Menyusui atau Tidak? Yuk, Kenali Berbagai Jenis Penyakit yang Tidak Boleh Menyusui

Oleh Tim RS Pondok Indah

Kamis, 27 Maret 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

ASI merupakan nutrisi terbaik bagi bayi. Namun, ada beberapa kondisi yang menyebabkan ibu tidak bisa menyusui. Simak informasinya dengan membaca artikel berikut ini.

Menyusui atau Tidak? Yuk, Kenali Berbagai Jenis Penyakit yang Tidak Boleh Menyusui

Pemberian ASI kepada buah hati memiliki banyak manfaat seperti memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bayi, meningkatkan kecerdasan, dan daya tahan tubuh bayi.


Selain bermanfaat untuk bayi, menyusui bayi juga bermanfaat untuk ibu. Manfaat tersebut termasuk membantu mempercepat pemulihan rahim setelah persalinan, sebagai kontrasepsi alami, hingga menurunkan risiko ibu terserang kanker payudara, maupun penyakit lain.


Namun, ada beberapa kondisi kesehatan ibu yang membuatnya dilarang menyusui bayi. Apa saja kondisi-kondisi tersebut?


Apakah Ibu Boleh Menyusui Bayi saat Sakit?

Ibu mungkin masih boleh menyusui bayi saat sakit, tergantung pada jenis penyakit yang dialami dan tingkat keparahannya. Jika penyakit dan gejala yang dialami relatif ringan, menyusui tetap aman untuk dilakukan. Bahkan, menyusui dapat memberikan antibodi kepada bayi untuk membantu membangun sistem kekebalan tubuhnya.


Namun, jika ibu menderita penyakit menular, yang berpotensi membahayakan bayi, seperti infeksi TBC paru, sebaiknya konsultasi dengan dokter spesialis anak atau konselor laktasi sebelum menyusui si kecil.


Ibu juga disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter bila harus mengonsumsi obat-obatan tertentu. Dokter dapat menentukan apakah obat yang digunakan aman untuk dikonsumsi selama ibu menyusui.

Namun, ada beberapa kondisi medis lebih serius yang mungkin membuat seorang ibu tidak diperbolehkan menyusui bayinya sama sekali, baik secara permanen maupun sementara.


Baca juga: Nutrisi Ibu Menyusui untuk ASI yang Berlimpah dan Berkualitas



Penyakit yang Membuat Ibu Tidak Diperbolehkan Menyusui

Kontraindikasi menyusui sebenarnya tergantung dari pemeriksaan dan pengobatan yang diberikan oleh dokter. Berikut ini adalah beberapa kondisi kesehatan yang pada umumnya tidak memperbolehkan ibu menyusui bayinya:


1. Mengidap HIV

Boleh tidaknya ibu yang terinfeksi HIV untuk menyusui, masih merupakan kontroversi dalam dunia medis. Di negara maju, seperti Amerika, ibu dengan HIV tidak dianjurkan untuk memberikan ASI karena ada risiko penularan virus HIV melalui ASI. Namun, kondisi yang berlaku pada negara maju tidak bisa disamakan di negara berkembang. Sebab, di negara berkembang ada beberapa pertimbangan lain, termasuk, faktor ekonomi dan sanitasi.


Maka dari itu, WHO membuat anjuran khusus untuk ibu dengan HIV yang ingin menyusui bayinya, yakni ibu dan bayi harus mendapatkan terapi antiretroviral yang adekuat selama masa menyusui. Syarat ini dibuat untuk menurunkan risiko transmisi virus HIV. Selain itu, ibu dan bayi juga hendaknya mendapat pemantauan berkala oleh dokter spesialis anak serta konselor laktasi selama masa menyusui.


Perlu diingat, ibu hamil yang terinfeksi virus HIV dan berencana untuk menyusui harus berkonsultasi terlebih dahulu ke tenaga ahli untuk konseling agar sang ibu mendapat informasi yang lengkap mengenai cara-cara menyusui, manajemen pemberian ASI perah (ASIP), hingga manfaat dan risikonya.


2. Tuberkulosis (TBC) Aktif

Selain itu, ibu mungkin tidak dianjurkan untuk menyusui ketika dirinya menderita TB aktif. Tuberkulosis adalah infeksi bakteri yang dapat menyerang paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Wanita dengan TB aktif yang belum diobati biasanya tidak dianjurkan untuk menyusui.


Bakteri penyebab TB memang tidak ditularkan melalui ASI, melainkan melalui droplet ketika ibu batuk atau bersin. Namun, proses menyusui melibatkan kontak langsung antara ibu dan bayi. Jadi, ada kemungkinan penularan saat ibu batuk atau bersin ketika menyusui bayinya.


Risiko penularan bisa saja dikurangi dengan pengobatan yang tepat, sehingga TB sudah tidak menular lagi dan ibu bisa menyusui dengan aman atas anjuran dokter.


Baca juga: Inisiasi Menyusu Dini Demi Suksesnya ASI Eksklusif


3. Hepatitis

Ibu yang menderita hepatitis juga perlu berkonsultasi dengan dokter dan konselor laktasi mengenai pemberian ASI. Dokter mungkin akan menyarankan untuk menunda pemberian ASI tergantung dari status vaksinasi anak dan juga jenis hepatitis yang diderita oleh ibu.


Penularan hepatitis A dan E selama proses menyusui termasuk jarang terjadi. Namun, hepatitis B dan hepatitis C dapat menular lewat darah. Jadi, bila ibu menyusui yang menderita hepatitis B atau C mengalami luka pada payudaranya, infeksi ini berpotensi menular kepada bayi.


4. Kanker

Kanker bukanlah penyakit menular. Jadi, sebenarnya ibu menyusui yang menderita kanker tidak akan menularkan penyakitnya pada anak. Namun, ibu yang sedang menjalani pengobatan kanker, seperti kemoterapi atau radioterapi, biasanya tidak diperbolehkan untuk menyusui. Sebab, obat-obatan kemoterapi dapat masuk ke dalam ASI dan berpotensi membahayakan kesehatan bayi.


Selain itu, kondisi kesehatan ibu yang mungkin melemah akibat kanker juga dapat mengganggu kemampuan ibu untuk memproduksi ASI serta kualitasnya.


5. Memiliki kebiasaan merokok

Ibu yang memiliki kebiasaan merokok bisa dikategorikan sebagai kondisi khusus. Banyak ibu yang memiliki kebiasaan merokok tidak mempertimbangkan untuk menyusui ASI kepada bayinya.


Perlu diingat prinsip yang harus diketahui adalah ibu merokok yang memberi ASI jauh lebih baik daripada ibu merokok yang tidak memberikan ASI dari segi kesehatan bayi. Bayi mendapatkan perlindungan imunitas terhadap infeksi dan dampak-dampak negatif rokok dari ASI.


Namun, zat nikotin juga dapat menyebabkan iritabilitas pada bayi dan asap rokok atau partikel asap rokok yang terhirup atau tertelan bisa meningkatkan risiko gangguan pada kesehatan bayi. Selain mempengaruhi kesehatan bayi, kadar nikotin yang tinggi dapat menghambat let down reflex (refleks yang memicu keluarnya ASI ibu) sehingga produksi ASI dapat berkurang.


Maka itu, sebaiknya kebiasaan merokok, baik ibu dan atau ayah, dihentikan untuk mengoptimalkan pemberian ASI dan menurunkan risiko bayi tertular penyakit pernapasan seperti asma. Bila Anda atau pasangan mengalami kesulitan untuk berhenti merokok, silakan berkonsultasi dengan dokter spesialis paru dan pernapasan.


Jangan lupa juga untuk tetap berkonsultasi dengan dokter spesialis anak atau konselor laktasi selama Anda menyusui sambil berupaya berhenti merokok.


Baca juga: Informasi Menyusui Bayi Baru Lahir yang Perlu Diketahui



Kapan Ibu Boleh Mulai Menyusui Kembali?

Setelah mengalami sakit atau kondisi medis tertentu, ibu mungkin bertanya-tanya, kapan ibu boleh kembali menyusui buah hati. Dalam kondisi ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.


Pertama, penyakit apa yang Anda alami dan tingkat keparahannya. Jika ibu mengalami penyakit dan gejala yang cukup ringan, Anda mungkin boleh tetap menyusui saat sakit. Sekalipun Anda disarankan untuk berhenti menyusui sementara, dokter mungkin memperbolehkan Anda kembali menyusui segera setelah Anda merasa lebih baik. Pastikan untuk menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum menyusui, untuk mencegah penularan ke bayi.


Namun, jika menderita penyakit yang lebih serius, Anda mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk memulihkan diri sebelum kembali menyusui. Dalam kasus tertentu, sayangnya, dokter juga mungkin tidak menyarankan Anda untuk kembali menyusui bayi.


Kondisi setiap ibu dan kebutuhan setiap bayi tentu berbeda. Untuk itu, penting bagi Anda untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak serta konselor laktasi di RS Pondok Indah untuk mendapatkan saran yang sesuai.


RS Pondok Indah merupakan rumah sakit yang mendukung program ASI eksklusif dan telah dilengkapi dengan klinik laktasi. Didukung oleh dokter dan tim medis yang berpengalaman, klinik laktasi RS Pondok Indah siap mendukung proses menyusui Anda. Jadi, Anda bisa memberikan nutrisi paling optimal dalam masa awal kehidupan buah hati dengan maksimal dan berkualitas, tanpa khawatir dengan ASI tidak lancar maupun kendala menyusui yang lain.


Baca juga: Manfaat Menyusui untuk Si Kecil dan Kesehatan Ibu



FAQ


Kapan Seorang Wanita Tidak Boleh Menyusui?

Seorang wanita tidak boleh menyusui saat mengalami beberapa kondisi medis tertentu, yakni:


  • Terinfeksi virus HIV
  • Menderita penyakit tuberkulosis (TBC) yang aktif atau belum diobati
  • Menderita penyakit hepatitis
  • Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti obat kemoterapi


Selain itu, jika ibu mengalami infeksi payudara (mastitis) yang parah atau ada luka terbuka di puting susu yang dapat terinfeksi, menyusui mungkin juga tidak dianjurkan. Untuk informasi lebih lanjut, konsultasikan dengan konselor laktasi.


Penyakit Apa yang Dapat Ditularkan Melalui ASI?

Beberapa penyakit yang berpotensi ditularkan melalui ASI mencakup HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, serta infeksi virus HTLV. Sebaliknya, banyak penyakit yang dapat menginfeksi ibu tidak dapat ditularkan melalui ASI, seperti flu biasa atau infeksi saluran pernapasan.


Apakah ASI Menularkan TBC?

ASI sendiri tidak akan menularkan TBC secara langsung. Namun, ibu yang menderita TBC aktif dan belum menjalani pengobatan yang memadai, ada risiko penularan kepada bayi melalui droplet saat ibu sedang menyusui.


Jika ibu sedang menderita penyakit menular, seperti TBC, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak serta konselor laktasi lebih dahulu untuk memastikan langkah terbaik untuk kesehatan si Kecil.