Oleh Tim RS Pondok Indah
Infeksi perinatal adalah penularan infeksi yang terjadi selama kehamilan dan bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur bahkan keguguran. Simak cara pencegahannya!
Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, seperti perubahan kadar hormon hingga fungsi sistem kekebalan tubuh, dapat meningkatkan risiko infeksi perinatal. Infeksi perinatal terjadi ketika tubuh ibu terinfeksi bakteri, virus, atau parasit, yang kemudian menular ke bayi, saat masih berada dalam kandungan melalui plasenta, selama proses persalinan, atau sesudah bayi dilahirkan.
Ada banyak sekali jenis penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi perinatal, mulai dari hepatitis B dan hepatitis C, herpes simplex, COVID-19, sampai HIV/AIDS. Beda penyakit, maka beda pula pengobatannya. Namun, pengobatan dan penanganan perlu diberikan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi serius pada buah hati.
Infeksi perinatal adalah penularan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit, dari ibu ke bayinya selama kehamilan atau persalinan. Kondisi ini harus mendapatkan penanganan segera mungkin agar tidak menimbulkan komplikasi, dapat mencakup kerusakan otak, kelahiran prematur, keguguran, sampai bayi lahir mati.
Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Tentukan Kualitas Hidup Anak
Gejala infeksi perinatal sangat tergantung dengan kuman penyebabnya. Berikut ini adalah penjelasannya:
Masih banyak gejala yang mungkin bayi alami. Namun, gejala yang muncul sangat tergantung dengan penyebab utama infeksi tersebut serta keparahannya. Jadi, rutin memeriksakan kehamilan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan sangat penting sebagai skrining awal adanya infeksi perinatal.
Bila ragu akan adanya gangguan tumbuh kembang bayi setelah dilahirkan, Anda juga bisa membawa si kecil berkonsultasi dengan dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat.
Baca juga: Deteksi Kelainan Jantung Bawaan pada Bayi Sejak Dalam Kandungan
Infeksi perinatal bisa disebabkan oleh bakteri, virus, juga parasit. Berikut ini adalah penjelasan tentang penyebab pasti infeksi perinatal:
Baca juga: Pemeriksaan NIPT: Skrining Risiko untuk Mengetahui Kelainan Bawaan Janin
Infeksi perinatal bisa ditularkan dari ibu ke buah hati, baik selama hamil, saat persalinan, atau setelah persalinan. Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi perinatal, yaitu:
Baca juga: Pemeriksaan TORCH untuk Kesehatan Ibu dan Janin
Anda harus segera melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan di RS Pondok Indah cabang terdekat jika mengalami infeksi selama kehamilan, seperti sakit saat BAK, demam tinggi beberapa hari, keputihan berubah warna, mual dan muntah parah, sampai perut terasa kram tanpa alasan yang jelas.
Namun, apabila infeksi perinatal terjadi pada bayi baru lahir, Anda harus segera membawa buah hati ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat, khususnya jika bayi mengalami gejala demam, sesak napas, kulit bayi pucat, rewel, atau bayi tidak kencing yang ditandai dengan popok kering dalam beberapa jam.
Gejala infeksi perinatal yang dialami oleh ibu hamil atau bayi baru lahir haruslah mendapatkan penanganan dan pengobatan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan yang serius bagi nyawa keduanya.
Baca juga: Siapkan Kehamilan Anda dengan Imunisasi
Untuk menegakkan diagnosa infeksi perinatal pada ibu hamil, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, meliputi:
Sementara untuk menegakkan diagnosa infeksi perinatal pada bayi baru lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut ini:
Pemeriksaan di atas sangat tergantung pada gejala yang dialami oleh penderita, apakah ibu hamil atau bayi baru lahir. Jadi, tidak semua ibu hamil atau bayi baru lahir mendapatkan pemeriksaan yang sama.
Baca juga: Pemeriksaan Dini Demi Kesejahteraan Bayi
Pengobatan infeksi perinatal sangat tergantung pada penyebab utama kondisi ini. Jadi, ibu hamil atau bayi baru lahir perlu diperiksa secara detail oleh dokter terkait untuk mengetahui penyebab pasti sehingga dokter bisa memberikan pengobatan yang sesuai.
Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1, Apa yang Perlu Diperhatikan?
