Mengenal Kanker Kelenjar Getah Bening (Limfoma)

Oleh Tim RS Pondok Indah

Selasa, 12 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Kanker kelenjar getah bening memiliki gejala yang tidak spesifik. Padahal penanganan yang tepat dan cepat memiliki peluang remisi, bahkan kesembuhan yang tinggi.

Mengenal Kanker Kelenjar Getah Bening (Limfoma)

Tubuh memiliki mekanisme pertahanan diri secara alami yang dikenal dengan sistem limfatik. Sistem ini bertujuan untuk memproduksi, mendistribusikan, serta menyimpan sel darah putih yang bertugas untuk melawan infeksi maupun kuman penyebab penyakit.


Beberapa organ yang termasuk dalam sistem limfatik adalah limpa, amandel, timus, sumsum tulang, dan kelenjar getah bening beserta pembuluhnya. 


Kelenjar getah bening dan pembuluhnya bertugas mengalirkan cairan getah bening ke seluruh tubuh, yang berfungsi untuk melawan kuman penyebab penyakit.  


Apa itu Kanker Kelenjar getah bening?

Kanker kelenjar getah bening adalah pertumbuhan sel abnormal pada kelenjar getah bening, yang menyebabkan penderitanya mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh. Kondisi yang juga dikenal sebagai limfoma ini dikelompokkan sebagai salah satu bentuk kanker darah, karena sel awal yang mengalami mutasi adalah salah satu komponen darah, yakni limfosit atau sel darah putih.


Penanganan yang tepat bisa menyembuhkan, atau setidaknya menciptakan status remisi dari, kelenjar getah bening. Artinya, penderita bisa dinyatakan bebas dari sel kanker kelenjar getah bening dalam 1 periode waktu.


Baca juga: Apakah Kanker Bisa Sembuh? Jangan Khawatir, Kanker Bisa Diobati



Jenis Kanker Kelenjar Getah Bening

Jenis kanker yang menyerang kelenjar getah bening sangat banyak, lebih dari 70 jenis. Namun, secara garis besar, jenis kanker getah bening bisa dibedakan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan sel awal terjadinya mutasi, yakni:


Limfoma Hodgkin

Merupakan mutasi genetik dari sel kelenjar getah bening yang bernama sel-B, atau yang dikenal dengan ditemukannya sel Reed-Sternberg. Lokasi terjadinya limfoma Hodgkin biasanya pada kelenjar getah bening di dada, leher, dan ketiak. Kondisi ini memiliki kemungkinan sembuh yang tinggi dengan penanganan yang tepat.


Limfoma Non-Hodgkin

Merupakan mutasi sel genetik yang terjadi pada sel-B, sel-T, maupun natural killer. Jenis kanker kelenjar getah bening ini lebih banyak ditemukan daripada limfoma Hodgkin. Lokasi terjadinya limfoma non-Hodgkin bisa ditemukan pada seluruh tubuh, dengan kemungkinan kesembuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan limfoma Hodgkin.


Baca juga: Kenali Bahaya Kanker Hati, Lakukan Pemeriksaan Sedini Mungkin


Gejala Kanker Kelenjar Getah Bening

Gejala kanker kelenjar getah bening bisa saja berbeda, tergantung dengan jenis dan keparahannya. Beberapa gejalanya bahkan seringkali sulit dibedakan dengan penyakit lain yang tidak separah kanker. Namun, umumnya penderita mengalami gejala kanker kelenjar getah bening yang dikeluhkan sebagai:


  • Benjolan yang merupakan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan yang tidak disertai dengan rasa nyeri
  • Demam kronis yang tidak jelas penyebabnya
  • Sesak napas
  • Nyeri dada, nyeri perut, maupun nyeri tulang tanpa penyebab yang jelas
  • Keringat berlebih pada malam hari
  • Lebih sering merasa lelah
  • Penurunan berat badan tanpa direncanakan
  • Berkurangnya nafsu makan
  • Munculnya gatal kronis di seluruh tubuh
  • Mudah memar, maupun mudah berdarah
  • Sering mengalami penyakit infeksi


Gejala limfoma seringkali sulit dibedakan dengan kondisi lain, yang tidak lebih bahaya dari kanker. Jadi, ketika Anda mengalami salah satu gejala di atas, tidak selalu menandakan bahwa itu merupakan pertanda kanker kelenjar getah bening.


Namun, untuk memastikan, segera periksakan diri ke dokter spesialis bedah onkologi di RS Pondok Indah cabang terdekat ketika Anda mengalami salah satu gejala di atas yang tidak kunjung membaik dalam waktu 6 minggu.


