Kenali Berbagai Jenis Infeksi Perinatal dan Pencegahannya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Rabu, 26 Februari 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Infeksi perinatal adalah penularan infeksi yang terjadi selama kehamilan dan bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur bahkan keguguran. Simak cara pencegahannya!

Kenali Berbagai Jenis Infeksi Perinatal dan Pencegahannya

Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, seperti perubahan kadar hormon hingga fungsi sistem kekebalan tubuh, dapat meningkatkan risiko infeksi perinatal. Infeksi perinatal terjadi ketika tubuh ibu terinfeksi bakteri, virus, atau parasit, yang kemudian menular ke bayi, saat masih berada dalam kandungan melalui plasenta, selama proses persalinan, atau sesudah bayi dilahirkan.


Ada banyak sekali jenis penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi perinatal, mulai dari hepatitis B dan hepatitis C, herpes simplex, COVID-19, sampai HIV/AIDS. Beda penyakit, maka beda pula pengobatannya. Namun, pengobatan dan penanganan perlu diberikan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi serius pada buah hati.


Apa Itu Infeksi Perinatal?

Infeksi perinatal adalah penularan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit, dari ibu ke bayinya selama kehamilan atau persalinan. Kondisi ini harus mendapatkan penanganan segera mungkin agar tidak menimbulkan komplikasi, dapat mencakup kerusakan otak, kelahiran prematur, keguguran, sampai bayi lahir mati.


Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Tentukan Kualitas Hidup Anak


Gejala Infeksi Perinatal

Gejala infeksi perinatal sangat tergantung dengan kuman penyebabnya. Berikut ini adalah penjelasannya:


  • HIV/AIDS bisa menyebabkan pertumbuhan bayi terhambat atau IUGR (intrauterine growth restriction)
  • Hepatitis B dan hepatitis C bisa menyebabkan bayi mengalami pembesaran liver dan gangguan tumbuh kembang
  • COVID-19 bisa menyebabkan bayi mengalami demam, rewel, dan sulit napas ketika kondisi sudah semakin parah
  • TORCH bisa menimbulkan gejala kelainan pada tumbuh kembang bayi, selain itu juga menyebabkan bayi berpotensi mengalami cacat otak 


Masih banyak gejala yang mungkin bayi alami. Namun, gejala yang muncul sangat tergantung dengan penyebab utama infeksi tersebut serta keparahannya. Jadi, rutin memeriksakan kehamilan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan sangat penting sebagai skrining awal adanya infeksi perinatal. 


Bila ragu akan adanya gangguan tumbuh kembang bayi setelah dilahirkan, Anda juga bisa membawa si kecil berkonsultasi dengan dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat.


Baca juga: Deteksi Kelainan Jantung Bawaan pada Bayi Sejak Dalam Kandungan



Penyebab Infeksi Perinatal

Infeksi perinatal bisa disebabkan oleh bakteri, virus, juga parasit. Berikut ini adalah penjelasan tentang penyebab pasti infeksi perinatal:


Infeksi yang ditularkan melalui plasenta selama masa kehamilan

  • HIV/AIDS
  • Hepatitis B dan Hepatitis C
  • TORCH


Infeksi saat proses persalinan normal (pervaginam)

  • Gonore dan klamidia bisa menyebabkan infeksi mata pada bayi baru lahir (oftalmia neonatorum)
  • Streptokokus grup B bisa menyebabkan meningitis, hingga sepsis, pada bayi baru lahir
  • Herpes Simplex Virus bisa menyebabkan ensefalitis neonatal


Infeksi setelah lahir melalui ASI atau kontak langsung

  • Cytomegalovirus dapat ditularkan oleh ibu ke bayi melalui ASI
  • HIV menular melalui ASI jika ibu tidak menjalani terapi antiretroviral
  • Tuberkulosis menular melalui kontak erat dengan ibu atau pengasuh yang terinfeksi
  • COVID-19 dapat menular melalui kontak erat dengan ibu atau orang sekitar yang terinfeksi penyakit ini


Baca juga: Pemeriksaan NIPT: Skrining Risiko untuk Mengetahui Kelainan Bawaan Janin


Faktor Risiko Infeksi Perinatal

Infeksi perinatal bisa ditularkan dari ibu ke buah hati, baik selama hamil, saat persalinan, atau setelah persalinan. Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi perinatal, yaitu:


Faktor risiko pada ibu

  • Infeksi selama kehamilan, contohnya ibu terinfeksi HIV dan menular ke janin
  • Tidak mendapatkan vaksinasi yang sesuai, misalnya ibu tidak mendapatkan vaksin rubella dan menularkan rubella kongenital kepada calon bayi
  • Infeksi saluran kemih bisa menyebabkan sepsis pada calon bayi
  • Kebersihan yang buruk dan sering mengonsumsi makanan mentah bisa meningkatkan risiko listeriosis dan toksoplasmosis


Faktor risiko selama kehamilan dan persalinan

  • Ketuban pecah dini
  • Persalinan prematur
  • Penggunaan alat bantu persalinan, seperti vakum
  • Plasenta previa
  • Persalinan pervaginam dari ibu dengan infeksi aktif


Faktor risiko setelah persalinan

  • Pemberian ASI dari ibu yang terinfeksi penyakit, misal HIV dan COVID-19
  • Lingkungan rumah sakit yang kurang bersih
  • Tidak menjaga kebersihan di sekitar bayi, baik peralatan bayi sampai botol susu bayi


Baca juga: Pemeriksaan TORCH untuk Kesehatan Ibu dan Janin


Kapan Harus ke Dokter?

Anda harus segera melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan di RS Pondok Indah cabang terdekat jika mengalami infeksi selama kehamilan, seperti sakit saat BAK, demam tinggi beberapa hari, keputihan berubah warna, mual dan muntah parah, sampai perut terasa kram tanpa alasan yang jelas.


Namun, apabila infeksi perinatal terjadi pada bayi baru lahir, Anda harus segera membawa buah hati ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat, khususnya jika bayi mengalami gejala demam, sesak napas, kulit bayi pucat, rewel, atau bayi tidak kencing yang ditandai dengan popok kering dalam beberapa jam.


Gejala infeksi perinatal yang dialami oleh ibu hamil atau bayi baru lahir haruslah mendapatkan penanganan dan pengobatan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan yang serius bagi nyawa keduanya.


Baca juga: Siapkan Kehamilan Anda dengan Imunisasi



Diagnosis Infeksi Perinatal

Untuk menegakkan diagnosa infeksi perinatal pada ibu hamil, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, meliputi:


  • Tes urine
  • Tes darah
  • Tes penyakit menular seksual, termasuk skrining serologi TORCH
  • USG


Sementara untuk menegakkan diagnosa infeksi perinatal pada bayi baru lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut ini:


  • Tes darah
  • Tes urine
  • Pungsi lumbal
  • USG kepala
  • Rontgen dada
  • MRI otak


Pemeriksaan di atas sangat tergantung pada gejala yang dialami oleh penderita, apakah ibu hamil atau bayi baru lahir. Jadi, tidak semua ibu hamil atau bayi baru lahir mendapatkan pemeriksaan yang sama.


Baca juga: Pemeriksaan Dini Demi Kesejahteraan Bayi


Pengobatan Infeksi Perinatal

Pengobatan infeksi perinatal sangat tergantung pada penyebab utama kondisi ini. Jadi, ibu hamil atau bayi baru lahir perlu diperiksa secara detail oleh dokter terkait untuk mengetahui penyebab pasti sehingga dokter bisa memberikan pengobatan yang sesuai.


Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1, Apa yang Perlu Diperhatikan?


Komplikasi Infeksi Perinatal

Bagi ibu hamil, infeksi perinatal yang tidak diatasi dengan cara yang tepat bisa menimbulkan komplikasi serius, antara lain hipertensi gestasional, preeklampsia bahkan eklampsia yang bisa berujung kematian.

Sementara bagi bayi, infeksi perinatal bisa menimbulkan komplikasi, berupa kerusakan organ tertentu, keterlambatan perkembangan, kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, meningitis maupun gangguan sistem dalam tubuh calon bayi, bahkan sepsis hingga kematian.


Baca juga: Mengenal Tes OAE dan BERA untuk Menghindari Risiko Gangguan Pendengaran Sejak Dini


Pencegahan Infeksi Perinatal

Pencegahan infeksi perinatal sangat penting untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi akibat infeksi yang ditularkan dari ibu. Berikut ini adalah upaya pencegahan yang perlu dilakukan:


Sebelum kehamilan

  • Skrining penyakit TORCH, HIV, infeksi hepatitis B dan hepatitis C, serta infeksi menular seksual
  • Bila perlu, dapatkan suntikan vaksin rubella dan campak, vaksin cacar air, serta vaksin Hepatitis B, untuk membantu mencegah kelahiran prematur dan komplikasi kesehatan lain karena infeksi perinatal
  • Tidak merokok dan hindari asap rokok
  • Konsumsi makanan bergizi


Selama kehamilan

  • Rutin kontrol kehamilan
  • Tes urine untuk mendeteksi ISK
  • Hindari kontak dengan hewan
  • Selalu cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet
  • Lakukan vaksinasi, seperti vaksin Tdap dan vaksin hepatitis B
  • Kontrol penyakit infeksi aktif, seperti HIV
  • Hindari produk makanan mentah atau setengah matang


Selama persalinan

  • Lakukan persalinan secara caesar jika ibu mengidap HIV atau herpes genital
  • Pemberian obat antibiotik jika ketuban pecah dini lebih dari 18 jam untuk mencegah infeksi bakteri pada bayi
  • Hindari penggunaan alat bantu, seperti forceps, jika ibu terinfeksi hepatitis atau HIV


Setelah kelahiran

  • Lakukan imunisasi bayi baru lahir, seperti vaksin polio, vaksin BCG, dan hepatitis B
  • Perawatan inkubator steril untuk bayi prematur
  • Cuci tangan sebelum dan setelah menyentuh bayi
  • Pemberian ASI eksklusif


Infeksi perinatal adalah kondisi yang bisa membahayakan kesehatan ibu hamil, calon bayi, juga bayi yang telah lahir. Jadi segera lakukan pemeriksaan pada dokter spesialis kebidanan dan kandungan jika ibu hamil mengalami gejala infeksi. Sementara bagi bayi baru lahir yang mengalami gejala infeksi perinatal perlu segera diperiksa oleh dokter spesialis anak untuk mengetahui penyebab dan pengobatan yang sesuai.


Agar tidak mengalami infeksi perinatal, baik saat hamil, selama persalinan, juga setelah persalinan, Anda perlu menerapkan beragam tips pencegahan infeksi perinatal sekaligus membekali diri dengan vaksin khusus ibu hamil selama mengandung serta melakukan imunisasi sesuai rekomendasi IDAI untuk bayi baru lahir agar imunitasnya kuat dan tidak mudah terinfeksi kuman penyebab penyakit.


Baca juga: Pantau Tumbuh Kembang Janin Setiap Saat



FAQ


Mengapa Periode Perinatal Penting Bagi Bayi?

Periode perinatal (minggu ke-28 kehamilan hingga minggu pertama setelah kelahiran) sangat penting bagi bayi karena merupakan fase kritis dalam perkembangan fisik maupun neurologis bayi. Selama periode ini, bayi mengalami pertumbuhan pesat, termasuk perkembangan organ dan sistem kekebalan tubuhnya.


Oleh karena itu, pemantauan kesehatan ibu dan bayi sangat penting untuk memastikan kelahiran yang sehat dan meminimalkan risiko masalah jangka panjang seperti gangguan tumbuh kembang.


Infeksi Pada Kehamilan Apa Saja?

Infeksi selama kehamilan yang dapat terjadi sangat beragam, seperti infeksi saluran kemih, toksoplasmosis, dan listeriosis. Selain itu, bisa juga terjadi infeksi virus seperti rubella dan cytomegalovirus (CMV), maupun infeksi menular seksual, seperti sifilis, HIV, dan herpes genital.


Setiap infeksi ini memiliki dampak yang berbeda. Misalnya, rubella dapat menyebabkan cacat lahir serius, sementara sifilis dapat mengakibatkan kelahiran prematur atau kematian janin. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan sekaligus menjalani vaksinasi yang diperlukan.


Apa Yang Terjadi Jika Anda Terkena Infeksi Virus saat Hamil?

Jika seorang ibu hamil terkena infeksi virus, dampaknya bisa bervariasi tergantung pada jenis virus dan waktu terjadinya infeksi. Beberapa jenis infeksi virus, seperti rubella, dapat menyebabkan cacat lahir atau masalah perkembangan pada bayi.


Bila ibu hamil diduga mengalami infeksi virus, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan meminimalkan risiko bagi bayi.


Apa Saja Gejala dan Tanda Infeksi Neonatus?

Gejala dan tanda infeksi pada neonatus bisa bervariasi, tetapi beberapa yang umum meliputi, demam, sesak napas, muntah terus-menerus, sakit kuning (ikterus), kesulitan menyusui, maupun tampak lesu atau rewel.


