Jangan Sampai Saluran Kemih Terinfeksi

Selasa, 12 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cegah ISK dengan minum cukup air, jaga kebersihan area genital, buang air kecil setelah berhubungan, dan hindari menahan buang air kecil terlalu lama.

Jangan Sampai Saluran Kemih Terinfeksi

Pernahkah merasa nyeri saat berkemih? Atau, urin yang dikeluarkan terlihat keruh? Jika iya, mungkin Anda mengalami infeksi saluran kemih (ISK). ISK terjadi karena masuknya bakteri ke dalam saluran kemih. Bakteri ini kemudian berkembang biak di kandung kemih.


Tubuh memang memiliki sistem pertahanan yang dapat menghalau masuknya bakteri ke saluran kencing (uretra), tapi saat tubuh tidak fit, pertahanan menjadi lemah. Akibatnya, terjadi beberapa keluhan. Selain rasa nyeri dan air seni yang keruh, keluhan lain yang disebabkan oleh ISK adalah desakan (urgency) untuk buang air kecil (BAK), sering BAK, air seni berwarna kemerahan atau berbau, serta nyeri panggul.


Menurut data 2018, ISK merupakan infeksi kedua yang paling banyak dialami masyarakat Indonesia—setelah infeksi saluran pernapasan. Jumlah penderitanya mencapai 8,3 juta per tahun.

ISK lebih sering dialami oleh wanita dibanding pada pria.


Hal ini disebabkan oleh anatomi tubuh wanita yang memiliki saluran kencing lebih pendek dibanding pria. Kondisi ini memudahkan bakteri masuk untuk mencapai kandung kemih dan berkembang biak.


Faktor Risiko ISK

Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko lain yang dapat menyebabkan ISK:


1. Aktivitas Seksual

Orang yang aktif secara seksual lebih berisiko. Apalagi jika berganti-ganti pasangan.


2. Alat Kmontrasepsi Tertentu.

Jenis kontrasepsi diafragma dan bahan spermisida meningkatkan risiko terjadinya ISK.


3. Menopause

Seiring pertambahan usia, lapisan di vagina menipis sehingga memudahkan bakteri untuk masuk.


Ketika mengalami gejala yang telah disebutkan, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter spesialis bedah urologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Untuk memastikan kondisi, biasanya dilakukan beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan fisik, laboratorium, dan penunjang untuk penegakan diagnosa.


Dampak ISK

Semua pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui permasalahan secara akurat agar penanganan yang diberikan tepat. Penanganan yang cepat dan tepat diperlukan agar tidak terjadi permasalahan lebih lanjut. Jika tidak ditangani dengan baik, ISK dapat mengakibatkan kondisi yang lebih buruk, seperti:

  • ISK berulang, terjadi dua kali atau lebih dalam enam bulan
  • Gangguan permanen pada fungsi ginjal, akibat infeksi yang tidak ditangani dengan baik
  • Pada ibu hamil, meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah atau prematur
  • Penyempitan saluran kencing, sehingga pancaran air seni menurun
  • Sepsis yang dapat menyebabkan kematian jika infeksi menyebar ke ginjal


Tidak ada yang ingin merasakan sakit, terlebih di organ penting. Jadi, mari lakukan kebiasaan-kebiasaan baik untuk mencegah ISK. Apabila mengalami keluhan yang perlu untuk pemeriksaan lebih lanjut, segera periksakan kondisi Anda ke dokter spesialis bedah urologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.


Cara Mencegah ISK

Beberapa kebiasaan dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya ISK:

  • Konsumsi air mineral minimal dua liter sehari.
  • Basuh vagina dari arah depan ke belakang setelah berkemih atau buang air besar. Kebiasaan ini dapat mencegah masuknya bakteri dari anus ke vagina atau saluran kencing.
  • Minumlah air mineral setelah berhubungan seksual, sehingga dapat BAK setelahnya sambil membersihkan daerah kemaluan dengan air agar bakteri tidak menetap.
  • Hindari penggunaan produk yang berpotensi menyebabkan iritasi di bagian kemaluan, seperti bedak, deodorant spray, dan lainnya.
  • Ganti alat kontrasepsi diafragma dengan jenis lainnya bila terjadi infeksi berulang.
  • Berhubungan seksual dalam kondisi badan yang bersih.


Saat mengalami keluhan, hindari mengonsumsi obat antibotik tanpa rujukan dari dokter, karena dapat membahayakan dan menyebabkan resistensi terhadap obat-obat antibiotik.