Kenali Gangguan Berkemih, Inkontinensia Urin

Jumat, 04 Oktober 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil akibat melemahnya otot kandung kemih sehingga menyebabkan kebocoran urin.

Kenali Gangguan Berkemih, Inkontinensia Urin

Inkontinensia urin (IU) adalah keluarnya urin di luar kehendak Anda, sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan maupun sosial. Kejadian IU meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Walaupun IU bukan merupakan kondisi yang mengancam jiwa, IU dapat mempengaruhi kualitas hidup Anda karena mempengaruhi aktivitas sehari-hari, hubungan interpersonal, maupun seksual, kesehatan psikologis, dan interaksi sosial. 


Gejala Inkontinensia Urin

Gejala IU bervariasi, dapat timbul sekali-sekali dan dalam jumlah yang sedikit, atau dapat juga lebih sering dan dalam jumlah yang lebih banyak. Berikut ini 5 tipe inkontinensia urin beserta gejalanya masing-masing: 


1. Inkontinensia Urin Tekanan/Stress Incontinence

Urin keluar ketika ada peningkatan tekanan pada kandung kemih karena adanya batuk, bersin, tertawa, dan ketika mengangkat beban berat atau berolahraga


2. Inkontinensia Urin Desakan/Urge Incontinence

Timbul rasa ingin buang air kecil (BAK) yang tiba-tiba dan mendesak/kebelet yang diikuti dengan keluarnya urin. Jumlah keluarnya urin pun meningkat, termasuk pada malam hari. Hal ini terjadi akibat adanya infeksi atau adanya kondisi yang lebih serius, seperti gangguan saraf pada penderita diabetes 


3. Inkontinensia Urin Campuran/Mixed Incontinence

Urin keluar karena adanya faktor gangguan gabungan, antara inkontinensia tekanan dan desakan


4. Inkontinensia Urin Luapan/Overflow Incontinence

Ditandai dengan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, seperti mengejan, pancaran urin lemah, tidak lampias/tuntas, dan kandung kemih terasa penuh 


5. Inkontinensia Urin Kontinua/Continuous Incontinence

Gejalanya ditandai dengan urin keluar secara terus menerus.


Kelima jenis inkontinensia urin ini dapat terjadi pada siapa saja, tergantung faktor risiko yang dimiliki orang tersebut. 


Faktor Risiko Inkontinensia Urin

Walau didominasi oleh faktor usia, ternyata ada faktor lainnya yang mempengaruhi seseorang terkena inkontinensia urin, di antaranya:


1. Jenis Kelamin

Pada wanita lebih sering terjadi inkontinensia tekanan yang disebabkan karena kehamilan, proses persalinan, menopause, dan anatomi traktus urinarius wanita. Sedangkan pada pria, lebih sering terjadi inkontinensia desakan dan luapan yang disebabkan adanya masalah prostat.


2. Usia

Ketika seseorang bertambah usia, otot-otot di kandung kemih dan uretra menurun kekuatannya, sehingga menyebabkan urin tidak dapat ditahan secara optimal


3. Berat Badan

Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan pada kandung kemih dan otot sekitarnya. Tekanan ini membuat otot menjadi lemah dan membuat urin lebih cepat keluar, terutama saat batuk atau bersin.


4. Merokok

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko inkontinensia urin karena nikotin dapat membuat kandung kemih lebih aktif dari biasanya


5. Riwayat Keluarga

Apabila ada anggota keluarga Anda yang mengalami inkontinensia urin, terutama inkontinensia desakan, maka risiko Anda mengalami inkontinensia urin desakan akan meningkat 


6. Penyakit Lain

Penyakit seperti gangguan saraf, gangguan imun, dan diabetes dapat meningkatkan risiko inkontinensia 


Penyebab Inkontinensia Urin

Inkontinensia urin ada yang bersifat sementara dan menetap. IU yang bersifat sementara bisa disebabkan oleh minuman, makanan, dan obat-obatan tertentu yang merangsang kandung kemih dan meningkatkan volume urin, seperti alkohol, kafein, minuman yang mengalami proses karbonasi, pemanis buatan, cokelat, cabai, makanan yang banyak memakai bumbu dan banyak gula, serta yang bersifat asam, seperti jeruk.


