PCOS berpotensi menyebabkan wanita sulit hamil (mandul) bahkan keguguran karena sel telur tidak dapat dilepaskan. Apakah PCOS bisa sembuh? Simak di sini!
Kehamilan sejatinya adalah hal yang dinantikan oleh setiap pasangan. Namun, kehamilan tidak selalu terjadi sesuai harapan, tergantung dari beberapa faktor. Hormon merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses kehamilan. Sindrom polikistik ovarium, atau sering dikenal dengan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) merupakan penyebab gangguan menstruasi dan kesuburan yang umum ditemui saat ini.
Sindrom ovarium polikistik, atau lebih dikenal dengan PCOS, adalah gangguan hormonal yang terjadi pada wanita di usia subur. Gangguan hormon ini menyebabkan pembesaran ovarium dengan tumbuhnya beberapa kantung berisi cairan (kista).
Hormon reproduksi, baik pria dan wanita, memiliki jenis hormon reproduksi yang sama hanya saja kadarnya yang berbeda. Misalnya, kadar hormon androgen (yang dikenal sebagai 'hormon laki-laki') pada pria akan jauh lebih besar dibanding hormon lainnya. Hormon androgen sebenarnya juga diproduksi dalam tubuh wanita, karena memiliki peran penting bagi organ reproduksi wanita. Namun, produksi hormon ini di tubuh wanita tidak sebanyak pada laki-laki.
Sayangnya, peningkatan hormon androgen dalam tubuh seorang wanita justru berisiko menyebabkan terjadinya (PCOS). Lebih jauh, hormon androgen yang berlebih pada penderita PCOS dapat mengakibatkan indung telur (ovarium) memproduksi banyak kantong berisi cairan sehingga sel telur tidak berkembang secara sempurna dan gagal dilepaskan secara teratur (anovulasi). Kondisi ini lah yang kemudian menghambat proses terjadinya kehamilan.
Baca juga: Kenali Sejak Dini, Jenis Gangguan Kesuburan yang Mengintai
Sampai saat ini, belum diketahui pasti penyebab PCOS. Namun, ada beberapa faktor yang diduga sebagai pencetusnya, seperti kadar insulin yang terlalu tinggi.
Selain itu, faktor genetik juga diyakini memegang peran dalam terjadinya PCOS. Jadi, apabila seorang ibu mengidap sindrom polikistik ovarium ini, maka anak perempuan atau saudara perempuannya mungkin saja mengalami PCOS.
Gangguan ini biasanya mempengaruhi wanita usia reproduksi, atau yang berusia 15-44 tahun. Gejala PCOS sering muncul saat remaja, tetapi ada juga yang baru mengalami gejalanya setelah dewasa atau saat periode tertentu. Gejala-gejala tersebut antara lain:
Baca juga: Atasi Permasalahan Ginekologi Tanpa Luka Besar
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi biasa akan memastikan terlebih dahulu apakah wanita dengan gejala PCOS benar-benar mengalami kondisi tersebut, atau adakah gangguan kesehatan yang lain. Namun, karena sampai saat ini belum ada khusus untuk mendiagnosis PCOS, dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, mulai dari riwayat menstruasi hingga pemeriksaan fisik.
Setelah pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
Setelah melakukan semua pemeriksaan tersebut barulah dokter akan menggabungkan hasilnya untuk memastikan apakah seorang wanita menderita PCOS atau tidak.
Baca juga: Kenal Lebih Dekat dengan Endometriosis
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Meskipun demikian, banyak wanita dengan PCOS berhasil hamil melalui manajemen gejala dan terapi kesuburan. Penurunan berat badan, diet sehat, olahraga, serta obat-obatan seperti klomifen sitrat dan letrozole dapat merangsang ovulasi. Terapi hormon atau prosedur seperti inseminasi buatan dan bayi tabung (IVF) juga meningkatkan peluang kehamilan. Konsultasi rutin dengan dokter spesialis reproduksi sangat penting untuk memantau kondisi dan menentukan rencana pengobatan yang tepat.
Baca juga: Siklus Haid dan Reproduksi Sehat
Setelah dipastikan mengalami PCOS, dokter akan memberikan penanganan sesuai dengan kondisi masing-masing wanita dan pasangannya. Beberapa solusi tersebut, meliputi:
Perubahan bisa menjadi salah satu opsi utama untuk mengatasi PCOS dan juga berbagai keluhan menyertai sindrom ini. Wanita dengan PCOS diharapkan menerapkan pola hidup sehat, dengan menerapkan beberapa tips berikut:
Tujuan melakukan perubahan pola hidup adalah untuk mencegah risiko terjadinya komplikasi akibat PCOS, sekaligus meningkatkan peluang terjadinya kehamilan.
Selanjutnya, terapi dengan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter bisa meningkatkan kemungkinan wanita dengan PCOS untuk hamil. Pengobatan yang diberikan oleh dokter juga bertujuan untuk memperbaiki resistensi insulin dan gangguan regulasi gula darah, dan atau menekan produksi hormon androgen dalam tubuh.
Ditangani dengan pemberian obat-obatan yang dapat merangsang ovulasi. Jika terapi ini belum juga membantu, tindakan injeksi hormon gonadotropin dapat dijalankan guna membantu terjadinya ovulasi.
Langkah pertama dalam mengatasi PCOS adalah melakukan diagnosis yang tepat melalui pemeriksaan fisik, tes darah untuk mengecek kadar hormon, dan ultrasonografi ovarium. Diagnosis awal penting untuk memahami tingkat keparahan kondisi dan merancang rencana perawatan yang sesuai.
