Mengenal Lebih Dekat Penyakit Autoimun

Senin, 26 Agustus 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Jika terkontrol dengan baik, maka penderita tetap bisa menjalani aktivitas seperti orang sehat.

Mengenal Lebih Dekat Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun merupakan kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh sendiri. Lalu, apakah kondisi yang meningkat insidennya ini bisa disembuhkan? 


Seseorang dikatakan mengalami gangguan autoimun ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi menyerang dan mengeliminasi zat asing, termasuk kuman, yang masuk ke dalam tubuh, justru menyerang sel-sel tubuhnya sendiri.


"Serangan" sel-sel tubuh ini akhirnya menimbulkan gejala sistemik yang melibatkan berbagai macam organ. Gejala penyakit autoimun berbeda-beda, sesuai dengan organ yang terdampak.


Baca juga: Vitamin D: Sering Dilupakan, tapi Bermanfaat untuk Muskuloskeletal


Gejala Penyakit Autoimun

Gejala penyakit autoimun sangat bervariasi. Kebanyakan penyakit autoimun sifatnya sistemik, artinya gejala yang timbul akan sesuai dengan organ yang terdampak. Jika organ yang terganggu adalah darah, maka sel darah merah dapat berkurang jumlahnya, sehingga menyebabkan terjadinya anemia. Penyakit ini dapat menimbulkan keluhan berupa mudah letih dan mengantuk.


Penurunan berat badan juga merupakan gejala umum dari penyakit autoimun, terutama pada diabetes tipe 1.


Jika organ yang terkena sendi, maka gejala yang timbul berupa nyeri pada sendi maupun pembengkakan sendi.


Penyakit autoimun yang parah, seperti penyakit lupus, bisa menyerang otak sehingga bisa timbul kejang, atau menyerang ginjal yang dapat menyebabkan ginjal mengalami kerusakan berat.


Penyebab Penyakit Autoimun

Penyebab penyakit autoimun sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun, faktor individu dan lingkungan memegang peran penting. Faktor individu yang dimaksud adalah faktor genetik yang diturunkan.


Faktor lingkungan, seperti pola makan yang tidak sehat dan stres psikologis juga dapat mencetuskan munculnya penyakit autoimun pada individu yang rentan tersebut. 


Baca juga: Tubuh Ideal, Kadar Gula Terjaga



Jenis-jenis Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun memiliki variasi yang sangat banyak. Diketahui penyakit autoimun mencapai 100 jenis, salah satunya adalah lupus eritematosus sistemik. Selain itu, ada juga jenis penyakit autoimun yang lain, yaitu sindrom Sjoren, anemia hemolitik autoimun, reumatoid artritis, skleroderma, dan sebagainya.


Berikut ini beberapa jenis gangguan autoimun yang sering ditemui:


1. Lupus Eritematosus Sistemik

Merupakan penyakit autoimun dengan jumlah kasus terbanyak. Hingga kini penyebab lupus eritematosus sistemik belum diketahui secara pasti, tetapi penyakit autoimun ini umumnya menyerang wanita pada usia muda. Lupus eritematosus sistemik menimbulkan gejala multi organ dan dapat menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, seperti sel kulit, sendi, ginjal, hingga otak.


2. Rheumatoid Arthritis (RA)

Penyakit lain yang cukup sering ditemukan adalah reumatoid artritis, yang umumnya menyerang wanita sebagai kondisi yang menyebabkan keluhan pada persendian, seperti nyeri sendi dan sendi bengkak. Bagian sendi yang terganggu bisa saja sendi kecil ataupun sendi besar.


3. Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA)

Penyakit autoimun juga dapat menyerang anak-anak. Salah satu yang sering menyerang anak adalah juvenile idiopathic arthritis (JIA). Penyakit autoimun ini menyerang persendian anak. Anak yang menderita penyakit autoimun ini dapat merasakan gejala berupa nyeri dan bengkak pada lebih dari satu sendi, baik sendi kecil ataupun besar.


4. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)

Penyakit lain yang dapat menyerang anak adalah idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP). Penyakit autoimun ini menyerang sel-sel keping darah atau trombosit pada tubuh anak, dan menyebabkan berkurangnya jumlah trombosit yang ditandai dengan mudah berdarah, termasuk gusi berdarah dan mudah memar. 


Lebih lanjut sebenarnya jika penyakit autoimun dikontrol dengan baik, maka tidak ada yang berbahaya. Namun, yang diwaspadai adalah jika penyakit autoimun ini tidak dikontrol dan kambuh (flare).


Pada kondisi ini dapat timbul bermacam-macam komplikasi. Seperti pada lupus bisa menyebabkan kerusakan otak, timbul kejang-kejang, penurunan kesadaran. Pada ginjal bisa menyebabkan penurunan fungsi ginjal berat sampai cuci darah, jika terkena jantung dapat menyebabkan gangguan pompa jantung. 


5. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 juga tergolong sebagai salah satu jenis penyakit autoimun yang umum ditemukan. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel penghasil insulin di pankreas. Bahkan dalam beberapa kasus, tubuh penderita diabetes tipe 1 bisa kehilangan kemampuan memproduksi hormon insulin.


Penyakit ini dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi yang dapat merusak pembuluh darah dan berbagai organ dalam tubuh. Gejala diabetes tipe 1 meliputi rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil, penurunan berat badan, dan kelelahan.


Baca juga: Hindari Penyakit Ginjal Kronis


Dampak Penyakit Autoimun pada Tubuh 

Ada banyak dampak dari penyakit autoimun bagi tubuh, tergantung dari organ yang terdampak. Jika penyakit autoimunnya menyerang sistem darah, maka dampaknya dapat menyebabkan mudah lelah, mudah terkena infeksi, sampai mudah berdarah.


Jika penyakit autoimunnya menyerang kulit maka bisa timbul ruam-ruam, seperti pada lupus bisa timbul ruam di wajah seperti kupu-kupu. Sedangkan pada sendi, penyakit autoimun bisa menyebabkan nyeri dan bengkak pada sendi.


Jika menyerang ginjal, maka dapat timbul bocor ginjal dan pada waktu lama dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang berat hingga gagal ginjal kronis. 


Baca juga: Cegah Penyakit Ginjal Diabetes


Cara Mengatasi Penyakit Autoimun

Penderita autoimun harus berobat ke dokter. Seringkali untuk menegakkan diagnosis pertama kali pada penderita autoimun cukup sulit sehingga perlu ditangani dokter spesialis yang ahli dalam bidang autoimun. Setelah diagnosis ditegakkan, penderita harus menjalani pola hidup sehat, makan teratur, dan bergizi seimbang, mengelola stres, olahraga teratur, rutin mengonsumsi obat, dan kontrol ke dokter. 


Baca juga: Jaga dan Perkuat Imun Tubuh Anda di Masa Pancaroba


Cara Mencegah Autoimun

Cara mencegah agar penyakit autoimun terjadi adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti:


  • Makan bergizi seimbang dan teratur
  • Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gluten, seperti yang terdapat di tepung terigu, tepung gandum, dan oatmeal
  • Olahraga secara rutin
  • Mengurangi stres psikologis
  • Menjaga berat badan ideal



FAQ Penyakit Autoimun


Apa Perbedaan Alergi dan Autoimun?

Perbedaan alergi dan penyakit autoimun terletak pada 'musuh' yang diserang oleh sistem kekebalan tubuh. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan sehingga menyerang sel tubuh sendiri. Sedangkan pada kasus alergi, sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan akibat adanya zat pemicu yang berasal dari luar tubuh.


Apakah Penyakit Autoimun Bisa Disembuhkan? 

Penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan sama seperti hipertensi ataupun diabetes. Namun, penyakit autoimun dapat dikontrol dengan baik. Jika terkontrol dengan baik, maka penderita autoimun akan tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari tanpa hambatan. Sehingga untuk mencapai tingkat kontrol yang baik, perlu usaha yang sungguh-sungguh, komitmen, dan ketelatenan dari penderita autoimun, seperti mengonsumsi obat sesuai arahan dokter, menerapkan pola makan yang sehat, dan rutin berolahraga. Pilihan penanganan terbaik untuk penyakit autoimun yang dialami hanya bisa dipastikan oleh dokter spesialis penyakit dalam subspesialis alergi dan imunologi, setelah melakukan pemeriksaan langsung. Sebab, penanganan yang diberikan oleh dokter perlu disesuaikan dengan riwayat kesehatan serta keparahan kondisi Anda.


Apakah Autoimun Berbahaya?

Ya, penyakit autoimun bisa berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan sistem tubuh. Autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, seperti pada lupus, rheumatoid arthritis, atau multiple sclerosis. Gejala dan tingkat keparahan penyakit autoimun bervariasi tergantung jenis dan individu, mulai dari ringan hingga mengancam jiwa. Beberapa penyakit autoimun dapat menyebabkan peradangan kronis, nyeri, kerusakan organ, dan gangguan fungsi tubuh. Meskipun tidak ada obat untuk menyembuhkan autoimun, pengobatan dapat membantu mengendalikan gejala dan memperlambat progresi penyakit. 


Apakah Penyakit Autoimun Menular?

Penyakit autoimun tidak bisa menular dari satu orang ke orang lain. Kontak dengan penderita penyakit autoimun tidak akan membuat Anda terkena penyakit tersebut. Penyebab penyakit autoimun belum bisa diketahui secara pasti, tetapi faktor lingkungan dan faktor genetik diduga memainkan peran yang besar sebagai pemicunya.


Apakah Penyakit Autoimun Keturunan?

Faktor genetik memiliki peran cukup besar dalam munculnya penyakit autoimun. Potensi penyakit autoimun untuk diturunkan memang tidak 100 persen, tetapi risiko terkena gangguan autoimun lebih tinggi jika ada riwayat keluarga yang menderita salah satu jenis penyakit autoimun.


Apa yang Harus Dilakukan Jika Terkena Penyakit Autoimun?

Apabila Anda mengalami gejala penyakit autoimun, periksakanlah diri Anda ke dokter spesialis penyakit dalam untuk memastikannya. Setelah terdiagnosa penyakit autoimun tertentu, dokter dapat memberikan rekomendasi penanganan untuk mengontrol dan meringankan gejala yang dirasakan. Selain itu, bentuk penanangan mandiri yang dapat Anda lakukan adalah menjalani pola hidup sehat, menjaga pola makan sehat, rajin berolahraga, dan mengelola stres.


Apakah Orang yang Terkena Autoimun Bisa Hamil?

Wanita yang terkena penyakit autoimun masih memiliki peluang untuk hamil. Memang, penyakit ini dapat memengaruhi kesuburan, bahkan meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesuburan. Namun, dengan penanganan yang baik, gejala penyakit autoimun dapat dikontrol dan penderita penyakit ini pun tetap dapat menjalankan program hamil.


Jika perlu, lakukan deteksi dini dan konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam subspesialis alergi dan imunologi untuk mencegah terjadinya penyakit autoimun, terutama pada mereka yang memiliki faktor risiko.