Bagi ibu hamil, infeksi perinatal yang tidak diatasi dengan cara yang tepat bisa menimbulkan komplikasi serius, antara lain hipertensi gestasional, preeklampsia bahkan eklampsia yang bisa berujung kematian.
Sementara bagi bayi, infeksi perinatal bisa menimbulkan komplikasi, berupa kerusakan organ tertentu, keterlambatan perkembangan, kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, meningitis maupun gangguan sistem dalam tubuh calon bayi, bahkan sepsis hingga kematian.
Baca juga: Mengenal Tes OAE dan BERA untuk Menghindari Risiko Gangguan Pendengaran Sejak Dini
Pencegahan infeksi perinatal sangat penting untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi akibat infeksi yang ditularkan dari ibu. Berikut ini adalah upaya pencegahan yang perlu dilakukan:
Infeksi perinatal adalah kondisi yang bisa membahayakan kesehatan ibu hamil, calon bayi, juga bayi yang telah lahir. Jadi segera lakukan pemeriksaan pada dokter spesialis kebidanan dan kandungan jika ibu hamil mengalami gejala infeksi. Sementara bagi bayi baru lahir yang mengalami gejala infeksi perinatal perlu segera diperiksa oleh dokter spesialis anak untuk mengetahui penyebab dan pengobatan yang sesuai.
Agar tidak mengalami infeksi perinatal, baik saat hamil, selama persalinan, juga setelah persalinan, Anda perlu menerapkan beragam tips pencegahan infeksi perinatal sekaligus membekali diri dengan vaksin khusus ibu hamil selama mengandung serta melakukan imunisasi sesuai rekomendasi IDAI untuk bayi baru lahir agar imunitasnya kuat dan tidak mudah terinfeksi kuman penyebab penyakit.
Baca juga: Pantau Tumbuh Kembang Janin Setiap Saat
Periode perinatal (minggu ke-28 kehamilan hingga minggu pertama setelah kelahiran) sangat penting bagi bayi karena merupakan fase kritis dalam perkembangan fisik maupun neurologis bayi. Selama periode ini, bayi mengalami pertumbuhan pesat, termasuk perkembangan organ dan sistem kekebalan tubuhnya.
Oleh karena itu, pemantauan kesehatan ibu dan bayi sangat penting untuk memastikan kelahiran yang sehat dan meminimalkan risiko masalah jangka panjang seperti gangguan tumbuh kembang.
Infeksi selama kehamilan yang dapat terjadi sangat beragam, seperti infeksi saluran kemih, toksoplasmosis, dan listeriosis. Selain itu, bisa juga terjadi infeksi virus seperti rubella dan cytomegalovirus (CMV), maupun infeksi menular seksual, seperti sifilis, HIV, dan herpes genital.
Setiap infeksi ini memiliki dampak yang berbeda. Misalnya, rubella dapat menyebabkan cacat lahir serius, sementara sifilis dapat mengakibatkan kelahiran prematur atau kematian janin. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan sekaligus menjalani vaksinasi yang diperlukan.
Jika seorang ibu hamil terkena infeksi virus, dampaknya bisa bervariasi tergantung pada jenis virus dan waktu terjadinya infeksi. Beberapa jenis infeksi virus, seperti rubella, dapat menyebabkan cacat lahir atau masalah perkembangan pada bayi.
Bila ibu hamil diduga mengalami infeksi virus, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan meminimalkan risiko bagi bayi.
Gejala dan tanda infeksi pada neonatus bisa bervariasi, tetapi beberapa yang umum meliputi, demam, sesak napas, muntah terus-menerus, sakit kuning (ikterus), kesulitan menyusui, maupun tampak lesu atau rewel.
Jika bayi mulai menunjukkan gejala yang mencurigakan, segera hubungi dokter spesialis anak untuk diagnosis dan penanganan lebih lanjut. Sebab, infeksi yang tidak diobati dapat memburuk dengan cepat dan memengaruhi kualitas hidup bayi.
Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Selama kehamilan, bayi mendapatkan antibodi dari ibu melalui plasenta, tetapi ini tidak sepenuhnya memberikan perlindungan. Setelah lahir, bayi harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang penuh dengan mikroba bersenjatakan sistem kekebalannya sendiri yang masih belum berkembang dengan sempurna.
Referensi: