Imunisasi: Daya Tahan Tubuh Spesifik untuk Anak

Selasa, 12 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Imunisasi penting untuk menjaga daya tahan tubuh anak karena melindungi dari penyakit serius dan mencegah penyebaran infeksi di lingkungan.

Imunisasi: Daya Tahan Tubuh Spesifik untuk Anak

Imunisasi penting untuk meningkatkan daya tubuh bayi dan anak. Semua imunisasi pada bayi dan anak diperlukan, tidak ada perbedaan nilai antara yang wajib atau tidak wajib karena semua diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh buah hati Anda dalam melawan penyakit infeksi tertentu.


Untuk menjamin kesehatan serta pertumbuhan yang baik, bayi tidak  hanya memerlukan nutrisi  tetapi juga imunisasi secara baik, yaitu tepat waktunya sehingga dapat menurunkan terjadinya permasalahan kesehatan yang mungkin dapat mengganggu pertumbuhan bayi. Sederhananya, imunisasi merupakan upaya pencegahan sakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri.


Istilah imunisasi sebenarnya berbeda dengan vaksinasi karena imunisasi adalah tindakan pemberian daya tahan tubuh secara pasif dan bersifat sementara, misalnya seorang bayi atau anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis B, maka bayinya akan diberikan zat imun untuk melawan virus tersebut.


Sementara pada vaksinasi, yang diberikan adalah virus atau bakteri yang dilemahkan atau dimatikan sehingga si bayi yang divaksinasi dapat membentuk daya tahan tubuh secara aktif untuk melawan infeksi virus atau bakteri tertentu jangka panjang atau seumur hidup. Vaksinasi inilah yang dilakukan kepada bayi dan anak Anda setiap bulannya. Tetapi, dalam praktiknya, istilah imunisasi dipakai sama saja dengan vaksinasi.


Pemberian imunisasi, terutama pada bayi sebelum usia dua tahun, merupakan hal yang sangat penting, karena sekalipun tubuh memiliki daya tahan tersendiri tetapi sifatnya umum dan sedikit, sehingga tidak dapat melawan secara spesifik terhadap virus atau bakteri tertentu yang masuk pada tubuhnya.


Air susu ibu (ASI) tidak dapat menggantikan imunisasi untuk melawan infeksi virus atau bakteri tertentu, karena di dalam ASI hanya berisi zat imun yang sedikit dan bersifat non-spesifik. Ketika virus atau bakteri masuk ke tubuh si kecil, terutama virus atau bakteri yang ganas, daya tahan yang non-spesifik kurang efektif untuk melawannya sehingga bayi atau anak akan mudah sakit dan dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian.


Berbeda bila buah hati kita mendapatkan imunisasi, tubuhnya akan membentuk daya tahan tubuh spesifik melalui peran sel memori sehingga dapat mengenal bila ada virus atau bakteri tertentu masuk pada tubuhnya. Sel memori itu akan segera membentuk daya tahan tubuh spesifik yang dapat melawan virus atau bakteri tertentu tersebut.


Imunisasi, selain berfungsi memberi pencegahan sakit pada individu yang diberi vaksin, juga dapat memberikan pencegahan sakit terhadap lingkungan sekitarnya (herd immunity). Di lingkungan yang bayi atau anaknya banyak diberikan imunisasi, kemungkinan besar bayi atau anak dalam lingkungan tersebut tidak mudah terinfeksi virus atau bakteri tertentu.


Inilah upaya yang dilakukan pemerintah dalam program imunisasi secara nasional. Lingkungan bayi atau anak yang semuanya diimunisasi akan dapat menghilangkan atau mengeradikasi virus atau bakteri tertentu pada wilayah kita dan negara.


Baca juga: Imunisasi Lengkap untuk Perlindungan Maksimal


Imunisasi Wajib

Meski sudah mengetahui pentingnya imunisasi, tidak jarang orangtua yang bingung dengan imunisasi wajib serta tidak wajib. Pada dasarnya, semua imunisasi bersifat wajib demi memberikan perlindungan terhadap virus dan bakteri.


Ada beberapa imunisasi yang memang bisa didapat di semua fasilitas kesehatan milik pemerintah, serta dengan biaya yang lebih ekonomis atau bahkan gratis. BCG, DTP, Polio, Hepatitis B, Hib, serta MR (campak) merupakan imunisasi yang masuk dalam Program Pemberian Imunisasi (PPI).


