Oleh Tim RS Pondok Indah
Sebagai peradangan hati yang paling menular, hepatitis A umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Meski jarang menyebabkan komplikasi, hepatitis A tetap perlu ditangani dengan tepat.
Dari semua jenisnya, hepatitis A merupakan kondisi yang paling menular. Peradangan hati yang disebabkan oleh virus ini identik dengan negara berpenghasilan rendah dan sistem sanitasi yang buruk, termasuk Indonesia. Meski tidak selalu berbahaya, hepatitis A tetap bisa mengganggu kehidupan penderitanya, terlebih pada anak maupun orang yang kekebalan tubuhnya lemah. Untuk itu, penanganan hepatitis A perlu dilakukan dengan tepat
Hepatitis A adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A. Kondisi ini merupakan jenis penyakit hepatitis yang paling mudah menular dan paling banyak ditemukan pada negara dengan sistem sanitasi yang buruk. Namun, peradangan liver ini bisa dicegah dengan vaksin serta menjaga kebersihan diri maupun lingkungan.
Baca juga: Pentingnya Vaksinasi bagi Orang Dewasa
Tidak semua penderita hepatitis A menunjukkan gejala. Anak-anak merupakan kelompok yang sering kali terinfeksi hepatitis A tanpa menunjukkan gejala apapun. Mereka yang bergejala akan mudah dikenali, karena gejalanya sangat khas dibandingkan dengan penderita hepatitis lainnya.
Seseorang akan mengalami gejala setelah 2-5 minggu dari waktu paparan virus hepatitis A. Masuknya HAV akan menyebabkan peradangan hati dan menunjukkan beberapa gejala hepatitis A, seperti berikut ini:
Umumnya gejala hepatitis A akan sembuh tanpa penanganan khusus dalam waktu 2-6 bulan. Namun, ada sebagian kecil kasus hepatitis A yang bisa berkepanjangan dan sembuh lebih dari 6 bulan. Beberapa orang juga mungkin mengalami hepatitis A kambuh dalam waktu 6 bulan.
Penyebab hepatitis A adalah virus hepatitis A (HAV). Virus hepatitis A bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia, terutama di permukaan benda, selama beberapa bulan. Virus ini ditularkan melalui rute fekal-oral, atau dengan mengonsumsi makanan maupun minuman yang telah terkontaminasi HAV. Liur atau dahak yang keluar saat batuk maupun bersih, atau terpapar singkat dengan penderita hepatitis A bukanlah cara penyebaran HAV.
Kurangnya standar sanitasi merupakan salah satu faktor utama penularan hepatitis A. Sebab, penderita hepatitis A yang mengolah makanan tanpa mencuci tangan sebelum dan setelah memasak, mungkin menularkan peradangan pada hati ini. Kemungkinan kontaminasi ini terjadi ketika kotoran penderita hepatitis A yang ada di tangan kemudian tercampur ke dalam makanan atau minuman, maupun bahan dasar yang digunakan dalam suatu masakan serta air minum.
Berikut ini adalah beberapa metode penularan virus hepatitis A:
Hepatitis A bisa disebabkan oleh berbagai faktor, pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis penyakit dalam dapat membantu memastikan penyebab dari keluhan yang Anda rasakan saat ini. Jadi, jangan ragu untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk memastikan kondisi Anda.
Baca juga: Kunci Hindari Kanker Hati: Pemeriksaan Rutin dan Pencegahan
Beberapa kondisi tertentu akan meningkatkan risiko seseorang terinfeksi hepatitis A. Beberapa faktor risiko hepatitis A yang dimaksud adalah sebagai berikut ini:
Sebelum mengobati, dokter akan memastikan hepatitis A dengan melakukan beberapa pemeriksaan. Hasil dari proses anamnesis dan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh dokter akan dikonfirmasi menggunakan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan penunjang untuk mengkonfirmasi keberadaan antigen virus hepatitis A sekaligus menilai fungsi hati penderita hepatitis A. USG dan biopsi hati hanya dilakukan bila diperlukan.
Baca juga: Tes Fungsi Hati, Langkah Awal Menentukan Kesehatan Hati
Setelah dipastikan bahwa terjadinya peradangan hati akibat virus hepatitis A, barulah dokter akan memberikan penanganan sesuai dengan keparahan gejala, serta kondisi kesehatan umum Anda. Tujuan pengobatan hepatitis A adalah untuk meringankan keluhan atau membuat penderitanya merasa nyaman. Pada kasus hepatitis A yang parah dan terjadi gagal hati akut, transplantasi hati akan dilakukan sebagai pengobatannya.
Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, karena kondisi ini akan sembuh dengan sendirinya. Sel-sel hati pun akan pulih tanpa meninggalkan kerusakan permanen dalam waktu 6 bulan. Untuk itu, biasanya dokter akan menyarankan beberapa langkah untuk menangani dan meringankan gejala hepatitis A, yang meliputi:
Beberapa obat mungkin diresepkan oleh dokter untuk meredakan keluhan yang Anda alami. Namun, pastikan untuk mengonsumsi obat sesuai dengan arahan dokter dan jangan mengonsumsi obat lain tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Sebab, beberapa jenis obat bisa memperberat kerja hati, sehingga dapat merusak, bahkan memperparah kerusakan hati.
Berbeda dengan hepatitis B, hepatitis A sangat jarang menetap dan menjadi hepatitis kronis, bahkan merusak sel hati. Namun, bukan berarti mereka yang terkena hepatitis A terbebas dari risiko mengalami komplikasi. Meski jarang, gagal hati karena kasus hepatitis A yang parah mungkin saja terjadi. Kemungkinan terjadinya komplikasi hepatitis A ini lebih besar pada mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Selain itu, hepatitis A yang dialami ibu hamil akan menyebabkan komplikasi berupa ketuban pecah dini, persalinan prematur, solutio plasenta, bahkan kerusakan hati pada bayi yang dikandung.
Pencegahan hepatitis A bisa dilakukan dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis A. Sedangkan bagi yang tengah berpergian, pastikan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang terjaga kualitasnya. Selain itu, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan langkah pencegahan sederhana yang bisa menjauhkan Anda dari kemungkinan terinfeksi hepatitis A.
Baca juga: Sirosis Hati, Ketahui Komplikasi dan Cara Perawatannya
Gejala hepatitis A dapat muncul dalam 2-5 minggu setelah seseorang terinfeksi virus hepatitis A, yang akan membaik dengan sendirinya dan benar-benar pulih kurang dari 2 bulan.
Penyakit hepatitis A tergolong tidak berbahaya dibandingkan varian hepatitis lainnya. Sebab hepatitis A tidak berpotensi menjadi kronis dan terbilang jarang menimbulkan komplikasi. Meski demikian, Anda tetap harus waspada dengan penyakit ini dengan segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam saat mengalami gejala penyakit ini.
Penderita hepatitis A biasanya tidak perlu dirawat di rumah sakit, kecuali jika kondisinya parah atau terjadi komplikasi. Penanganan mandiri seperti istirahat di rumah, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan cukup minum air biasanya sudah dapat mendukung pemulihan penderita hepatitis A pulih kembali. Namun, semua perawatan di rumah tersebut tentunya untuk atas arahan dokter spesialis penyakit dalam, sesuai dengan kondisi Anda.
Hepatitis A bisa sembuh sendiri karena infeksi virus ini bersifat self-limiting. Artinya, sistem kekebalan tubuh bisa melawan virus hepatitis A secara alami tanpa pengobatan atau terapi khusus. Anda hanya perlu memastikan sudah beristirahat dengan cukup dan menerapkan pola makan sehat.
Penyakit hepatitis A tidak bisa kambuh kembali. Setelah sembuh dari penyakit hepatitis A, tubuh akan membentuk antibodi yang membantu melindungi diri dari virus hepatitis A, yang akan mencegah kekambuhannya.
Bagi Anda yang saat ini mengalami keluhan seperti gejala hepatitis A, terutama memiliki faktor risikonya, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi di RS Pondok Indah. Sebab RS Pondok Indah telah menyediakan fasilitas kesehatan yang terbaik untuk mendukung dokter spesialis kami dalam menangani keluhan yang Anda alami.
Memeriksa kesehatan secara umum di executive health check up RS Pondok Indah tersedia juga menjadi langkah awal menjaga kesehatan hati Anda. Meski hepatitis A merupakan jenis peradangan hati dengan gejala yang paling khas, kebanyakan penyakit hati tidak menunjukkan keluhan hingga kerusakan yang terjadi sudah parah. Jadi, tidak ada salahnya melakukan pemeriksaan sebelum Anda merasakan keluhan maupun gejala penyakit hati.
Referensi: