Gunakan antibiotik hanya dengan resep dokter, habiskan sesuai dosis, jangan menghentikan sebelum waktunya, dan hindari untuk infeksi virus seperti flu.
Penggunaan antibiotik yang benar dan bijak dapat mengurangi beban penyakit khususnya penyakit infeksi. Sebaliknya, penggunaan yang salah dan tidak sesuai indikasi dapat menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Yuk, pelajari lebih jauh tentang penggunaan antibiotik yang benar.
Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No.8 tahun 2015 menjelaskan tentang kewajiban penggunaan antibiotik secara bijak di rumah sakit. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko timbulnya kuman-kuman resisten di masa depan dalam rumah sakit.
Namun, hal ini tentunya harus dibarengi dengan penggunaan antibiotik bijak juga di masyarakat. Pemberian antibiotik di komunitas umum tidak boleh lagi dilakukan secara bebas, tetapi harus melalui anjuran dan atas resep dokter.
Antibiotik ditemukan oleh seorang dokter bernama Alexander Fleming. Antibiotik awal yang ditemukan adalah Penicillin yang diekstrak dari jamur Penicilium notatum. Zat ini ternyata memiliki kemampuan untuk membunuh kuman.
Penemuan ini kemudian terus berkembang hingga sekarang, dan saat ini sudah berbagai antibiotik dikembangkan manusia untuk menyembuhkan infeksi kuman.
Di satu sisi, antibiotik merupakan suatu zat yang bisa mendatangkan manfaat. Antibiotik mampu menyembuhkan berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman (bukan virus). Namun Center of Disease Control (CDC) di Amerika serikat sudah sejak lama menyatakan teori Tekanan Seleksi (Selective Pressure).
Teori ini menjelaskan bahwa pada saat seseorang mengonsumsi antibiotik, maka kemungkinan bakteri penyebab infeksi akan mati. Namun di saat yang sama juga meningkatkan risiko munculnya kuman resisten terhadap antibiotik (kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dari efek serangan antibiotik, sehingga bakteri menjadi kebal terhadap pengobatan dan menimbulkan lebih banyak masalah) yang dikonsumsi tersebut.
Karenanya, penggunaan antibiotik harus selektif, artinya harus pada kasus-kasus yang memang telah dijustifikasi oleh dokter sebagai infeksi kuman. Antibiotik bukan obat demam, antibiotik juga bukan obat sakit kepala.
Jangan sampai antibiotik digunakan atau diasumsikan sebagai obat penurun demam, karena tidak semua demam disebabkan oleh infeksi bakteri. Demam dapat disebabkan oleh infeksi virus, parasit atau bahkan hal-hal lain seperti penyakit autoimun, kadang juga dapat terjadi pada orang stroke, dehidrasi, atau pada pasien-pasien dengan keganasan.
Sekali lagi, antibiotik tidak boleh diberikan pada kasus-kasus demam yang bukan dijustifikasi secara klinis disebabkan oleh infeksi kuman, karena justru hal ini akan memicu perluasan risiko terjadinya tekanan seleksi dan resistensi antibiotik akan semakin meluas.
Penggunaan antibiotik bijak adalah penggunaan antibiotik berdasarkan suatu kondisi yang disebabkan oleh kuman. Penggunaan antibiotik harus atas sebuah indikasi yang ditentukan oleh dokter.
Individu yang bukan berprofesi sebagai dokter tidak disarankan untuk menentukan penyakitnya sendiri, apalagi membeli antibiotik sendiri atas suatu praduga pribadi yang besar kemungkinannya dapat saja salah. Maka, ada baiknya konsumsi antibiotik harus sesuai anjuran dokter.
Ketika seorang pasien diberikan antibiotik, maka antibiotik disarankan untuk dihabiskan. Hal ini dimaksudkan agar antibiotik tidak disimpan di dalam rumah, apalagi kemudian diminum sendiri atas dasar praduga sendiri.
Kejadian-kejadian seperti demikian justru juga dapat memicu dan memperluas terjadinya resistensi antibiotik di komunitas umum.
Apabila ada riwayat kejadian alergi terhadap antibiotik, maka akan sangat baik apabila diingat alergi terhadap antibiotik jenis apa. Setiap individu dengan riwayat alergi antibiotik wajib menyampaikan kepada dokternya jenis antibiotik yang membuatnya alergi.
Hal ini dimaksudkan supaya kejadian alergi tersebut tidak terulang lagi, atau bahkan menimbulkan kejadian alergi yang lebih fatal di kemudian hari.
Setelah membaca pemaparan sebelumnya, tentu Anda menjadi semakin memahami mengapa penting menggunakan antibiotik secara bijak. Secara umum, berikut ini hal-hal yang dapat Anda terapkan ketika mendapat resep antibiotik dari dokter:
Antibiotik adalah obat untuk mengobati infeksi kuman, bukan obat demam, bukan obat untuk mengobati virus. Jadi gunakan antibiotik secara bijak, dan jangan ragu bertanya pada dokter Anda mengenai indikasi pemberian antibiotik yang diberikan kepada Anda.
Minum antibiotik sesuai dosis yang dianjurkan dokter, habiskan hingga tuntas meski gejala membaik, dan jangan melewatkan jadwal. Hindari konsumsi alkohol dan ikuti instruksi khusus, seperti apakah perlu diminum setelah makan. Jangan berbagi antibiotik dengan orang lain agar efektivitasnya terjaga.
Antibiotik diperlukan saat infeksi disebabkan bakteri, seperti radang tenggorokan bakteri atau infeksi saluran kemih. Tidak efektif untuk virus, seperti flu atau pilek. Penggunaan harus sesuai resep dokter untuk mencegah resistensi antibiotik dan menjaga efektivitas pengobatan.
Antibiotik sebaiknya diminum sesuai durasi yang dianjurkan dokter, biasanya lebih dari 3 hari, untuk memastikan bakteri benar-benar hilang. Menghentikan lebih awal dapat menyebabkan infeksi kembali dan risiko resistensi bakteri.
Ya, kebanyakan minum antibiotik bisa berbahaya. Efeknya meliputi kerusakan bakteri baik di usus, risiko efek samping seperti diare, dan meningkatkan resistensi bakteri. Ini membuat infeksi sulit diobati di masa depan. Gunakan antibiotik sesuai dosis dan anjuran dokter untuk menghindari risiko ini.