Faktor nutrisi: konsumsi lemak jenuh, alkohol berlebih. Faktor non-nutrisi: genetik, usia, hormon, paparan radiasi, dan gaya hidup kurang aktif.
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan risiko terjadinya kanker payudara, antara lain faktor nutrisi dan non-nutrisi. Faktor nutrisi, terutama diet dengan gizi lengkap dan seimbang, akan membantu menurunkan risiko kanker payudara.
Semua makanan yang berasal dari tumbuhan, seperti biji-bijian dan grain, akan menurunkan risiko kanker payudara. Hal ini karena kandungan serat biji-bijian, baik serat larut maupun tidak larut, dapat mengurangi penyerapan estrogen oleh sel usus saat dikeluarkan dari tubuh.
Serat juga menurunkan kejadian obesitas (kegemukan) dan memperbaiki sensitivitas insulin yang mempunyai peranan menurunkan risiko kanker payudara. Selain itu, antioksidan yang terdapat dalam buah dan sayur mempunyai efek perlindungan terhadap kejadian kanker payudara. Oleh karena itu, perbanyak asupan sayur dan buah dalam makanan sehari-hari, minimal 5-6 porsi sehari.
Diet yang mengandung tinggi lemak dan protein hewani tentu mengandung kalori yang tinggi. Peningkatan asupan kalori dihubungkan dengan meningkatnya berat badan, tinggi badan, maupun massa lemak tubuh. Pada anak perempuan, hal ini akan mempercepat usia menarche (menstruasi pertama kali). Menarche makin dini, berarti makin dini pula usia tubuh terpapar dengan hormon yang mengatur siklus menstruasi (estrogen).
Dan, pada beberapa penelitian, dikatakan bahwa kadar estrogen yang tinggi berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker payudara di kemudian hari. Pada wanita dewasa, risiko kanker payudara meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan khususnya pada wanita yang memiliki indeks massa tubuh lebih rendah saat usia muda.
Oleh karena itu, batasi asupan lemak terutama jenis lemak jenuh dan protein hewani apalagi yang kaya akan kolesterol dalam makanan sehari-hari.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang cukup akan menurunkan risiko kanker payudara. Demikian juga dengan kadar selenium. Di negara tropis, vitamin D banyak terdapat pada cahaya matahari, sedangkan selenium banyak ditemukan pada seafood.
Konsumsi alkohol yang melebihi 40g/hari (sekitar 3 takaran) akan meningkatkan risiko kanker payudara. Hal ini berkaitan dengan efek alkohol yang menurunkan kemampuan perbaikan diri DNA serta ikut meningkatkan metabolisme zat karsinogen oleh enzim hati.
Teh kaya akan polifenol yang mempunyai aktivitas antioksidan, bekerja dengan membersihkan radikal bebas, dan melindungi kerusakan DNA sel dari efek radikal bebas. Oleh karena itu, teh dikatakan dapat menurunkan risiko kanker payudara.
Bagaimana dengan kopi? Ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa berbagai komponen dalam kopi dapat menghambat pertumbuhan sel kanker; mengubah hasil metabolisme estrogen menjadi komponen yang tidak bersifat karsinogenik. Tentu saja konsumsi kopi harus disesuaikan dengan kondisi setiap orang.
Faktor ini lebih berkaitan pada gaya hidup, seperti aktivitas fisik, berat badan, kondisi menyusui, terapi hormon, polusi, dan merokok. Aktivitas fisik memiliki efek proteksi terhadap kejadian kanker payudara karena membantu mempertahankan berat badan selalu berada dalam keadaan normal.
Dianjurkan melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit dalam seminggu (5 kali seminggu selama 30 menit) dengan jenis aerobik intensitas sedang seperti berjalan atau berenang. Aktivitas fisik juga memperlambat usia menarche pada anak perempuan sehingga menurunkan risiko kanker payudara di kemudian hari. Demikian juga pada wanita dewasa, aktivitas fisik yang teratur akan menurunkan kadar hormon estrogen sehingga menurunkan risiko kanker payudara. Fase menyusui juga mampu memberikan perlindungan.
Makin lama seorang ibu menyusui bayinya, makin besar efek perlindungan yang diperoleh terhadap kanker payudara. Selain itu, hentikan terapi hormon. Penggunaan jangka panjang terapi hormon kombinasi untuk menghilangkan gejala yang tidak nyaman pada wanita menopause akan meningkatkan risiko kanker payudara. Oleh karena itu, diskusikan penggunaan terapi hormon ini dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan Anda.
Polusi sangat berisiko terhadap pembentukan kanker. Hindari polusi atau pencemaran lingkungan, terutama dari unsur hidrokarbon aromatik polisiklik yang banyak dijumpai pada asap kendaraan bermotor maupun pada polusi udara. Selanjutnya, merokok. Aktivitas ini akan meningkatkan risiko hampir semua jenis kanker, termasuk kanker payudara, baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Oleh karena itu, hentikan kebiasaan merokok sedini mungkin. Jika sulit untuk dilakukan sendiri, maka Anda dapat berdiskusi dengan dokter mengenai cara berhenti merokok yang terbaik.
Pemeriksaan mandiri untuk mengetahui secara dini apakah ada perubahan, baik pada kulit maupun adanya benjolan pada payudara, Jangan lupa juga untuk lakukan skrining dan pemeriksaan klinis payudara secara berkala dengan mammografi, USG payudara, dan lainnya, serta berkonsultasilah secara teratur dengan dokter Anda, agar kesehatan Anda tetap terpantau.