Speech delay adalah keterlambatan perkembangan bicara anak. Tanda-tanda speech delay dapat dilihat dari usia, keterlambatan, jenis kelamin dan adat istiadat.
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat 5-8 persen anak prasekolah yang mengalami speech delay. Bahkan, khusus di Jakarta, tercatat ada 21 persen anak yang mengalaminya.
Masalah perkembangan anak, seperti terlambat bicara/speech delay ini sebaiknya dipantau oleh dokter dan orang tua sejak dini. Pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan pengamatan langsung kepada bayi atau anak dengan didampingi oleh dokter.
Dokter juga biasanya akan memberikan kuesioner atau buku kesehatan ibu dan anak untuk dipantau bersama oleh dokter dan orang tua.
Speech delay terjadi ketika ada keterlambatan pada perkembangan bicara dan bahasa anak jika dibandingkan dengan anak lain seusianya. Selain dilihat dari usia, keterlambatan bicara juga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya.
Beberapa penyebab speech delay di antaranya:
Pada umumnya, gejala speech delay pada si kecil dapat dikenali dengan kurangnya respons si kecil terhadap suara pada segala usia. Misalnya, jika si kecil jarang terlihat kaget saat mendengar suara keras.
Pertanda lain yang dapat menjadi gejala keterlambatan bicara adalah kurangnya respons si kecil ketika berinteraksi dengan orang lain.
Dilihat dari usianya, beberapa tanda speech delay yang perlu diwaspadai pada si kecil antara lain:
Tidak mencari sumber suara dari samping/belakang.
Tidak respons apabila dipanggil, belum ada babbling.
Belum dapat menyebutkan kata yang bermakna, belum mengerti instruksi sederhana.
Tidak dapat mengucapkan kalimat dua kata yang dapat dimengerti.
Belum dapat menyebutkan kalimat tiga kata atau lebih.
Belum dapat menceritakan atau menyebutkan kalimat panjang (lebih dari 4 kata).
Sebagai upaya preventif dan deteksi speech delay yang disebabkan oleh faktor medis, usahakan agar si kecil melakukan screening uji pendengaran sejak dini. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sejak bayi baru lahir, dan sebaiknya segera dijadwalkan sebelum si kecil berusia 2 tahun.
Selain itu, orang tua juga sebaiknya mempelajari tahapan perkembangan bicara normal anak sesuai usia, serta mewaspadai tanda-tanda keterlambatan bicara (red flag) di atas. Apabila ditemukan kecurigaan terjadi speech delay pada si kecil, orang tua sebaiknya berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis anak untuk memastikan diagnosis dan menentukan tata laksana yang sesuai.
Diagnosis dapat dilakukan sesuai temuan pada pemeriksaan anak, baik melalui pemeriksaan fisik, maupun alat-alat atau kuesioner screening perkembangan anak lainnya. Setelah itu, tata laksana dapat dilakukan sesuai penyebabnya.
Semakin dini hal ini dilakukan, maka akan lebih cepat pula anak dapat mengejar keterlambatannya.
Untuk mengatasi speech delay pada anak, beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
Apabila orang tua terlambat mendeteksi keterlambatan bicara pada anak, dampaknya dapat berupa:
Anda dapat melakukan komunikasi dua arah dengan anak sejak dini dengan intonasi, kontak mata, dan ekspresi wajah yang sesuai untuk mencegah keterlambatan bicara pada anak.
Orang tua juga dapat meminimalkan distraksi saat berkomunikasi dengan anak, misalnya tidak sambil mengoperasikan gadget, seperti ponsel atau komputer.
Pantau perkembangan bicara anak sesuai dengan usianya. Apabila ditemukan tanda bahaya atau red flag, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak.
Apabila anak Anda memiliki riwayat terlambat bicara dan sudah melakukan terapi wicara, serta telah memperlihatkan kemajuan komunikasi yang baik, Anda harus tetap memantau perkembangannya.
Memperhatikan prestasi akademik anak, terutama yang berhubungan dengan membaca, menulis, memahami kalimat, perkembangan emosi, hingga mencermati perilaku anak dan hubungan anak dengan teman sebayanya, merupakan beberapa jenis pemantauan yang dapat dilakukan.
Pemantauan orang tua perlu terus dilakukan agar si kecil tetap berada pada kondisi perkembangan yang optimal.
Speech delay biasanya terdeteksi pada usia 18-24 bulan ketika anak belum mulai bicara atau sangat sedikit berbicara dibanding anak seusianya.
Ya, speech delay bisa sembuh dengan terapi wicara, stimulasi lingkungan, dan dukungan orang tua. Deteksi dini dan penanganan tepat membantu anak mengejar keterlambatan bicara.
Terapi untuk anak speech delay meliputi terapi wicara, stimulasi bahasa di rumah, terapi okupasi jika ada masalah sensorik, serta interaksi sosial yang aktif.