Penyebab gangguan kesuburan bisa meliputi masalah hormon, gaya hidup tidak sehat, obesitas, stres, infeksi, kelainan genetik dan masalah pada organ reproduksi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 menyebutkan bahwa sekitar 89 juta wanita Indonesia, berada dalam rentang usia reproduksi (15 – 49 tahun). Seharusnya dengan jumlah tersebut, 85-90 persen pasangan di Indonesia dapat hamil dalam satu tahun pertama pernikahan secara alami.
Namun kenyataannya, tidak sedikit pasangan yang menemui kendala dalam upaya mendapatkan keturunan. Apabila sepasang suami istri berhubungan seksual aktif selama satu tahun tanpa kontrasepsi, namun belum dapat dikaruniai keturunan, dapat dikatakan pasangan ini memiliki gangguan kesuburan.
Gangguan kesuburan dapat berasal dari permasalahan pada suami, istri atau kombinasi keduanya. Persentase masing-masing adalah sepertiga, atau sama besarnya.
Gangguan kesuburan pada wanita bisa terjadi karena:
Pada saat sel telur tidak pecah dari cangkangnya maka akan terjadi gangguan kesuburan. Gangguan ovulasi bisa terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK), permasalahan daerah otak (hipotalamus-hipofise) yang bisa dialami oleh wanita dengan olahraga atau diet berlebihan, penuaan ovarium dini atau disebut prematur, dan kelebihan hormon prolaktin.
Sumbatan ini menyebabkan sel telur dan sperma tidak dapat bertemu. Hal ini bisa terjadi karena adanya infeksi, atau pernah ada tindakan operasi sebelumnya yang membuat jaringan parut pada saluran sehingga menjadi tersumbat.
Adanya mioma atau polip besar, infeksi pada rahim, atau kelainan bawaan sejak lahir yang menghambat pertemuan sperma dan sel telur ataupun menghambat penempelan embrio dinding.
Gangguan kesuburan pada pria, yaitu:
Gangguan Sperma: dimana jumlah sel sperma sangat sedikit, larinya sangat pelan, dan bentuknya abnormal sehingga sulit mencapai sel telur.
Persentase faktor keduanya adalah sama besarnya, yakni 35 persen dari gangguan sperma, dan 35 persen dari sumbatan saluran telur.
Sementara itu, 15 persen gangguan kesuburan terjadi akibat gangguan pematangan telur, 5 persen akibat masalah lainnya yang jarang ditemukan, seperti kista, dan 10 persen sisanya merupakan permasalahan yang tidak dapat dijelaskan.
Salah satu cara untuk mengetahui permasalahan yang mungkin Anda alami ialah dengan melakukan tes kesuburan, tepatnya setelah satu tahun masa pernikahan. Hal ini juga bisa dilakukan dengan segera, apabila Anda dan pasangan menikah pada usia di atas 35 tahun.
Pemeriksaan tersebut meliputi:
Selain pengecekan kesuburan yang disebutkan di atas, untuk mengetahui permasalahan yang ada, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar usaha untuk mendapatkan buah hati bisa terwujud.
Merokok menjadi salah satu faktor yang diduga dapat mengganggu kesuburan, karena radikal bebas dari rokok dapat mengganggu dan/atau merusak kromosom DNA sperma atau sel telur, begitu juga halnya dengan alkohol.
Maka itu, untuk membantu kesuksesan program mendapatkan keturunan harus dimulai dengan berhenti merokok dan berhenti mengonsumsi alkohol.
Berat badan yang terlalu berlebihan atau kurang juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan kesuburan, sehingga berat badan ideal sebaiknya terus dijaga. Jangan lupa untuk mengelola stres dengan baik, dan mengurangi konsumsi kafein.
Selain itu, penting untuk melihat pola kehidupan sehari-hari, apakah Anda memiliki gaya hidup dan kebiasaan yang sehat? Misalnya apakah rajin berolahraga atau adakah masalah frekuensi hubungan seksual?
Frekuensi berhubungan seksual yang normal adalah dua sampai tiga kali dalam seminggu.
Penanganan yang bisa dilakukan:
Seperti yang dijelaskan pada tabel di atas, pemeriksaan dan penanganan dimulai setelah Anda, pasangan, dan dokter mengetahui permasalahan yang menyebabkan gangguan kesuburan.
Masing-masing gangguan kesuburan memiliki tata laksana yang berbeda. Dengan adanya solusi pada setiap gangguan, diharapkan setiap pasangan memiliki mindset positif bahwa selalu ada harapan untuk memperoleh keturunan.
Semoga Anda dan setiap pasangan yang sedang berusaha memperoleh keturunan segera mendapatkan buah hati yang didambakan.
Sel telur bisa tidak pecah karena ketidakseimbangan hormon, seperti rendahnya hormon LH atau FSH. Stres, masalah kesehatan, atau sindrom ovarium polikistik (PCOS) juga bisa menjadi penyebabnya.
Jika sel telur besar tapi tidak pecah, sulit untuk hamil karena ovulasi tidak terjadi. Tanpa ovulasi, sel telur tidak bisa dibuahi. Perlu konsultasi dokter untuk penanganan.
Tes kesuburan wanita meliputi pemeriksaan hormon melalui tes darah, USG untuk melihat kondisi ovarium dan rahim, serta HSG untuk memeriksa saluran tuba.
Tanda laki-laki tidak subur meliputi jumlah sperma rendah, sperma bergerak lambat, disfungsi ereksi, penurunan libido, atau masalah hormonal seperti pertumbuhan rambut berkurang.
Ciri-ciri kemandulan pada pria meliputi jumlah sperma rendah, sperma tidak normal, kesulitan ereksi, penurunan gairah seks, atau pembengkakan di sekitar testis.
Kesuburan pria bisa diketahui melalui tes sperma untuk mengecek jumlah, bentuk, dan gerakan sperma. Tes hormon atau pemeriksaan fisik juga bisa membantu menilai kondisi kesuburan.