Baca juga: Kanker Penis, Salah Satu Penyebab Perubahan pada Penis


Penyebab Kanker Kelenjar Getah Bening

Mutasi genetik adalah penyebab terjadinya kanker kelenjar getah bening. Namun, apa yang memicu mutasi genetik ini belum diketahui secara pasti. Penelitian menunjukkan adanya kombinasi dari beberapa faktor yang memicu terjadinya perubahan pada sel kelenjar getah bening ini.



Faktor Risiko Kanker Kelenjar Getah Bening

Meski penyebab pasti terjadinya mutasi genetik masih belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dicurigai meningkatkan risiko terjadinya penyakit kanker kelenjar getah bening. Beberapa faktor risikonya adalah sebagai berikut ini:


  • Berusia lebih dari 55 tahun
  • Berjenis kelamin laki-lai
  • Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa
  • Memiliki sistem imun atau sistem kekebalan tubuh yang lemah, baik karena penyakit autoimun maupun efek samping pengobatan tertentu
  • Menderita HIV, mengalami infeksi virus Epstein-barr maupun H. Pylori 
  • Terpapar dengan pupuk atau pestisida secara terus-menerus  


Baca juga: Pencitraan Mendetail untuk Cegah Kanker


Diagnosis Kanker Kelenjar Getah Bening

Agar bisa memberikan penanganan yang tepat, dokter perlu menegakkan diagnosis kanker kelenjar getah bening dengan melakukan serangkaian pemeriksaan. Dimulai dengan proses anamnesis atau tanya jawab medis, dokter akan menggali informasi terkait gejala berupa keluhan yang dialami oleh orang dengan kanker kelenjar getah bening, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. 


Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Beberapa pemeriksaannya meliputi, penilaian status gizi (dengan mengukur berat dan tinggi badan), serta memastikan benjolan kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan selangkangan.


Dari kedua hasil pemeriksaan tersebut, dokter kemudian akan menyarankan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Beberapa pemeriksaan penunjang kanker kelenjar getah bening, bisa berupa:


  • Tes darah untuk menghitung kadar sel darah merah, sel darah putih, trombosit, fungsi hati, dan fungsi ginjal  
  • Pemeriksaan radiologi, dengan rontgen, CT-Scan, MRI, maupun PET-Scan
  • Biopsi, baik menggunakan sampel kelenjar getah bening maupun sumsum tulang belakang


Baca juga: Deteksi Kanker Paru Sedini Mungkin, sebelum Kondisinya Makin Parah


Penanganan Kanker Kelenjar Getah Bening

Penanganan kanker kelenjar getah bening sangat beragam. Dokter akan memberikan penanganan yang sesuai, tergantung dari jenis limfoma yang dialami, keparahan kanker (stagging), serta kondisi fisik masing-masing penderita kanker kelenjar getah bening. Pengobatan bisa saja mengontrol keluhan, bahkan menyembuhkan kanker kelenjar getah bening.


Beberapa penanganan limfoma yang bisa dilakukan oleh dokter, berupa:


  • Kemoterapi, baik dengan infus maupun obat-obatan yang dikonsumsi
  • Radioterapi, dengan menembakkan sinar radiasi berkekuatan khusus ke sel kanker
  • Imunoterapi, dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar bisa melawan sel kanker, termasuk dengan terapi CAR T-Cell
  • Terapi target, dengan modifikasi materi genetik sel yang mengalami mutasi, agar kembali normal
  • Transplantasi sumsum tulang belakang, dengan menggunakan sel sehat sebagai sel punca untuk menggantikan pertumbuhan sel kanker


Baca juga: Jaga dan Perkuat Imun Tubuh Anda di Masa Pancaroba


Komplikasi Kanker Kelenjar Getah Bening

Komplikasi kanker kelenjar getah bening bisa saja terjadi karena kondisi itu sendiri maupun dari pengobatan yang dilakukan. Beberapa komplikasi kanker kelenjar getah bening yang mungkin terjadi, antara lain:


  • Sering terinfeksi
  • Kemandulan karena efek pengobatan kanker
  • Penyebaran sel kanker ke bagian organ lain (metastasis)
  • Gangguan kesehatan mental, baik berupa kecemasan maupun depresi
  • Kematian 


Pencegahan Kanker Kelenjar Getah Bening

Tidak ada cara pencegahan kanker kelenjar getah bening yang memberikan keberhasilan mutlak. Namun, Anda bisa mengurangi risiko terjadinya kanker ini dengan melakukan beberapa tips pola hidup sehat berikut ini:


  • Tidak merokok
  • Mempertahankan berat badan ideal
  • Menerapkan pola makan sehat
  • Rutin berolahraga
  • Menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan standar saat bekerja di lingkungan yang berpaparan tinggi dengan bahan kimia beracun
  • Menerapkan perilaku seksual yang aman
  • Tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain


Selain itu, melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala di Executive Health Check Up di RS Pondok Indah cabang terdekat juga bisa menjadi upaya pencegahan kanker kelenjar getah bening. Sebab, Anda bisa mendeteksi adanya kondisi medis yang mungkin menjadi faktor risiko terjadinya limfoma. 


Sedangkan bagi Anda yang mengalami keluhan seperti gejala kanker kelenjar getah bening, jangan menunda untuk membuat janji temu dengan dokter bedah onkologi di RS Pondok Indah untuk memastikan kondisi dan mendapatkan penanganan yang sesuai. Selain itu, ikuti arahan dokter untuk mengatasi keluhan yang Anda alami dengan lebih optimal.



FAQ


Apa Perbedaan Limfoma Hodgkin dan Non-Hodgkin?

Limfoma Hodgkin memiliki sel kanker spesifik yang disebut Reed-Sternberg, sementara limfoma Non-Hodgkin tidak. Selain itu, limfoma Hodgkin lebih jarang terjadi dan biasanya mudah diobati, sedangkan limfoma Non-Hodgkin punya berbagai subtipe yang lebih kompleks dan bervariasi dalam tingkat keganasan.


Siapa Saja Yang Berisiko Terkena Penyakit Limfoma?

Limfoma dapat menyerang siapa saja, tapi risiko munculnya limfoma meningkat pada orang dengan riwayat keluarga limfoma, memiliki daya tahan tubuh lemah, menderita infeksi tertentu seperti HIV atau Epstein-Barr, serta berusia lanjut.


Apakah Kanker Kelenjar Getah Bening Ganas?

Ya, limfoma atau kanker kelenjar getah bening termasuk kanker yang cukup ganas. Tingkat keganasan limfoma berbeda-beda tergantung tipe dan stadium yang diderita.


Limfoma Apakah Harus Dioperasi?

Tidak selalu, limfoma juga bisa ditangani dengan metode lain, seperti kemoterapi, radiasi, atau terapi imun. Operasi biasanya akan dilakukan jika ada kebutuhan spesifik, seperti mengangka sel kanker atau untuk biopsi demi menegakkan diagnosis. Dokter spesialis bedah onkologi akan memberikan opsi penanganan yang sesuai dengan kondisi pasien setelah proses pemeriksaan yang menyeluruh.




Referensi:

  1. Huang Z, Chavda VP, et al,. CAR T-Cell therapy for the management of mantle cell lymphoma. Molecular Cancer. 2023. (https://link.springer.com/article/10.1186/s12943-023-01755-5). Diakses pada 6 November 2024.
  2. Laurent C, Cook JR, et al,. Follicular lymphoma and marginal zone lymphoma: how many diseases?. Virchows Archiv. 2023. (https://link.springer.com/article/10.1007/s00428-022-03432-2). Diakses pada 6 November 2024.
  3. Wittibschlager V, Bacher U, et al,. CAR T-cell persistence correlates with improved outcome in patients with B-cell lymphoma. International journal of molecular sciences. 2023. (https://www.mdpi.com/1422-0067/24/6/5688). Diakses pada 6 November 2024.
  4. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Apa itu Limfoma (kanker kelenjar getah bening) ? (https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-gangguan-metabolik/apa-itu-limfoma-kanker-kelenjar-getah-bening). Direvisi terakhir 18 Juli 2022. Diakses pada 6 November 2024.
  5. Cancer Research UK. Lymphoma. (https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/lymphoma). Direvisi terakhir 10 Feb 2022. Diakses pada 6 November 2024.
  6. National Cancer Institute. Hodgkin Lymphoma Treatment (PDQ®)–Health Professional Version. (https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/non-hodgkin-lymphoma/about). Direvisi terakhir 4 Oktober 2024. Diakses pada 6 November 2024.
  7. Cleveland Clinic. Lymphoma. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22225-lymphoma). Direvisi terakhir 9 Juni 2023. Diakses pada 6 November 2024.
  8. Mayo Clinic. Lymphoma. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lymphoma/symptoms-causes/syc-20352638). Direvisi terakhir 23 Mei 2024. Diakses pada 6 November 2024.