Dampak Serius HPV pada Pria: Cara Penularan dan Gejala yang Harus Diketahui

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 01 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

HPV pria tidak kalah berbahayanya sebab infeksi HPV pada pria juga bisa memicu kanker anus dan kanker penis. Oleh karena itu, vaksin HPV perlu dilakukan.

Dampak Serius HPV pada Pria: Cara Penularan dan Gejala yang Harus Diketahui

Human papillomavirus (HPV) merupakan penyebab tersering dari kanker serviks. Virus yang menyebabkan infeksi pada permukaan kulit ini diketahui memiliki lebih dari 200 varian, dan juga menjadi penyebab terjadinya kulit kelamin maupun kanker anus.


Bila pada wanita HPV sudah dikenal sebagai penyebab kanker serviks, lalu bagaimana dengan dampak virus ini pada pria dan seberapa penting pemberian vaksin HPV untuk pria? Ketahui lebih lanjut dengan membaca artikel berikut ini!


Dampak HPV Pria

Dari 200 jenis, HPV tipe 6,11,16, dan 18 lah yang diketahui menjadi penyebab tersering kasus kutil kelamin dan kanker serviks, pada wanita. Sedangkan infeksi HPV, khususnya dari varian virus 16 dan 18, pada pria dapat menyebabkan terjadinya kanker anus, kanker penis, kanker orofaring dan kutil kelamin. 


Namun, perlu diketahui bahwa kutil kelamin akibat infeksi HPV tidak akan berkembang menjadi kanker serviks maupun kanker genital, atau kanker lainnya baik pada pria dan wanita.


Baca juga: Pentingnya Vaksinasi bagi Orang Dewasa



Gejala HPV pada Pria

Gejala HPV pada pria tergantung pada organ atau bagian tubuh yang terinfeksi, dan keparahannya. Pada awal terjadinya infeksi, seringkali HPV pria tidak menimbulkan gejala apa pun dan akan sembuh dengan sendirinya.  


Terutama untuk kanker, gejala awalnya sering kali tidak dikenali, hingga stadiumnya sudah menengah hingga akhir, berupa keluarnya banyak darah dari anus, BAB berdarah, maupun keluarnya benjolan dari anus. Sementara itu, kanker penis biasa dikenali sebagai timbulnya benjolan atau luka pada alat kelamin pria yang cepat membesar dan mudah berdarah.


Namun, untuk gejala HPV pada pria yang berupa kutil kelamin, biasa akan dikenali sebagai:


  • Pertumbuhan kulit berlebih yang ukurannya kecil, dengan warna serupa kulit atau sedikit lebih gelap, pada area batang atau ujung penis, kantung buah zakar (skrotum), selangkangan, paha bagian atas, serta di sekitar atau dalam anus
  • Kutil kelamin dapat tumbuh tunggal, atau berkelompok dan berbentuk seperti kembang kol
  • Pertumbuhan kutil kelamin disertai dengan sejumlah gejala di area tumbuhnya kutil, berupa rasa tidak nyaman, gatal hingga nyeri yang terasa seperti terbakar
  • Nyeri dan perdarahan saat berhubungan intim


Apabila Anda mengalami gejala HPV di atas, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mendapat diagnosis dan penanganan yang tepat.


Baca juga: Kaum Pria, Waspada Kanker Prostat!


Penularan HPV Pria

HPV adalah virus DNA yang merupakan salah satu penyebab infeksi menular seksual. Artinya virus ini dapat menular melalui kontak hubungan seks dengan penderitanya, baik melalui seks vaginal, seks anal atau oral, maupun penggunaan sex toy yang telah tercemar dengan HPV. 


Selain itu, penularan HPV pria juga bisa terjadi melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi atau lokasi terdapatnya HPV.


Seorang anak laki-laki juga bisa mengalami infeksi HPV sedari kecil yang ditularkan dari ibunya, saat proses persalinan normal.


