Pilih kontrasepsi berdasarkan kesehatan, usia, rencana punya anak, dan kenyamanan. Konsultasi dengan dokter penting untuk menemukan metode yang cocok.
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Ada banyak sekali pilihan metode kontrasepsi yang berkembang saat ini. Berbagai pilihan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pada umumnya, metode kontrasepsi akan efektif bila jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan Anda dan pasangan, juga digunakan secara tepat.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum Anda dan pasangan memutuskan jenis kontrasepsi yang digunakan, yaitu:
Mencakup berapa lama waktu untuk menunda kehamilan. Apabila periodenya cukup lama, lebih baik memilih kontrasepsi seperti intra-uterine device (IUD), bukan pil KB. Selain lebih ekonomis, mengonsumsi pil KB dalam waktu lama dikhawatirkan ada kemungkinan lupa meminumnya atau bahkan mempengaruhi kondisi hormonal tubuh secara keseluruhan.
Periksa apakah ada riwayat kesehatan tertentu dalam keluarga, seperti kanker yang sensitif dengan kondisi hormon dalam tubuh, misalnya. Apabila ada, sebaiknya tidak memilih alat kontrasepsi yang hormonal.
Yaitu informasi mengenai dampak penggunaan alat kontrasepsi harus diketahui oleh Anda dan pasangan, supaya lebih siap apabila ada kondisi yang membutuhkan penyesuaian tertentu.
Ada berbagai macam metode kontrasepsi yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan Anda dan pasangan. Misalkan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, atau menghentikan kehamilan.
Dengan mengetahui kebutuhan dan tujuan Anda, maka dapat memperkecil opsi alat kontrasepsi, apakah menggunakan hormon atau tidak menggunakan hormon. Setelah mengetahui target penggunaan alat kontrasepsi, maka disarankan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing alat kontrasepsi tersebut.
Hal ini dikarenakan tidak ada alat kontrasepsi secara umum yang dapat digunakan untuk semua orang.
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang mengandung beberapa jenis hormon yang bersifat melakukan regulasi hormon dalam tubuh sehingga mencegah terjadi konsepsi. Alat kontrasepsi yang menggunakan hormon dapat berupa pil, suntik, implan, dan lainnya.
Pada umumnya kontrasepsi oral atau pil memiliki dua hormon, yaitu estrogen dan progestin, yang berfungsi untuk menghambat ovulasi. Namun, terdapat banyak kontraindikasi untuk perempuan yang ingin menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti ibu yang sedang menyusui, perempuan yang obesitas (BMI lebih dari 35), penderita darah tinggi, atau memiliki riwayat kesehatan tertentu.
Perlu juga diketahui bahwa kontrasepsi hormonal tidak mengganggu kesuburan perempuan dikarenakan kandungan hormonal dalam dosis yang telah disesuaikan dengan hormonal alamiah dalam.
IUD dikenal juga sebagai alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), atau KB spiral. Alat kontrasepsi ini ditempatkan di dalam rahim, dengan tujuan untuk mencegah kehamilan dengan memblokade akses bertemunya ovum dan sperma.
Pemasangan IUD dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan, mungkin akan disertai sedikit rasa tidak nyaman ketika prosedur pemasangan, namun IUD memiliki efektivitas untuk mencegah kehamilan hingga 99 persen. Alat kontrasepsi ini juga bersifat reversible atau bisa dilepas kembali dan tidak memiliki efek samping tertentu seperti kontrasepsi hormonal.
Namun, alat ini juga memiliki beberapa risiko, seperti ada kemungkinan terjadi pendarahan atau kram, rasa kurang nyaman ketika prosedur pemasangan, atau kemungkinan alat bergeser sehingga mempengaruhi efektivitasnya.
IUD juga tidak diperuntukan bagi perempuan dengan penyakit radang panggul, kelainan rahim, kanker rahim, ataupun penyakit menular.
Alat kontrasepsi yang berbentuk kubah dan terbuat dari karet atau silikon ini memiliki efektivitas untuk mencegah kehamilan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 88 - 94 persen.
Kontrasepsi diafragma merupakan alat kontrasepsi yang aman untuk digunakan bagi ibu menyusui dan disarankan digunakan kurang lebih enam minggu setelah melahirkan saat ukuran rongga pinggul telah kembali.
Namun, kekurangan kontrasepsi diafragma adalah teknik pemasangannya yang mungkin menimbulkan rasa kurang nyaman. Kontrasepsi jenis ini juga tidak efektif untuk mencegah penyakit menular seksual sehingga disarankan untuk ditambahkan penggunaan kondom untuk mencegah transmisi dari penyakit menular seksual.
Kontrasepsi diafragma dimasukkan ke dalam vagina bersama dengan jeli atau krim spermisidal 2 - 6 jam sebelum melakukan hubungan intim.
Sebaiknya diafragma berada di dalam vagina setidaknya 6 jam setelah berhubungan intim, dan kemudian dilepaskan. Tidak dianjurkan untuk membiarkan kontrasepsi diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam.
Selain tiga jenis alat kontrasepsi di atas, masih ada beberapa jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan, seperti misalnya kondom, metode kalender, atau kontrasepsi permanen yang disebut vasektomi.
Apa pun tujuan Anda dan pasangan, jangan lupa konsultasikan dengan dokter Anda. Dokter akan menjelaskan masing-masing kelebihan dan kekurangan alat dan metode kontrasepsi, menyesuaikan dengan kebutuhan Anda dan memberikan informasi terhadap efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
Pilih alat kontrasepsi yang aman dengan memperhatikan kecocokan tubuh, efek samping, kenyamanan, dan kebutuhan jangka panjang. Konsultasikan dengan dokter untuk memilih yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan dan rencana keluarga.
Faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi meliputi usia, kondisi kesehatan, rencana punya anak, kenyamanan, dan efek samping.
Waktu terbaik untuk pemberian kontrasepsi biasanya saat menstruasi hari pertama atau setelah melahirkan, tergantung metode yang dipilih. Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan waktu yang tepat sesuai kondisi dan rencana keluarga.