Gigi Rapi dan Sehat, Kunci Anak Percaya Diri

Jumat, 01 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Gigi bertumpuk pada anak disebabkan oleh rahang kecil, kebiasaan menghisap jempol, gigi susu yang terlambat tanggal, atau faktor genetik.

Gigi Rapi dan Sehat, Kunci Anak Percaya Diri

‘Gigi bertumpuk’ dan ‘gigi berjejal’ merupakan dua istilah yang berbeda untuk menyebut gigi berantakan, sehingga penting bagi orang tua untuk memahami perbedaannya. ‘Gigi bertumpuk’ merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan gigi sulung (gigi susu) yang belum tanggal bertumpang tindih dengan gigi dewasa (gigi permanen) yang sudah muncul. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut ‘persistence’ atau persistensi (Gambar 1a). Kondisi ini umumnya terjadi dalam satu area, misalnya depan-belakang.

 

Sementara itu, ‘gigi berjejal’ merupakan kondisi gigi sulung yang bertumpang tindih dengan sesama gigi sulung atau sesama gigi permanen lainnya. Posisi gigi tersebut berlapis dengan gigi sebelahnya, yang secara medis disebut sebagai ‘dental crowding’ (Gambar 1b).



Gambar 1. (a) Gigi bertumpuk karena persistensi gigi sulung



Gambar 1. (b) Gigi bertumpuk karena dental crowding

 

Umumnya, kondisi ini kerap terjadi ketika adanya pergantian dari gigi sulung menjadi gigi dewasa atau permanen. Terdapat tiga tahap perkembangan gigi, yaitu periode gigi sulung (0-6 tahun), gigi bercampur/mixed dentition (6-13 tahun), dan gigi permanen (di atas 13 tahun). Kondisi gigi bertumpuk atau berjejal sama-sama menyebabkan ketidakseimbangan pertumbuhan rahang dan gigi, atau dalam istilah medis disebut sebagai ‘maloklusi’.


Penyebab Gigi Bertumpuk pada Anak

Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, beberapa penyebab maloklusil meliputi:


1. Genetik

Ukuran gigi dan rahang yang tidak sesuai, misalnya gigi terlalu besar dan rahang terlalu kecil, menyebabkan gigi pengganti kekurangan tempat sehingga terjadi tumpang tindih. Selain itu, posisi benih gigi yang kurang tepat juga dapat menyebabkan gigi bertumpuk atau berjejal.


2. Kehilangan Gigi Secara Dini (Premature Loss)

Gigi sulung yang hilang lebih awal (karena berlubang atau kecelakaan) menyebabkan gigi lainnya miring dan berpindah ke area yang kosong.


3. Kebiasaan Buruk Ketika Kecil (Oral Habit)

Kebiasaan buruk seperti mengisap ibu jari, bernapas melalui mulut, menggigit kuku/pensil/bibir atau mendorong lidah membuat otot mulut dan pipi terus aktif sehingga mengakibatkan bentuk rahang atas dan bawah menyempit/melebar. Penggunaan dot dan empeng (pacifier) berkepanjangan juga dapat membuat gigi bertumpuk. Selain itu, jarang mengunyah makanan dengan tekstur keras membuat otot-otot pengunyahan melemah dan membuat tumbuh kembang rahang tidak ideal.


4. Kelainan Kongenital dan Tumor

Kelainan seperti kelebihan jumlah gigi (ekstra) atau anomali bentuk gigi dapat mengurangi ruang dalam rahang, menyebabkan gigi tumbuh bertumpuk. Selain itu, ada beberapa kondisi penyakit lain yang menyebabkan gigi tumbuh bertumpuk, seperti adanya celah bibir dan langit-langit, tumor rahang mulut, tambalan gigi atau mahkota yang kurang baik, dan lain-lain.


Baca juga: Ke Dokter Gigi, Siapa Takut?


 

Dampak Gigi Bertumpuk & Berjejal pada Anak

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa maloklusi menempati posisi ketiga sebagai penyakit gigi dan mulut paling tinggi di tahun 2024. Gigi yang bertumpuk atau berjejal juga dapat menghalangi pertumbuhan gigi permanen, membuat si kecil sulit mengunyah, mengalami kelainan gusi dan sendi rahang, serta kesulitan membersihkan gigi. Dampaknya, gigi si kecil rusak sehingga menimbulkan rasa malu dan menurunnya tingkat kepercayaan diri.

 

Untungnya, kondisi ini masih dapat diantisipasi, terutama jika orang tua mampu mengidentifikasi faktor risiko serta anomali yang terjadi pada gigi si kecil sejak dini. Cegah kondisi ini bertambah parah dengan membiasakan si kecil menjaga kesehatan gigi dan mulut, menghentikan kebiasaan buruk yang dapat memengaruhi bentuk rahang, serta rutin mengajak si kecil kontrol kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak (Sp. K.G.A).

 

Orang tua juga dapat memprediksi kemungkinan gigi si kecil akan tumbuh bertumpuk, yaitu ketika tidak adanya sela-sela antar gigi sulung di usia 3-6 tahun. Sela-sela (spacing) ini berfungsi menyediakan ruangan untuk gigi permanen penggantinya yang berukuran lebih besar.


Jika menemui kondisi tersebut, sebaiknya Anda segera membawa si kecil untuk berkonsultasi dengan dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak (Sp. K.G.A) untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat sebelum kondisi bertambah parah.

 

Perawatan Gigi Bertumpuk pada Anak

Jika si kecil telah terlanjur memiliki gigi yang bertumpuk, orang tua dapat mempertimbangkan untuk segera melakukan beberapa langkah berikut:


1. Berkonsultasi dan Memeriksakan Si Kecil ke Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak

Dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak dapat memastikan penyebab gigi bertumpuk yang si kecil alami. Jika gigi bertumpuk disebabkan persistensi, maka dapat dilakukan pencabutan gigi sulung. Space maintainer dan regainer dapat diberikan juga untuk kasus-kasus kehilangan gigi dini dan mencegah gigi lain timpang. Namun, jika gigi bertumpuk disebabkan dental crowding, maka dokter gigi spesialis ortodontik yang akan melakukan pemeriksaan dan perawatan lanjutan


2. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus gigi bertumpuk akibat crowding umumnya perlu dilakukan rontgen untuk mengetahui kondisi gigi, rahang, dan tulang


3. Perawatan Ortodontik dengan Dokter Gigi Spesialis Ortodontik

Setelah menjalani pemeriksaan lengkap, maka dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak dan dokter gigi spesialis ortodontik dapat bekerja sama untuk menentukan perawatan ideal bagi si kecil. Keuntungan perawatan ortodontik dini memastikan tumbuh kembang yang optimal untuk rahang, gigi, dan wajah si kecil.


Baca juga: Senyum Indah Gigi Sempurna


 

Merawat gigi bertumpuk maupun berjejal sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah teridentifikasi sehingga dapat mencegah masalah gigi yang lebih serius di kemudian hari. Sebagai langkah preventif, ajarkan si kecil untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi ber-fluoride selama 2 menit, rajin menggunakan benang gigi (flossing), serta menghindari makanan yang bertekstur lengket dan manis.

 

Pemeriksaan gigi secara rutin dan pemantauan perkembangan gigi si kecil sangat penting untuk memastikan tumbuh kembang si kecil yang optimal dan mencegah masalah yang lebih besar. Mari bantu si kecil jaga kesehatan gigi dan mulutnya agar ia tampil lebih percaya diri.