Obat-obatan untuk penyakit jantung dan hipertensi, juga obat penenang, pelemas otot, dan vitamin C dosis tinggi juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami inkontinensia urin. Inkontinensia urin juga dapat disebabkan oleh kondisi medis seperti infeksi saluran kencing (ISK) dan konstipasi. 


Sementara inkontinensia urin yang menetap terjadi oleh karena adanya kondisi atau perubahan fisik seseorang seperti kehamilan, proses persalinan, pertambahan usia (degeneratif), menopause, operasi pengangkatan rahim, pembesaran prostat, kanker prostat, riwayat operasi daerah panggul, sumbatan traktus urinarius, dan gangguan saraf.


Mengapa Penting untuk Berkonsultasi dengan Dokter?

Penyakit ini dapat menjadi pertanda dari kondisi lain yang lebih serius, dapat membatasi aktivitas dan interaksi sosial, serta meningkatkan risiko jatuh pada orang tua karena harus terburu-buru ke toilet, juga dapat memungkinkan terjadinya komplikasi. Bila tidak ditangani oleh ahlinya, inkontinensia urin yang sudah berlangsung kronik dapat menimbulkan komplikasi berupa, masalah kulit, infeksi saluran kemih, dan bahkan kualitas hidup secara keseluruhan.


Diagnosis dan Penanganan 

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan Anda secara menyeluruh termasuk bladder diary. Bladder diary adalah catatan mengenai minuman dan makanan yang Anda konsumsi beserta waktu dan jumlah BAK Anda setiap harinya.


Dokter selanjutnya akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti urinalisis, pemeriksaan darah, USG abdomen, uroflowmetri, dan residu urin untuk penegakan diagnosis.


Terapi inkontinensia urin tergantung dari tipe kelainan yang dialami, derajat dan penyebab yang mendasarinya. Penanganan awal pada inkontinensia tekanan, desakan, dan campuran meliputi anjuran untuk memperbaiki gaya hidup (menjaga berat badan ideal, mengurangi asupan kafein, dan berhenti merokok), melakukan terapi fisik atau fisioterapi (latihan otot dasar panggul, penggunaan biofeedback, dan stimulasi elektrik), pengaturan jadwal berkemih, terapi perilaku, dan pemberian obat-obatan.


Sementara untuk penanganan pada inkontinensia urin luapan dan kontinu, bergantung pada sebab yang mendasarinya. Misalnya, penyebabnya karena ada pembesaran prostat jinak, sehingga kemungkinan perlu dilakukan tindakan operasi.


Pencegahan Inkontinensia Urin

Inkontinensia urin dapat dicegah sejak dini dengan cara menjaga berat badan ideal, sehingga tidak memicu penyakit-penyakit lain yang menyebabkan IU. Berikut ini cara-cara lain yang Anda dapat lakukan: 

  • Rutin melatih otot dasar panggul
  • Hindari kafein, alkohol, dan makanan yang bersifat asam
  • Konsumsi makanan berserat, untuk mencegah konstipasi yang dapat menyebabkan inkontinensia urin
  • Berhenti merokok


Gangguan berkemih ini dapat menurunkan kualitas hidup Anda apabila tidak ditangani segera. Segeralah ke dokter spesialis bedah urologi bila Anda mulai merasakan gejala inkontinensia urin.


FAQ Inkontinensia Urin


Apa Penyebab Inkontinensia Urine?

Penyebab inkontinensia urine bisa karena otot panggul yang melemah, pembesaran prostat pada pria, infeksi saluran kemih, atau kondisi seperti diabetes dan obesitas. Gaya hidup, seperti konsumsi kafein berlebih, juga bisa memicu.


Bagaimana Cara Mengatasi Inkontinensia Urine?

Cara mengatasi inkontinensia urine meliputi latihan otot panggul (Kegel), mengatur pola makan, mengurangi kafein, dan pengobatan medis. Jika perlu, dokter bisa menyarankan terapi atau operasi untuk kasus yang lebih parah.


Inkontinensia Urin ke Dokter Apa?

Untuk inkontinensia urin, sebaiknya konsultasi ke dokter urologi, spesialis yang menangani masalah saluran kemih.