Penyakit lambung ada berbagai jenis seperti dispepsia (maag), gastritis (radang lambung) dan GERD. Ketahui perbedaan ketiganya di sini!
Sering kali, ketika merasakan nyeri pada area perut, kita akan langsung menuding maag sebagai biang keladinya. Padahal, ada beragam penyakit yang gejalanya mirip tetapi penyebab dan penanganannya berbeda.
Ada gastritis yang sejatinya merupakan peradangan lambung, hingga GERD yang merupakan kondisi di mana asam lambung naik ke bagian dada dan menyulut sensasi seperti rasa terbakar.
Lantas, apa saja perbedaan mendasar di antara berbagai masalah lambung ini?
Penyakit lambung merupakan masalah umum yang bisa dialami siapa saja. Lambung yang berfungsi untuk mencerna makanan bisa mengalami gangguan akibat berbagai faktor, seperti pola makan yang tidak sehat, stres, atau infeksi. Berikut beberapa jenis penyakit lambung yang perlu Anda kenali:
Dispepsia adalah istilah medis untuk penyakit maag yang menimbulkan sekumpulan gejala tidak nyaman pada saluran pencernaan, khususnya di area epigastrium (dekat ulu hati). Gejala-gejala yang ditimbulkan biasanya berupa rasa perih, kembung, dan sensasi tidak nyaman lainnya.
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai faktor dari dalam saluran cerna. Dalam dunia kedokteran, gejala dispepsia dibagi menjadi beberapa tipe:
Mengalami gejala dispepsia tetapi tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan penunjang (USG abdomen dan gastroskopi).
Mengalami gejala dispepsia dan ditemukan kelainan pada pemeriksaan penunjang.
Dispepsia ini dibagi lagi menjadi 3 tipe:
Berkaitan erat dengan gangguan pada pergerakan lambung yang menyebabkan makanan tidak dicerna dengan baik. Gejala yang dominan dirasakan adalah kembung.
Ditandai dengan nyeri atau perih yang intens karena adanya luka atau peradangan pada lapisan lambung.
Kombinasi dari gejala dispepsia dismotil dan ulkus.
Baca juga: Puasa Aman untuk Penderita GERD
Gastritis adalah kondisi yang ditandai dengan peradangan lambung yang dapat terlihat dengan pemeriksaan gastroskopi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti makanan/minuman yang bersifat iritan, penggunaan obat-obatan tertentu, atau konsumsi alkohol. Gejala gastritis dapat berupa nyeri atau perih di perut, mual, hingga muntah.
GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke esofagus, yang dapat menyebabkan sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa pahit di mulut, sesak napas berdebar, ada rasa tersangkut ketika menelan, dan lainnya. GERD sering terjadi karena disfungsi pada sfingter esofagus bawah, yang seharusnya berfungsi sebagai pintu satu arah untuk makanan yang masuk ke dalam lambung.
Baca juga: Hindari Gangguan Asam Lambung
Berikut merupakan perbedaan paling mencolok antara dispepsia (maag), gastritis (radang lambung) dan GERD:
Dispepsia adalah rasa tidak nyaman di perut bagian atas, sering kali disertai kembung, mual, dan perut terasa penuh. Penyebabnya beragam, seperti makanan berlemak, stres, atau makan berlebihan. Dispepsia sering disebut sebagai "maag."
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Gejalanya berupa nyeri perut, mual, dan muntah. Penyebab utamanya biasanya adalah infeksi bakteri H. pylori atau konsumsi obat pereda nyeri terlalu sering. Gastritis berfokus pada peradangan lambung.
GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan sensasi terbakar di dada (heartburn) dan rasa asam di mulut. GERD biasanya disebabkan oleh lemahnya katup antara lambung dan kerongkongan, membuat asam lambung naik.
Perbedaan utama antara dispepsia, gastritis, dan GERD adalah lokasi dan penyebab masalahnya. Dispepsia berkaitan dengan ketidaknyamanan umum di perut, gastritis berfokus pada peradangan lambung, sedangkan GERD terjadi karena asam lambung naik ke kerongkongan.
Ada tiga faktor utama yang memicu masalah lambung, yaitu stres, telat makan, dan salah makan. Setiap individu memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap faktor-faktor ini. Stres dapat meningkatkan produksi adrenalin sehingga memicu peningkatan asam lambung.