Baca juga: Pemeriksaan Kesehatan untuk Pria



Faktor Risiko HPV pada Pria

Seorang pria akan lebih berisiko terinfeksi HPV bila memiliki salah satu atau beberapa kondisi di bawah ini:


  • Sering bergonta-ganti pasangan seksual atau memiliki pasangan seksual lebih dari 1
  • Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, termasuk penderita HIV/AIDS
  • Memiliki luka terbuka di kulit
  • Menderita penyakit menular seksual, seperti gonore atau chlamydia
  • Berhubungan seksual secara anal (melalui dubur), termasuk lelaki seks dengan lelaki (LSL)


Baca juga: Kenali Manfaat dan Komplikasi Khitan


Diagnosis HPV pada Pria

Berbeda dengan skrining kanker serviks yang dilakukan untuk mengetahui infeksi HPV pada wanita, hingga kini belum ada skrining maupun pemeriksaan HPV pada pria yang secara khusus disarankan. 


Untuk mendeteksi kanker anus akibat infeksi virus HPV, pria yang menderita HIV berisiko tinggi disarankan untuk melakukan Pap smear anus (anal Pap smear/anal Pap test) setiap 1-2 tahun sekali. Sedangkan pria yang tidak mengalami HIV/AIDS tetapi berisiko mengalami kanker anus, disarankan untuk melakukan pemeriksaan ini setiap 2-3 tahun sekali.


Baca juga: Kelainan Sperma, Penyebab Gangguan Kesuburan Pria


Penanganan HPV pada Pria

Umumnya kasus HPV pada pria akan sembuh dengan sendirinya. Namun, bagi yang telah terdiagnosis mengalami kulit kalamin akibat infeksi HPV, dokter biasanya akan menyarankan pemeriksaan kembali dalam waktu 1 tahun. Kunjungan ulang ke dokter ini bertujuan untuk mengetahui apakah penderita masih terinfeksi HPV dan adakah risiko terjadinya kanker anus.


Untuk mempercepat pengobatan kutil kelamin akibat infeksi virus HPV pada pria, dokter dapat melakukan beberapa upaya berikut:


  • Meresepkan obat oles yang mengandung asam salisilat guna mengikis lapisan kutil secara bertahap.
  • Jika peresepan obat oles tidak memberikan efek yang positif, dokter akan menyarankan upaya pengangkatan kutil kelamin dengan metode kauter, ablasi, krioterapi, maupun operasi.


Baca juga: Apakah Kanker Prostat Bisa Sembuh? Ketahui Penanganan yang Tepat


Apakah Pria Perlu Vaksin HPV?

Pemberian vaksin HPV pada pria perlu dilakukan untuk mencegahnya terinfeksi virus ini serta menghindari komplikasi yang berbahaya. Vaksin HPV juga bisa mencegah munculnya kutil kelamin dan kanker pada pria, khususnya kanker penis, skrotum, dan anus. 


Agar kerjanya lebih optimal dalam megurangi risiko infeksi virus ini, vaksinasi HPV sebaiknya diberikan saat masih berusia 9-14 tahun, karena pada usia ini umumnya seseorang belum aktif secara seksual. Dengan demikian, pemberian vaksin HPV untuk mencegah penularan virus HPV pun akan lebih efektif.


Jadwal pemberian vaksin HPV saat anak usia 9–14 tahun dilakukan sebanyak 2 kali penyuntikan, dengan jarak antar dosisnya adalah selama 6-12 bulan. Namun, jika diberikan setelah berusia lebih dari 15 tahun, diperlukan 3 kali penyuntikan vaksin HPV dengan jarak antar dosisnya adalah 6 bulan.


Baca juga: Kenali Gangguan Kesuburan pada Pria



FAQ


Apakah HPV Menular Lewat Ciuman?

HPV dapat menular melalui kontak langsung kulit ke kulit, termasuk melalui ciuman. Namun, risiko penularan HPV lewat ciuman relatif lebih rendah dibandingkan melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi. HPV lebih sering menyebar melalui hubungan seksual atau kontak intim lainnya.


Apakah Virus HPV Bisa Mati Dengan Sabun?

Virus HPV tidak bisa mati hanya dengan sabun. Penggunaan sabun membantu menghilangkan kotoran dan bakteri dari kulit, tetapi tidak efektif mematikan HPV. Untuk mencegah infeksi HPV, penting bagi Anda untuk menjaga kebersihan dan memperoleh vaksinasi HPV, sebagai perlindungan utama.


