Mengenal Konstipasi, Si Pengganggu Saluran Cerna

Kamis, 19 September 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Konstipasi disebabkan oleh kurangnya konsumsi serat, kurang cairan (dehidrasi) dan kurangnya aktivitas fisik (imobilisasi). Kenali gejala dan cara mengatasinya.

Mengenal Konstipasi, Si Pengganggu Saluran Cerna

Konstipasi sering disalahartikan dengan IBS (irritable bowel syndrome–sindrom iritasi usus besar). Padahal kedua kondisi ini berbeda meskipun masih ada kaitannya. IBS adalah kumpulan gejala yang terjadi karena iritasi pada saluran cerna, yang ditandai dengan nyeri perut dan gangguan pola BAB, termasuk konstipasi. Pada kasus ini, yang perlu diatasi adalah IBS, bukan konstipasinya. Meskipun dokter juga akan meringankan konstipasi yang menjadi salah satu gejalanya.


Konstipasi merupakan suatu gejala yang dirasakan oleh pasien karena suatu kondisi medis. Jadi, penting untuk memastikan penyebab terjadinya konstipasi, agar kondisi ini bisa ditangani dengan tepat. Sayangnya penyebab konstipasi sendiri kebanyakan tidak diketahui dengan pasti. Jadi, jangan ragu memeriksakan diri ke dokter jika Anda mengalami konstipasi yang tidak membaik dengan beberapa upaya penanganan mandiri. 


Apa Itu Konstipasi?

Konstipasi atau sembelit adalah gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan berkurangnya frekuensi BAB menjadi kurang dari tiga kali seminggu, kesulitan mengeluarkan kotoran saat BAB, atau kombinasi keduanya. Selain berkurangnya frekuensi BAB, tekstur kotoran penderita konstipasi sering kali lebih keras dan kering, yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, bahkan sakit saat BAB.


Berdasarkan lama terjadinya, konstipasi dapat dibagi menjadi konstipasi akut dan konstipasi kronik. Dikatakan sebagai konstipasi akut bila keluhan dirasakan kurang dari tiga bulan, sedangkan jika sudah terjadi lebih dari 3 bulan, kondisi ini dikenal dengan konstipasi kronik.


Meski umumnya tidak berbahaya, sembelit bisa mengganggu aktivitas dan menyebabkan komplikasi. Jadi, penanganan yang tepat perlu dilakukan untuk mengatasi keluhan ini.


Baca juga: Mencegah Sembelit dengan Gaya Hidup Sehat



Penyebab Konstipasi

Meski merupakan salah satu keluhan yang sering terjadi, penyebab sembelit tidak selalu bisa dipastikan. Berbagai faktor dapat menyebabkan sembelit, termasuk melambatnya gerak peristaltik (pergerakan usus), efek samping obat, gangguan saraf, dan sebagainya.


Konstipasi yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti ini disebut juga sebagai konstipasi primer. Faktor risiko yang berperan dalam terjadinya konstipasi primer adalah kurangnya konsumsi makanan berserat, kurang cairan (dehidrasi), dan kurangnya aktivitas fisik (gaya hidup sedenter maupun mereka yang memiliki keterbatasan gerak). Selain itu, gangguan psikis juga berperan dalam terjadinya konstipasi primer.


Ketika terjadi karena kondisi medis atau penyakit lain yang dialami penderitanya, keluhan sulit BAB yang terjadi dikenal dengan konstipasi sekunder. Berikut ini adalah beberapa penyebab konstipasi sekunder:


  • Gangguan mekanik atau adanya sumbatan di saluran cerna, seperti tumor, penyempitan usus besar, dan luka di area anus.
  • Gangguan metabolik, seperti yang terjadi pada penderita diabetes mellitus (kencing manis).
  • Gangguan elektrolit.
  • Gangguan pencernaan.
  • Gangguan hormon tiroid.
  • Gangguan ginjal.
  • Menderita penyakit saraf, seperti penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang, atau kelumpuhan saraf.
  • Mengonsumsi obat-obatan yang mengganggu pergerakan saluran cerna, seperti vitamin atau tablet besi, golongan opioid, antidepresan, dan obat antihipertensi. Orang bisa berbeda-beda dalam pengalaman dan penyebab sembelit mereka.


Konstipasi juga sering kali dialami oleh ibu hamil. Penyebab konstipasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu hormon, kurangnya aktivitas fisik, akibat mengonsumsi obat penambah darah, ataupun kurangnya asupan serat dan cairan. Pola makan yang buruk, seperti kurangnya konsumsi buah dan sayuran, juga dapat berkontribusi pada sembelit.


Baca juga: Waspadai Kolitis Ulseratif, Penyakit Radang Usus Besar yang Kronis


Gejala Konstipasi

Beberapa keluhan yang umumnya dirasakan sebagai gejala sembelit, antara lain:


  • Berkurangnya frekuensi buang air besar, menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu
  • Harus mengedan saat BAB
  • Merasa tidak puas setelah BAB, yang dapat disertai perasaan kembung atau perut terasa penuh (begah)
  • Feses keras, bahkan harus menggunakan obat pencahar supaya feses menjadi lunak


Bagi Anda yang merasakan salah satu dari gejala konstipasi tersebut, konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam perlu dilakukan untuk mencegah kondisi ini makin parah, atau mencegah terjadinya komplikasi. 


Kapan Konstipasi Harus Diperiksakan ke Dokter?

