Serba-Serbi Penyakit Malaria: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 11 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi oleh parasit Plasmodium. Penyakit ini memiliki gejala khas berupa demam dan menggigil yang berulang setiap 48–72 jam.

Serba-Serbi Penyakit Malaria: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Penyakit ini ditularkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit malaria ditemukan di negara tropis dan subtropis, termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Di Indonesia sendiri, kasus positif malaria mencapai 400.000 kasus dengan Papua sebagai daerah dengan endemis tinggi. 


Pencegahan dan pengobatan yang tepat menjadi kunci penting dalam mengurangi angka kematian akibat malaria, terutama di daerah endemis tinggi.   


Apa Itu Malaria?

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sebelum akhirnya menimbulkan gejala malaria, parasit penyebab penyakit ini memiliki siklus hidup sebagai berikut:


  • Di hati: Setelah masuk ke tubuh, parasit akan menetap di organ hati dan berkembang biak sebelum masuk ke aliran darah. 
  • Dalam aliran darah: Parasit masuk dan menyerang sel darah merah, lalu menyebabkan gejala khas, seperti demam dan menggigil. 
  • Penularan: Nyamuk Anopheles betina menggigit orang yang terinfeksi parasit Plasmodium dan akan menularkan parasit tersebut ke manusia lain.     


Selain melalui gigitan nyamuk, malaria juga bisa ditularkan lewat transfusi darah, ibu ke janin melalui plasenta, serta berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi. 


Baca juga: Kenali DBD, mulai dari Penyebab hingga Penanganannya 



Penyebab Malaria

Penting diketahui bahwa terdapat lima jenis parasit yang menjadi penyebab malaria, yaitu:


  • Plasmodium falciparum yang memiliki masa inkubasi rata-rata 12 hari dan menyebabkan demam terus-menerus, atau biasa dikenal dengan malaria tropika. 
  • Plasmodium vivax dengan masa inkubasi rata-rata 15 hari dan menimbulkan demam berulang selama 2 hari, yang dikenal juga dengan malaria tertiana.
  • Plasmodium ovale yang memiliki masa inkubasi rata-rata 17 hari dengan gejala yang cenderung ringan. 
  • Plasmodium malariae yang memiliki masa inkubasi rata-rata 28 hari dan demam maupun gejala yang timbul berselang selama 3 hari, yang juga dikenal sebagai malaria quartana. 
  • Plasmodium knowlesi dengan masa inkubasi rata-rata 11 hari dan gejalanya mirip dengan infeksi akibat Plasmodium falciparum. 


Baca juga: Jaga Tubuh Tetap Sehat dan Terhindar dari Penyakit di Musim Hujan


Gejala Malaria

Gejala malaria biasanya timbul berselang 7–30 hari setelah tergigit nyamuk yang terinfeksi, berupa:


  • Demam berulang (tergantung jenis parasit yang menginfeksi)
  • Menggigil 
  • Keringat berlebihan
  • Mual dan muntah
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Batuk 
  • Sakit perut
  • Pembesaran limpa dan hati
  • Menyebabkan anemia (kulit dan bibir pucat, kelelahan, napas tersengal-sengal atau sesak napas, jantung berdebar-debar)


Pada kasus malaria yang berat, umumnya pada infeksi Plasmodium falciparum, gejala malaria yang ditimbulkan bisa jadi lebih serius, seperti gangguan fungsi organ, kejang hingga koma, gangguan pembekuan darah maupun perdarahan. Sehingga, tidak heran bila jenis malaria ini menjadi salah satu penyebab kematian akibat malaria tertinggi di dunia.


Penyakit malaria tidak boleh disepelekan, karena bisa mengancam jiwa bila terlambat ditangani. Oleh sebab itu, bila Anda atau orang terkasih mengalami keluhan yang menyerupai gejala malaria, segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam. Diagnosis dan penanganan dini yang tepat merupakan kunci kesembuhan malaria.


Baca juga: Mengenal Apa itu Infeksi, Mulai dari Cara Penularan hingga Cara Pencegahannya


Faktor Risiko Malaria 

Meski umum terjadi di wilayah tropis dan subtropis, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena malaria, di antaranya:


  • Tinggal atau bepergian ke wilayah endemis malaria.
  • Tinggal di wilayah dengan curah hujan dan tingkat kelembapan tinggi, yang merupakan tempat sempurna bagi nyamuk Anopheles untuk berkembang biak. 
  • Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk. 
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, contohnya penderita HIV/AIDS atau pasien kemoterapi, balita (anak yang berusia kurang dari 5 tahun), maupun ibu hamil. 
  • Orang dengan kondisi medis tertentu, seperti defisiensi G6PD. 


Perlu dipahami bahwa malaria tidak menular melalui kontak langsung dengan penderita, berbagi makanan atau minuman, hubungan seksual, atau gigitan serangga selain nyamuk Anopheles betina. 


Kapan Harus ke Dokter?

Malaria bisa menyebabkan gejala yang parah, bahkan kematian, jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, jika Anda mengalami demam tinggi yang kambuh setiap 48–72 jam disertai dengan menggigil, keringat berlebih, sakit kepala, atau kelelahan terus-menerus, terutama setelah bepergian ke daerah endemis tinggi malaria, segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam RS Pondok Indah cabang terdekat.    


Baca juga: Nyeri Ulu Hati, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya



Diagnosis Malaria

Untuk menegakkan diagnosis malaria, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang dimulai dengan tanya jawab medis. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, berupa:


  • Tes malaria mikroskopik, yaitu tes dengan mengambil sampel darah untuk mendeteksi keberadaan parasit. 
  • Tes diagnostik cepat malaria (RDT malaria), yaitu tes untuk mendeteksi protein (antigen) malaria dalam darah.   