Apakah HPV Berbahaya Bagi Pria?

HPV dapat berbahaya bagi pria karena berpotensi menyebabkan kutil kelamin dan beberapa jenis kanker, termasuk kanker penis, anus, dan tenggorokan. Meski infeksi HPV sering kali hilang dengan sendirinya, beberapa tipe virus HPV bisa bertahan dan menyebabkan komplikasi serius.


Apakah Virus HPV pada Pria Bisa Hilang?

Virus HPV pada pria dapat hilang dan sembuh, terutama pada pria dengan sistem kekebalan tubuh kuat. Proses pemulihan biasa baru dimulai dalam waktu 6 bulan hingga 2 tahun setelah terinfeksi.


Apa yang Harus Saya Lakukan Jika Pasangan Saya Terkena HPV?

Jika pasangan Anda terkena HPV, segera konsultasikan ke dokter spesialis kulit dan kelamin untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pastikan untuk mendapatkan vaksin HPV dan lakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Upaya mencegah HPV pada pria juga perlu dioptimalkan dengan menerapkan hubungan seksual yang aman, termasuk setia pada pasangan atau hanya berhubungan seksual dengan 1 orang, serta menggunakan kondom saat berhubungan seks dan dinyatakan terinfeksi HPV.


Selain itu, menjaga kebersihan organ intim, termasuk dengan melakukan sunat juga bisa menjadi upaya pencegahan infeksi HPV pada pria.


Jadi, lupakan anggapan bahwa vaksin HPV hanya untuk wanita. Pemberian vaksin HPV sama pentingnya bagi pria maupun wanita. Bila Anda belum mendapatkan vaksin HPV atau ragu untuk mendapatkannya, lebih baik konsultasikan dengan dokter spesialis kulit, kelamin & estetika di RS Pondok Indah cabang terdekat. 


Dokter spesialis berpengalaman kami akan memeriksa dan memberikan saran yang sesuai, termasuk vaksin HPV, bila memang diperlukan. Dengan demikian Anda bisa mencegah terjadinya HPV pada pria yang tidak hanya mengganggu, tetapi juga bisa menyebabkan terkena kanker yang membahayakan penderitanya.



Referensi:

  1. Rosado C, Fernandes ÂR,et al,. Impact of human papillomavirus vaccination on male disease: a systematic review. Vaccines. 2023. (https://www.mdpi.com/2076-393X/11/6/1083). Diakses pada 17 Oktober 2024.
  2. Shapiro SB, Laurie C, et al,. Association between male circumcision and human papillomavirus infection in males and females: a systematic review, meta-analysis, and meta-regression. Clinical Microbiology and Infection. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1198743X23001490). Diakses pada 17 Oktober 2024.
  3. Wu H, Tong X, et al,. HPV vaccine information, knowledge, attitude, and recommendation intention among male college students in China. Human Vaccines & Immunotherapeutics. 2023. (https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/21645515.2023.2228163). Diakses pada 17 Oktober 2024.
  4. Zou K, Huang Y, et al,. Prevention and treatment of human papillomavirus in men benefits both men and women. Frontiers in Cellular and Infection Microbiology. 2022. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9729793/). Diakses pada 17 Oktober 2024.
  5. World Health Organization. Cervical cancer. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cervical-cancer). Direvisi terakhir 5 Maret 2024. Diakses pada 17 Oktober 2024.
  6. American Cancer Society. Types of HPV. (https://www.cancer.org/cancer/risk-prevention/hpv/types-of-hpv.html). Direvisi terakhir 30 April 2024. Diakses pada 17 Oktober 2024.
  7. Cleveland Clinic. HPV (Human Papillomavirus). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11901-hpv-human-papilloma-virus). Direvisi terakhir 4 Agustus 2022. Diakses pada 17 Oktober 2024.
  8. Mayo Clinic.HPV infection: A cause of cancer in men? (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hpv-infection/expert-answers/hpv/faq-20057761). Direvisi terakhir 9 Juli 2024. Diakses pada 17 Oktober 2024.