarankan untuk menghindari zat pemicu sebagai salah satu upaya pencegahan dermatitis kontak. Selain itu, Anda yang memiliki faktor risiko terjadinya dermatitis kontak juga bisa melakukan pemeriksaan ketika mengalami keluhan yang menyerupai gejala dermatitis kontak.


Baca juga: Mengenal Psoriasis, Si Penyebab Gatal dan Pengganggu Penampilan


Penanganan Dermatitis Kontak

Tujuan umum penanganan dermatitis kontak dibedakan menjadi 2, yakni mengatasi keluhan yang tengah terjadi dan menentukan penyebab terjadinya kondisi ini.


Gejala dermatitis kontak akan sembuh dengan sendirinya setelah menghindarkan kulit dari zat pemicunya. Namun, memastikan zat pemicunya tidak selalu mudah. Beberapa penanganan awal yang bisa Anda lakukan untuk meredakan gejala dermatitis kontak, antara lain:


  • Melakukan kompres dingin pada area yang terkena dermatitis kontak untuk meredakan peradangan, baik berupa ruam, gatal, maupun nyeri
  • Mengoleskan pelembab untuk memperbaiki kondisi lapisan terluar kulit dan mencegah kulit jadi kering. Kondisi kulit yang lembab juga bisa mempercepat pemulihan 
  • Memastikan untuk tidak menggaruk kulit yang mengalami gejala dermatitis kontak
  • Memastikan kebersihan tubuh, terutama area kulit yang mengalami dermatitis kontak, sekaligus mencegah terjadinya komplikasi
  • Obat antihistamin dalam bentuk tablet biasa akan diresepkan dokter untuk meredakan gatal yang sangat mengganggu
  • Peresepan obat kortikosteroid, baik dalam bentuk oles maupun minum, juga bisa dilakukan untuk meredakan peradangan
  • Bila keluhan yang ditimbulkan sangat parah, terapi penekan sistem imun maupun fototerapi, mungkin disarankan oleh dokter 


Periksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Pondok Indah untuk mendapatkan penanganan yang optimal. Dermatology Center di RS Pondok Indah - Puri Indah juga menawarkan pelayanan komprehensif untuk meredakan keluhan dermatitis kontak yang Anda alami. Selain itu, penanganan diberikan menggunakan teknik paling up to date, didukung dengan alat berteknologi terkini.


FAQ Dermatitis Kontak


Apakah Dermatitis Kontak Bisa Menyebar?

Seharusnya, tanda dan gejala dermatitis kontak hanya akan muncul pada area kulit yang terdampak dan tidak menyebar. Ruam merah tersebut tidak akan menyebar ke area lain yang tidak terkena zat alergen atau iritan penyebab dermatitis. Apabila ruam dermatitis mulai menyebar, segera periksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin karena ada kemungkinan dermatitis yang Anda alami berkaitan dengan isu pada sistem kekebalan tubuh Anda.


Berapa Lama Sembuh Dermatitis Kontak?

Dengan penanganan yang tepat, dermatitis kontak dapat sembuh dan hilang dalam 2-4 minggu. Apabila kulit yang terkena dermatitis kontak segera ditangani, biasanya gejala seperti gatal, kulit kering, dan nyeri dapat berkurang dalam beberapa hari. Akan tetapi, ruam merah pada area kulit yang terdampak akan tetap terlihat untuk beberapa minggu ke depan.


Apakah Penyakit Dermatitis Kontak Bisa Sembuh Total?

Meskipun ruam merah akibat dermatitis kontak perlahan dapat hilang dengan penanganan yang tepat, sayangnya, dermatitis kontak tidak bisa sembuh total. Apabila Anda melakukan kontak langsung dengan zat alergen atau iritan yang menyebabkan dermatitis kontak, maka penyakit itu pun akan kambuh kembali. Anda hanya bisa menghindari zat penyebab dermatitis kontak untuk mencegah kekambuhannya.


Apa yang Terjadi Jika Penyakit Dermatitis Tidak Segera Ditangani?

Apabila dermatitis kontak tidak segera ditangani, gejala yang dialami bisa semakin parah dan berpotensi menyebabkan komplikasi. Ruam merah akan terasa gatal terus-menerus. Apabila penderita dermatitis kontak sering menggaruk area yang terkena, maka bisa saja muncul luka yang bisa terinfeksi.


Apakah Orang yang Terkena Dermatitis Boleh Mandi?

Orang yang mengalami dermatitis kontak boleh mandi. Justru, mandi dengan air hangat bisa membantu meredakan iritasi, serta gatal yang dirasakan. Selama mandi, pastikan Anda tidak menggosok kulit terlalu keras supaya iritasi kulit tidak semakin parah. Selain itu, gunakanlah sabun yang lembut dan diformulasikan untuk kulit sensitif. 


Referensi: 

  1. Dickel H. Management of contact dermatitis. Allergo Journal International. 2023. (https://link.springer.com/article/10.1007/s40629-023-00246-9). Diakses pada 21 Juni 2024.
  2. Na M, Ritacco G, et al,. Fragrance skin sensitization evaluation and human testing: 30-year experience. Dermatitis. 2021. (https://www.liebertpub.com/doi/pdf/10.1097/DER.0000000000000684). Diakses pada 21 Juni 2024.
  3. Rundle CW, Presley CL, et al,. Hand hygiene during COVID-19: recommendations from the American Contact Dermatitis Society. Journal of the American Academy of Dermatology. 2020. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0190962220322568). Diakses pada 21 Juni 2024.
  4. American Academy of Dermatology Associations. Eczema Types: Contact Dermatitis Overview. (https://www.aad.org/public/diseases/eczema/types/contact-dermatitis). Direvsi terakhir 14 Desember 2020. Diakses pada 21 Juni 2024.
  5. Cleveland Clinic. Contact Dermatitis. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6173-contact-dermatitis). Direvisi terakhir 30 Maret 2023. Diakses pada 21 Juni 2024.
  6. Harvard Health Publishing. Contact Dermatitis. (https://www.health.harvard.edu/a_to_z/contact-dermatitis-a-to-z). Direvisi terakhir 11 Mei 2024. Dikases pada 21 Juni 2024.
  7. Mayo Clinic. Contact Dermatitis. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/contact-dermatitis/symptoms-causes/syc-20352742). Direvisi terakhir 2 Mei 2024. Diakses pada 21 Juni 2024.