Jika bayi mulai menunjukkan gejala yang mencurigakan, segera hubungi dokter spesialis anak untuk diagnosis dan penanganan lebih lanjut. Sebab, infeksi yang tidak diobati dapat memburuk dengan cepat dan memengaruhi kualitas hidup bayi.


Kenapa Bayi Baru Lahir Rentan Terkena Infeksi?

Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Selama kehamilan, bayi mendapatkan antibodi dari ibu melalui plasenta, tetapi ini tidak sepenuhnya memberikan perlindungan. Setelah lahir, bayi harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang penuh dengan mikroba bersenjatakan sistem kekebalannya sendiri yang masih belum berkembang dengan sempurna.




Referensi:

  1. De Rose DU, Ronchetti MP, et al,. Congenital and perinatal infections: How to prevent sequelaes in neonates and children. Frontiers in Pediatrics. 2023. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9969152/). Diakses pada 9 Februari 2025.
  2. Elhakeem A, Ronkainen J, et al,. Effect of common pregnancy and perinatal complications on offspring metabolic traits across the life course: a multi-cohort study. BMC medicine. 2023. (https://bmcmedicine.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12916-022-02711-8). Diakses pada 9 Februari 2025.
  3. Johnson J, Akinboyo IC, et al,. Infection prevention in the neonatal intensive care unit. Clinics in perinatology. 2021. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8162277/). Diakses pada 9 Februari 2025.
  4. Kuti BP, Ogunlesi TA, et al,. Hand hygiene for the prevention of infections in neonates. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2021. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10243182/). Diakses pada 9 Februari 2025.
  5. Mate A, Reyes-Goya C, et al,. Lifestyle, maternal nutrition and healthy pregnancy. Current vascular pharmacology. 2021. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32234002/). Diakses pada 9 Februari 2025.
  6. Miele K, Morris SB, et al,. Tuberculosis in pregnancy. Obstetrics & Gynecology. 2020. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7975823/). Diakses pada 9 Februari 2025.
  7. American Academy of Pediatrics Healthy Children. Serious Illnesses and Breastfeeding. (https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/breastfeeding/Pages/Serious-Illnesses-and-Breastfeeding.aspx). Direvisi terakhir 20 Mei 2024. Diakses pada 9 Februari 2025.
  8. Australasian Society for Infectious Disease. Management of Perinatal Infections. (https://www.mshc.org.au/images/downloads/ASIDManagementOfPerinatalInfections3rdEdition.pdf). Direvisi terakhir 2022. Diakses pada 9 Februari 025.
  9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi Anak IDAI 2023. (https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai). Direvisi terakhir 2023. Diakses pada 9 Februari 2025.
  10. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/imunisasi-penting-untuk-mencegah-penyakit-berbahaya)Diakses pada 9 Februari 2025.
  11. The American College of Obstetricians and Gynecologists. HIV and Pregnancy. (https://www.acog.org/womens-health/faqs/hiv-and-pregnancy#). Direvisi terakhir September 2023.
  12. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Viral Hepatitis in Pregnancy. (https://www.acog.org/womens-health/faqs/viral-hepatitis-in-pregnancy). Direvisi terakhir Januari 2024. Diakses pada 9 Februari 2025.
  13. Centers for Disease Control and Prevention. Vaccine Recommendations Before, During, and After Pregnancy. (https://www.cdc.gov/vaccines-pregnancy/recommended-vaccines/index.html). Direvisi terakhir 24 Juni 2024. Diakses pada 9 Februari 2025.
  14. Centers for Disease Control and Prevention. HIV and Breastfeeding. (https://www.cdc.gov/breastfeeding-special-circumstances/hcp/illnesses-conditions/hiv.html). Direvisi terakhir 18 Desember 2023. Diakses pada 9 Februari 2025.
  15. Cleveland Clinic. Sepsis in Newborns. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15371-sepsis-in-newborns). Direvisi terakhir 21 Januari 2023. Diakses pada 9 Februari 2025.
  16. Cleveland Clinic. TORCH Infections. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23322-torch-syndrome). Direvisi terakhir 21 Juni 2022. Diakses pada 9 Februari 2025.
  17. Johns Hopkins Medicine. Birth-acquired Herpes. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/herpes-hsv1-and-hsv2/birthacquired-herpes). Diakses pada 9 Februari 2025.