Telat makan (tidak makan di waktu-waktu yang seharusnya sudah makan) dapat mengakibatkan produksi asam lambung tetap berjalan tanpa adanya makanan untuk dicerna sehingga dapat menimbulkan iritasi lambung.
Beberapa makanan tertentu seperti makanan yang banyak mengandung gluten, makanan pedas, dan yang mengandung gas (seperti kopi, kol, durian) sering kali memperburuk kondisi masalah lambung. Mengenali dan memahami pencetus masalah lambung adalah langkah penting agar dapat mencegah kekambuhan.
Baca juga: Lambung Terjaga, Pertumbuhan Terpelihara
Diperlukan penegakan diagnosis dengan pemeriksaan lanjutan seperti endoskopi, yang memungkinkan dokter untuk melihat langsung kondisi dalam lambung dan esofagus. Endoskopi dapat dilakukan mengetahui lokasi peradangan, derajat keparahan, penyebab lain masalah lambung seperti infeksi bakteri Helicobacter Pylori, sehingga dokter dapat menentukan jenis, durasi, dan penanganan yang lebih tepat.
Endoskopi adalah prosedur di mana dokter menggunakan alat khusus yang dilengkapi dengan kamera untuk melihat langsung ke dalam saluran pencernaan. Prosesnya cepat, hanya memakan waktu sekitar 5-10 menit dan aman.
Saat endoskopi, dapat sekalian juga melakukan biopsi pada daerah yang dicurigai terdapat kelainan. Biopsi sangat penting untuk memastikan secara histopatologis penyebab peradangan atau masalah lain yang ada di lambung.
Selain itu ada juga kapsul endoskopi yang memungkinkan visualisasi dari mulut sampai ke usus, tetapi kapsul endoskopi memiliki kelemahan, yakni tidak dapat dilakukan intervensi bersamaan dengan visualisasi. Pemeriksaan lain seperti USG abdomen dapat membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain seperti batu empedu.
Baca juga: Batu Empedu Hilang, Sayatan Tak Terpandang
Untuk proses pemulihan, obat-obatan untuk masalah lambung seperti Proton Pump Inhibitors (PPI) umumnya aman digunakan dalam jangka panjang. Namun, disarankan untuk menggabungkan pengobatan ini dengan probiotik untuk mencegah terjadinya infeksi yang masuk bersama makanan pada saat pemakaian PPI.
Tak hanya itu, konsumsi obat-obatan alami seperti kunyit dan madu juga bisa dilakukan sebagai alternatif.
Masalah lambung dapat dicegah dengan mengadopsi gaya hidup sehat dan memperhatikan faktor-faktor yang dapat memicu kondisi tersebut. Seperti yang diketahui bahwa ada berbagai faktor pencetus masalah lambung, maka perubahan pola makan menjadi salah satu poin utama.
Misalnya, mengubah pola makan menjadi lebih sering tetapi dengan porsi yang lebih kecil untuk Anda yang sudah memiliki riwayat keluhan di lambung. Selain itu, hal-hal lain yang dapat dilakukan sebagai langkah preventif antara lain:
• Mengelola stres dengan baik
• Tidak men-skip jadwal makan
• Menghindari makanan penyebab masalah lambung
• Berolahraga secara teratur
Dispepsia adalah ketidaknyamanan umum di perut bagian atas, sedangkan gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Gastritis sering menyebabkan nyeri perut dan mual, sementara dispepsia lebih mirip "rasa tidak enak" di perut.
GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan rasa panas di dada (heartburn). Dispepsia lebih berfokus pada ketidaknyamanan di perut, tanpa adanya gejala asam lambung naik.
Tidak, GERD terjadi karena asam lambung naik ke kerongkongan, sementara gastritis adalah peradangan di lambung. GERD menyebabkan heartburn, sedangkan gastritis seringkali menyebabkan nyeri perut dan mual.
Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan pencernaan dengan langkah-langkah preventif agar kita tetap bisa aktif dan produktif. Apabila Anda mengalami keluhan lambung, jangan ragu berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi dan Hepatologi agar diketahui penyebab dan diberikan penanganan yang tepat.