Oleh Tim RS Pondok Indah
Pap smear adalah prosedur pengambilan sampel sel dari serviks untuk mendeteksi kanker leher rahim pada wanita. Simak penjelasan lengkapnya di sini!
Angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia menduduki peringkat kedua setelah kanker payudara. Untuk itu, pencegahan dini dengan skrining rutin perlu dilakukan. Salah satu skrining kanker serviks yang dipercaya adalah pemeriksaan Pap smear. Prosedur ini termasuk minim risiko dengan manfaat yang besar, yakni menegakkan diagnosis agar pengobatan dini kanker serviks bisa dilakukan.
Pap smear, atau bisa juga disebut sebagai pap test, adalah suatu prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk mengambil sampel sel atau jaringan dari serviks. Pemeriksaan yang juga dikenal dengan istilah sitologi serviks ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel yang abnormal pada serviks, termasuk infeksi, peradangan, hingga kanker serviks.
Pemeriksaan yang dikembangkan oleh dokter asal Amerika bernama Dr. George Papanicolaou ini, sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun sekali bagi wanita yang berusia 21-30 tahun. Sedangkan wanita yang berusia 30-65 tahun setidaknya melakukan pemeriksaan ini setiap 5 tahun sekali.
Baca juga: Apakah Kanker Serviks Bisa Disembuhkan?
Pemeriksaan Pap atau Pap smear merupakan pemeriksaan baku untuk mencegah kanker serviks, karena pemeriksaan yang juga merupakan salah satu upaya skrining keganasan pada leher rahim ini dapat mendeteksi perubahan sel sebelum berubah menjadi kanker.
Berikut ini adalah indikasi atau kondisi yang dapat diketahui dengan melakukan prosedur Pap smear:
Baca juga: ThinPrep, Deteksi Dini Kanker Serviks Lebih Akurat
Pemeriksaan pap smear biasanya dianjurkan wanita berusia 21-65 tahun, terutama mereka yang telah aktif secara seksual. Skrining rutin ini membantu mendeteksi kanker serviks sejak dini, sehingga penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan efektif. Dengan demikian, risiko berkembangnya kanker serviks dapat diminimalkan.
Selain itu, pemeriksaan ini juga disarankan untuk wanita yang memiliki faktor risiko kanker leher rahim yang tinggi, seperti:
Baca juga: Kenali 6 Gejala Awal Kanker Serviks yang Perlu Diperhatikan
Agar memberikan hasil yang akurat, Anda diharapkan melakukan berbagai persiapan sebelum melakukan pemeriksaan Pap smear dengan menerapkan beberapa tips berikut ini:
Baca juga: Cari Jadwal Dokter Kandungan Jakarta dan Tangerang
Dokter spesialis kandungan dapat melakukan pemeriksaan pap smear di ruangan praktik, baik di rumah sakit maupun klinik, dengan durasi tidak lebih dari 20 menit. Secara umum, berikut ini adalah tahapan prosedurnya:
Hasil pemeriksaan pap smear dapat dikategorikan sebagai normal atau abnormal. Jika hasilnya normal, berarti tidak ditemukan sel-sel abnormal pada leher rahim, dan Anda bisa melanjutkan pemeriksaan rutin sesuai jadwal.
Sedangkan untuk hasil abnormal menunjukkan adanya sel-sel abnormal yang bisa berupa pra-kanker atau kanker, maupun infeksi HPV. Dalam kasus ini, dokter mungkin akan merekomendasikan tes lanjutan atau prosedur tambahan untuk memastikan diagnosis dan menentukan langkah penanganan yang tepat.
Baca juga: Menjaga Kesehatan Kewanitaan
Manfaat Pap smear dinilai jauh lebih besar dibandingkan dengan efek samping maupun risiko yang terjadi. Prosedur ini juga relatif aman, tetapi Anda mungkin saja merasakan rasa tidak nyaman ketika spekulum dimasukkan ke dalam vagina.
Anda juga bisa mengalami efek samping setelah pap smear yang berupa:
Baca juga: Vaksin HPV, Cegah Kanker Serviks
Meski jarang, Anda sebaiknya segera ke dokter kandungan jika mengalami gejala infeksi serviks setelah dilakukan pemeriksaan Pap smear sebagai berikut ini:
Dokter akan menyarankan pemeriksaan dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian Pap smear bagi Anda, terutama setelah disesuaikan dengan kondisi kesehatan maupun keluhan yang tengah dialami.
Pemeriksaan ini juga menjadi skrining rutin untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin, sehingga kemungkinan kesembuhan juga lebih tinggi. Untuk itu, ikuti arahan dokter spesialis kandungan dan kebidanan untuk jadwal pelaksanaan prosedur Pap smear.
Baca juga: Waspadai Keputihan Tidak Normal dan Tangani Sedini Mungkin
Pap smear sebaiknya dilakukan pertama kali ketika seorang wanita berusia 21 tahun atau telah aktif secara seksual. Setelahnya, tes sebaiknya diulang setiap 3 tahun hingga usia 29 tahun. Untuk wanita usia 30 hingga 65 tahun, tes bisa dilakukan setiap 5 tahun jika digabung dengan tes HPV. Jika hasil pap smear normal secara konsisten, wanita di atas 65 tahun bisa berhenti menjalani pap test rutin.
Pendarahan ringan setelah pap smear adalah hal yang umum terjadi. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh iritasi ringan pada leher rahim (serviks) yang sensitif akibat spatula yang digunakan untuk mengusap prosedur pengambilan sampel. Pendarahan ini pun biasanya tidak berbahaya.
Pap smear bisa digunakan sebagai sarana deteksi dini kanker serviks yang dimulai dengan munculnya perubahan sel di serviks. Selain itu, tes ini juga dapat mendeteksi infeksi HPV (Human Papillomavirus), yang sering menjadi penyebab kanker serviks.
Pap smear biasanya akan disarankan dokter untuk mendeteksi dini atau skrining kanker serviks pada wanita. Tes ini memeriksa lesi maupun sel yang abnormal dan berpotensi menjadi kanker. Dengan demikian, bisa dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.
Setelah melakukan Pap Smear, pasien disarankan untuk menghindari aktivitas berat selama 24 jam, berhubungan seksual, menggunakan tampon, atau melakukan douching agar tidak terjadi iritasi pada serviks.
Lakukan pemeriksaan Pap smear di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk hasil yang optimal. Sebab pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis kami tidak hanya terbatas pada metode ini saja. Dokter spesialis kandungan dan kebidanan juga bisa menyarankan pemeriksaan lanjutan dengan teknologi terkini untuk menindaklanjuti hasil Pap smear Anda.
Referensi: