Wanita menopause rentan osteoporosis karena penurunan estrogen, hormon yang penting untuk menjaga kepadatan tulang, sehingga tulang lebih mudah rapuh.
Menopause adalah ‘fitrah’ wanita. Efek yang ditimbulkan oleh fase ‘tidak lagi subur’ ini sangat beragam, di antaranya mood yang mudah berubah, penurunan berat badan, kelelahan—termasuk di dalamnya osteoporosis. Waspada! Osteoporosis adalah penyakit kelainan metabolik tulang yang ditandai dengan berkurangnya kerapatan tulang (keropos) dan kerusakan bentuk tulang (deformitas). Tulang sendiri tersusun atas jaringan yang tumbuh.
Selain itu, tulang juga memiliki ‘selaput’ mirip spon yang membungkusnya. Saat tulang terkena osteoporosis, lubang-lubang yang ada pada selaput (spon) tersebut membesar dan jumlahnya terus bertambah. Kejadian inilah yang akhirnya dapat melemahkan struktur dalaman tulang. Osteoporosis dapat menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah, nyeri pada tulang, tubuh semakin pendek dan bungkuk, cacat, hingga kematian.
Osteoporosis sering disebut “penyakit diam” (silent disease) karena proses kerusakan tulang terjadi tanpa gejala. Anda mungkin tidak akan tahu bahwa Anda mengalami osteoporosis sampai tulang-tulang Anda menjadi terasa lemah atau mendadak tegang. Sebuah kejadian benturan atau jatuh dapat menyebabkan Anda patah tulang.
Seorang wanita disebut memasuki atau mengalami menopause bila yang bersangkutan tidak menstruasi lagi dalam rentang waktu lebih dari enam bulan. Usia saat seorang wanita memasuki menopause masih menjadi perdebatan sengit. Akan tetapi, sebagai pegangan, beberapa ahli di bidang menopause memberi ‘patokan’ umur antara 45 sampai 55 tahun.
“Hormon seks wanita (estrogen) ini memainkan peran penting dalam mempertahankan kekuatan tulang. Penurunan kadar estrogen ini—selama menopause— menyebabkan peningkatan keropos tulang.”
Ada beberapa gejala yang terjadi setelah menopause, di antaranya adalah penurunan hormon estrogen. Hormon seks wanita (estrogen) ini memainkan peran penting dalam mempertahankan kekuatan tulang. Penurunan kadar estrogen ini—selama menopause—menyebabkan peningkatan pengeroposan tulang. Penurunan hormon estrogen mulai atau sudah terjadi di usia 35 tahun dengan gejala gangguan haid.
Osteoporosis memiliki faktor risiko, seperti genetik (ras, jenis kelamin, riwayat keluarga), nutrisi (kalsium, kafein, alkohol), pola hidup (merokok, kurang olahraga/aktivitas), konsumsi obat (kortikosteroid, anti-konvulsan/kejang, antasid), dan endokrin (usia menopause atau gangguan hormon lain).
Ada dua klasifikasi untuk osteoporosis, yaitu osteoporosis primer (disebabkan oleh usia tua atau setelah menopause) dan osteoporosis sekunder (disebabkan oleh gangguan endokrin, pengaruh obat, dan gaya hidup). Kebutuhan kalsium pada wanita normal (sebelum menopause) hanya mencapai 800 mg/hari, karena terjadi penurunan estrogen pada wanita menopause, penyerapan kalsium pun ikut menurun tajam.
Oleh karenanya, dibutuhkan 800—1.500 miligram kalsium per hari untuk wanita menopause. Selain menyebabkan osteoporosis, menopause juga dapat memicu penyakit jantung koroner, Alzheimer, stroke, kanker usus besar, gigi rontok, dan katarak.
Untuk mengurangi bahaya akibat osteoporosis, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menentukan faktor risiko. Temukan, kira-kira apa yang membuat Anda berisiko terkena osteoporosis.
Selain itu, Anda juga bisa melakukan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan densitas tulang atau pemeriksaan laboratorium di rumah sakit. Setelah mendapat hasil pemeriksaan, langkah berikut yang harus Anda lakukan adalah memperhatikan nutrisi, pengobatan, dan mulai memperbaiki pola hidup.
Pencegahan juga bisa dilakukan dengan memenuhi asupan kalsium yang cukup, paparan matahari yang cukup, olahraga beban, gaya hidup sehat, dan menjaga keseimbangan estrogen. Jika Anda mengalami osteoporosis, penting untuk melindungi diri sendiri terhadap kecelakaan, jatuh, atau benturan yang dapat mengakibatkan patah tulang.