Baca juga: Pentingnya Vaksin Influenza untuk Anak dan Orang Dewasa


Pengobatan Malaria

Pengobatan malaria untuk setiap individu bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis Plasmodium yang menginfeksi, tingkat keparahan infeksi, serta kondisi pasien. Umumnya dokter akan memberikan obat antimalaria berupa peresepan klorokuin maupun terapi kombinasi berbasis artemisin (ACT), yang termasuk kombinasi dihydroartemisinin dan piperakuin (DHP).


Pertimbangan dokter dalam memilih pengobatan antimalaria akan disesuaikan dengan keparahan maupun komplikasi yang terjadi, serta kondisi kesehatan, termasuk daya tahan tubuh, penderita malaria.


Baca juga: Cari Tahu Tips Pertolongan Pertama Demam Tinggi pada Orang Dewasa


Komplikasi Malaria 

Jika tidak ditangani dengan tepat, malaria bisa menyebabkan komplikasi yang serius, seperti:


  • Malaria otak
  • Hipoglikemia
  • Anemia berat
  • Gagal ginjal
  • Edema paru akut
  • Keguguran, bayi lahir prematur, atau berat bayi lahir rendah (jika malaria terjadi pada ibu hamil)


Pencegahan Malaria 

Bagi orang yang tinggal atau akan bepergian ke wilayah endemis malaria, sebaiknya terapkan beberapa langkah pencegahan, sebagai berikut ini:


  • Hindari gigitan nyamuk dengan memakai pakaian lengan panjang dan celana panjang, terutama di malam hari
  • Oleskan losion atau obat anti nyamuk ke seluruh tubuh
  • Pasang kelambu di area tempat tidur
  • Nyalakan kipas angin atau AC di dalam ruangan
  • Lakukan pemeriksaan malaria secara berkala, bila berisiko terinfeksi malaria
  • Membersihkan penampungan air secara berkala
  • Rutin membersihkan lingkungan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Anopheles
  • Memasang kawat kasa pada jendela maupun lubang ventilasi rumah


Selain itu, mengingat malaria adalah penyakit infeksi yang bisa membahayakan jiwa, Anda perlu segera melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat, jika mengalami gejala-gejala penyakit malaria atau mengalami keluhan ketikan baru kembali dari berpergian ke negara dengan kasus malaria yang tinggi.


Melalui pemeriksaan dan penanganan dari dokter, penyakit malaria akan lebih cepat teratasi dan komplikasi yang mungkin timbul juga bisa dicegah.


Baca juga: Penanganan Pertama pada Gangguan Kesehatan si Kecil



FAQ


Apa Gejala Pertama Malaria?

Gejala pertama malaria umumnya meliputi demam tinggi, menggigil, keringat berlebih, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Berbagai gejala ini biasanya muncul 10 hari hingga 4 minggu setelah tergigit nyamuk.


Gejala awal malaria seringkali menyerupai flu atau infeksi virus lainnya, sehingga sulit untuk didiagnosis. Bila mengalami gejala-gejala ini, segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam. Sebab, malaria yang terlambat ditangani berpotensi menyebabkan berbagai komplikasi yang membahayakan jiwa.


Siapa yang Paling Berisiko Terkena Malaria?

Orang yang paling berisiko terkena malaria termasuk mereka yang tinggal atau bepergian ke daerah endemis, seperti Asia Tenggara. Selain itu, balita, wanita hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah juga lebih rentan terinfeksi penyakit ini.


Apakah Malaria Harus Dirawat Inap?

Pengobatan malaria dapat bervariasi tergantung pada jenis dan keparahan infeksi. Dalam kasus malaria ringan, pengobatan dapat dilakukan secara rawat jalan dengan obat antimalaria. Namun, jika infeksi sudah parah atau mengalami anemia berat hingga terjadi gangguan kesadaran, rawat inap diperlukan untuk mengobati malaria.



Referensi:

  1. Berhe AD, Doritchamou JY, et al,. Malaria in pregnancy: adverse pregnancy outcomes and the future of prevention. Frontiers in Tropical Disease. 2023. (https://www.frontiersin.org/journals/tropical-diseases/articles/10.3389/fitd.2023.1229735/full). Diakses pada 2 April 2025. 
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kasus Malaria di Indonesia. (https://malaria.kemkes.go.id/). Direvisi terakhir 2025. Diakses pada 2 April 2025. 
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kenali Apa itu Malaria: Gejala, Pencegahan dan Pengobatan. (https://ayosehat.kemkes.go.id/apa-itu-malaria). Direvisi terakhir 16 Mei 2024. Diakses pada 2 April 2025. 
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 5 Plasmodium Sp., Parasit Penyebab Malaria. (https://ayosehat.kemkes.go.id/5-plasmodium-sp-parasit-penyebab-malaria). Direvisi terakhir 27 September 2024. Diakses pada 2 April 2025. 
  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Tata Laksana Kasus Malaria. (https://malaria.kemkes.go.id/sites/default/files/2024-02/X_Cetak%20Buku%20Saku%20talak%20Des%202023F.pdf). Direvisi terakhir 17 Maret 2023. Diakses pada 2 April 2025. 
  6. Cleveland Clinic. Malaria. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15014-malaria#management-and-treatment). Direvisi terakhir 3 Januari 2025. Diakses pada 2 April 2025. 
  7. Mayo Clinic. Malaria. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/malaria/diagnosis-treatment/drc-20351190#diagnosis). Direvisi terakhir 9 Februari 2023. Diakses pada 2 April 2025.