Di luar daftar itu, ada imunisasi lain yang sebenarnya juga penting untuk diberikan, khususnya untuk bayi hingga usia dua tahun:


  • PCV: diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
  • Influenza: diberikan pada usia 6 bulan serta pengulangan satu kali setiap tahun.
  • Rotavirus: diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan.


Baca juga: Imunisasi: Investasi Kesehatan Jangka Panjang


Imunisasi PCV, misalnya, untuk mencegah penyakit pneumokokus. Angka kejadian penyakit ini cukup tinggi di Indonesia, sekitar 30 persen. Tetapi karena vaksinnya masih impor, biaya imunisasi ini cukup mahal.


Selain itu, bayi yang terlahir dari ibu yang mengidap hepatitis B harus diberikan HBIG (imunoglobulin hepatitis B) selambatnya 12 jam setelah lahir untuk kemudian mendapatkan imunisasi hepatitis B sesuai dengan waktu pemberian yang ditentukan.


Ada pula imunisasi yang wajib dilakukan bagi bayi yang tinggal di daerah tertentu. Misalnya japanese encephalities untuk kawasan Bali dan Lombok.


Orangtua juga perlu memperhatikan waktu pemberian imunisasi, waktu rentang, serta waktu mengulang (booster). Penetapan waktu-waktu ini ditentukan berdasarkan tingkat frekuensi terjangkitnya suatu penyakit.


Waktu yang sudah ditentukan tersebut merupakan waktu emas yang dapat optimal meningkatkan daya tahan tubuh si kecil. Jadi, jangan sampai tumbuh kembang buah hati Anda terganggu karena pemberian imunisasi yang tidak teratur.


Baca juga: Vaksin Hepatitis B untuk Anak


Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Sering kali terjadi demam, bengkak, alergi dan lainnya setelah imunisasi. Hal ini dikenal dengan sebutan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak perlu dikhawatirkan oleh orangtua. Karenanya, penting bagi orangtua untuk mencari informasi kemungkinan KIPI yang terjadi setelah anak mendapatkan suatu imunisasi.


Orangtua pun harus memberi tahu petugas medis yang akan memberikan imunisasi jika anak mereka memiliki riwayat kejang atau memiliki daya tubuh yang rendah (misalnya sedang dalam pengobatan yang mengandung tiroid atau menderita HIV). Petugas medis akan memberikan imunisasi yang tepat sesuai dengan kondisi anak tersebut.


Perbedaan Bayi yang Diimunisasi dan Tidak Diimunisasi

Bayi yang diimunisasi memiliki perlindungan lebih terhadap penyakit berbahaya seperti campak, polio, dan difteri, karena tubuhnya sudah dilatih melawan infeksi. Sebaliknya, bayi yang tidak diimunisasi berisiko lebih tinggi terkena penyakit tersebut, yang bisa menyebabkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Imunisasi membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga bayi lebih siap menghadapi virus dan bakteri.


FAQ Imunisasi untuk Anak


Imunisasi Wajib Apa Tidak?

Imunisasi wajib penting untuk melindungi tubuh dari penyakit berbahaya seperti campak, polio, dan hepatitis. Meski tidak dipaksakan, imunisasi dianjurkan demi kesehatan diri dan mencegah penularan ke orang lain.


Anak Tidak Imunisasi Apakah Aman?

Anak tanpa imunisasi berisiko tinggi terkena penyakit berbahaya seperti campak dan polio, yang dapat memengaruhi tumbuh kembangnya. Tanpa perlindungan ini, anak juga bisa menularkan penyakit ke orang lain. Imunisasi penting untuk mencegah wabah dan menjaga kesehatan bersama.


Bagaimana Jika Anak Tidak Imunisasi Lengkap?

Jika anak tidak mendapat imunisasi lengkap, risiko terkena infeksi serius meningkat, dan mereka mungkin lebih rentan pada wabah penyakit. Hal ini bisa memengaruhi kesehatan jangka panjang dan meningkatkan risiko penularan di lingkungan.


Bolehkah Telat Imunisasi?

Telat imunisasi masih diperbolehkan dan bisa dilanjutkan sesuai jadwal yang dianjurkan oleh dokter. Namun, semakin cepat dilengkapi, semakin baik perlindungan terhadap penyakit.