Konstipasi umumnya akan membaik dengan sendirinya dan bukanlah keluhan yang bisa membahayakan nyawa. Namun, Anda diharuskan untuk memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami konstipasi yang disertai dengan beberapa kondisi berikut ini:


  • Mengalami penurunan berat badan tanpa direncanakan
  • Mengalami anemia atau kurang darah
  • Dialami oleh lansia atau berusia lebih dari 50 tahun
  • Nyeri perut yang hebat
  • Memiliki riwayat penyakit radang usus atau kanker usus, karena konstipasi dicurigai menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kanker usus.


Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Pencernaan Bawah dan Kolonoskopi


Komplikasi Konstipasi

Konstipasi akut kebanyakan tidak memerlukan penanganan dokter. Namun, Anda sebaiknya tidak mengabaikan kondisi ini, karena konstipasi yang tidak ditangani dengan tepat atau berlanjut menjadi sembelit kronis. Terjadinya sembelit kronis atau komplikasi konstipasi berkepanjangan adalah sebagai berikut ini:




Cara Mengatasi Konstipasi

Langkah tepat untuk mengatasi sembelit kronis adalah berkonsultasi dokter spesialis penyakit dalam. Nantinya, dokter akan menentukan diagnosis konstipasi dan memberikan penanganan sesuai dengan yang Anda alami. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengatasi konstipasi adalah sebagai berikut ini:


  • Menerapkan perubahan gaya hidup, seperti memperbaiki pola makan, memastikan asupan serat dan cairan terpenuhi, meningkatkan aktivitas fisik, dan tidak menunda buang air besar juga penting dalam mengelola konstipasi.
  • Menghindari makanan dan minuman pemicu konstipasi, seperti makanan berlemak tinggi dan rendah serat seperti mengonsumsi terlalu banyak daging merah, minuman beralkohol dan asupan kafein, maupun buah pisang yang belum terlalu matang.
  • Upayakan minum cairan bersuhu hangat, karena dapat mengatasi konstipasi dengan memperbaiki pergerakan usus dan mengurangi ketegangan otot saluran cerna.
  • Usahakan untuk mengelola stres dengan bijaksana, mengingat kondisi psikis bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya konstipasi.
  • Konsumsi obat pencahar bisa dilakukan bila beberapa upaya alami yang disebutkan sebelumnya tidak meringankan konstipasi yang dialami.
  • Terapi alternatif juga dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi, seperti terapi massage (pijat) dan akupunktur. 


Bila konstipasi terus berlanjut, sebaiknya periksakan langsung ke dokter spesialis penyakit dalam untuk memastikan penyebab keluhan ini, serta menentukan penanganan tambahan yang mungkin dibutuhkan. Pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pasien yang mengalami konstipasi sering mengabaikan keluhan ini. Sehingga apabila konstipasi yang dialami terjadi karena kondisi medis, bisa saja kondisi tersebut makin parah dan sulit ditangani.


Baca juga: Sayatan Kecil pada Bedah Pencernaan


FAQ Konstipasi


Apa Perbedaan Konstipasi Akut dan Kronis?

Perbedaan konstipasi akut dan kronis terletak pada durasi terjadinya kondisi ini. Konstipasi akut terjadi tiba-tiba dan biasanya berlangsung dalam waktu singkat, seringkali dipicu oleh perubahan pola makan, kurangnya aktivitas fisik, atau dehidrasi. Sebaliknya, konstipasi kronis berlangsung selama lebih dari tiga bulan dan bisa menjadi tanda masalah kesehatan lain yang lebih serius.


Sering Sembelit Tanda Penyakit Apa?

Sembelit yang sering terjadi bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan lain yang lebih serius. Kondisi medis yang dapat menyebabkan seseorang sering mengalami sembelit mencakup sindrom iritasi usus besar (IBS), hipotiroidisme, dehidrasi, atau gangguan pola makan. Selain itu, sembelit disertai gejala lain seperti penurunan berat badan atau darah pada tinja, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam untuk diagnosis yang tepat.


Apakah Sembelit Berbahaya?

Sembelit berpotensi menjadi kondisi yang berbahaya apabila berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak ditangani dengan tepat. Kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi serius seperti wasir, fisura anus, hingga impaksi tinja yang memerlukan penanganan medis. Jika Anda mengalami sembelit yang berlangsung lama atau sering kambuh, segera konsultasikan ke dokter spesialis penyakit dalam


Kapan Konstipasi Perlu Diwaspadai?

Konstipasi perlu diwaspadai jika berlangsung lebih dari tiga minggu, disertai rasa sakit hebat, perdarahan, penurunan berat badan tiba-tiba, atau muntah. Konstipasi yang disertai dengan berbagai gejala ini dapat menandakan adanya kondisi medis yang lebih serius. 


Apakah Sembelit Bisa Sembuh Sendiri?

Sembelit ringan sering kali bisa sembuh sendiri dengan meningkatkan asupan serat, minum lebih banyak air, dan rutin berolahraga. Namun, jika sembelit berlangsung lama atau disertai dengan gejala lain seperti nyeri parah, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.


Pemeriksaan dan penanganan oleh dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah akan membantu Anda dalam mengakhiri keluhan sembelit yang dapat mengganggu aktivitas. Tidak hanya keluhan konstipasi, dokter spesialis kami akan mencari tahu penyebab keluhan yang Anda alami dan mengatasinya. Dengan begitu, kesehatan saluran cerna Anda akan lebih terjaga dan Anda bisa bebas beraktivitas.