Perubahan gaya hidup seperti diet sehat dan olahraga teratur sangat penting untuk mengelola PCOS. Penurunan berat badan meskipun sedikit dapat membantu mengatur siklus menstruasi dan meningkatkan sensitivitas insulin, yang berdampak positif pada gejala PCOS.
Diet seimbang yang rendah karbohidrat sederhana dan tinggi serat dapat membantu mengatur kadar insulin dan hormon. Menghindari makanan olahan dan gula tambahan serta memperbanyak konsumsi buah, sayuran, dan biji-bijian utuh sangat dianjurkan.
Obat-obatan seperti pil kontrasepsi oral, metformin, dan anti-androgen sering digunakan untuk mengatur menstruasi, mengurangi gejala hiperandrogenisme, dan meningkatkan sensitivitas insulin. Pengobatan ini harus disesuaikan dengan gejala spesifik pasien dan dipantau oleh dokter.
Bagi wanita yang ingin hamil, terapi kesuburan seperti klomifen sitrat atau letrozole dapat merangsang ovulasi. Jika obat oral tidak efektif, injeksi hormon gonadotropin atau prosedur bayi tabung (IVF) mungkin diperlukan untuk meningkatkan peluang kehamilan.
Dalam kasus tertentu, prosedur bedah seperti laparoskopi ovarian drilling dapat digunakan untuk merangsang ovulasi. Prosedur ini melibatkan pembuatan lubang kecil di ovarium menggunakan laser atau jarum halus untuk mengurangi produksi hormon androgen yang berlebihan.
Stres dapat memperburuk gejala PCOS, oleh karena itu manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau terapi kognitif dapat membantu. Mengurangi stres juga dapat berdampak positif pada keseimbangan hormon dan kesehatan reproduksi secara keseluruhan.
Suplemen seperti inositol, vitamin D, dan asam folat serta herbal tertentu dapat mendukung pengelolaan PCOS. Namun, konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan sebelum memulai suplemen atau terapi herbal untuk memastikan keamanannya dan efektivitasnya.
Dukungan emosional dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan sangat penting untuk membantu wanita dengan PCOS mengatasi tantangan psikologis yang mungkin timbul. Terapi psikologis atau konseling juga bisa bermanfaat dalam mengelola stres dan kecemasan terkait kondisi ini.
Pemantauan rutin oleh dokter sangat penting untuk menilai respons terhadap pengobatan dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Evaluasi berkala dapat membantu dalam mengelola gejala dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul dari PCOS.
Baca juga: Simpan Cadangan Sel Telur Berkualitas dengan Egg Freezing
Meski berisiko mengalami infertilitas, wanita dengan PCOS masih dapat hamil. Metode bayi tabung (in-vitro fertilization) dapat menjadi solusi untuk wanita dengan PCOS yang ingin memiliki momongan. RS Pondok Indah - Pondok Indah sudah memiliki RS Pondok Indah IVF Centre, klinik bayi tabung yang didukung dengan teknologi terkini, seperti ICSI, IMSI, time lapse incubator, oocyte imaging system, laser hatching, dan PGT-A.
Klinik ini juga didukung oleh tim dokter subspesialis endokrinologi, fertilitas, dan reproduksi yang dapat memberikan konsultasi dan menangani permasalahan infertilitas Anda, termasuk PCOS, secara lebih spesifik. Tim dokter berpengalaman serta dukungan teknologi terdepan RS Pondok Indah IVF Centre dapat meningkatkan peluang keberhasilan program kehamilan Anda.
Menstruasi tidak teratur bisa terjadi karena berbagai faktor seperti stres, perubahan hormon, pola makan yang buruk, atau berat badan yang tidak stabil. Kondisi medis seperti PCOS (sindrom ovarium polikistik) juga bisa menjadi penyebabnya. Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh seringkali membuat siklus menstruasi menjadi tidak teratur, sehingga menstruasi bisa datang lebih awal, terlambat, atau bahkan terlewat sama sekali.
Ciri-ciri PCOS (sindrom ovarium polikistik) pada wanita yaitu menstruasi yang tidak teratur atau jarang, pertumbuhan rambut berlebih di wajah dan tubuh, jerawat yang membandel, dan sulit hamil. Wanita dengan PCOS juga bisa mengalami kenaikan berat badan yang sulit dikendalikan dan rambut yang menipis atau rontok di kepala.
Untuk mengecek apakah Anda memiliki PCOS, langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter. Dokter biasanya akan menanyakan gejala yang Anda alami, seperti menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebih, atau jerawat yang parah. Kemudian, dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk memeriksa kadar hormon dan USG untuk melihat apakah ada kista di ovarium. Diagnosis PCOS didasarkan pada kombinasi gejala, hasil tes darah, dan hasil USG.
Gejala PCOS biasanya mulai muncul pada masa remaja, sekitar saat seorang wanita mulai menstruasi, tetapi bisa juga muncul di kemudian hari saat terjadi perubahan besar dalam berat badan atau hormon. Gejalanya bisa berupa menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebih, jerawat, atau kesulitan hamil.
Penderita PCOS sebaiknya menjaga pola hidup sehat dengan mengatur pola makan, berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan ideal, karena hal ini dapat membantu mengontrol gejala. Penting juga untuk rutin berkonsultasi dengan dokter yang mungkin akan memberikan obat untuk mengatur hormon atau siklus menstruasi, serta menangani gejala seperti jerawat atau pertumbuhan rambut berlebih.