Pelihara Kesehatan dan Kesuburan Wanita, Batasi Konsumsi Gula Berlebih

Jumat, 20 Desember 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Batas konsumsi gula menurut Kementerian Kesehatan dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 yakni maksimal 50 gram gula per hari atau setara dengan 4 sendok makan.

Pelihara Kesehatan dan Kesuburan Wanita, Batasi Konsumsi Gula Berlebih

Makanan atau minuman dengan gula tambahan yang dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, berisiko menyebabkan berbagai penyakit, seperti obesitas, resistensi insulin, penyakit jantung, karies gigi, penyakit metabolik, hingga diabetes melitus tipe 2. Tak hanya berdampak pada kesehatan secara umum, beberapa penyakit tersebut juga berdampak terhadap kesehatan kesuburan wanita, bahkan berisiko menyebabkan gangguan kesuburan/infertilitas.

 

Dampak Gula Berlebih terhadap Kesuburan

Konsumsi gula secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan berat badan hingga mengarah pada obesitas. Obesitas berisiko mengganggu fungsi hormon dalam tubuh, termasuk hormon yang terlibat dalam kesuburan seperti hormon reproduksi. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan ovulasi serta gangguan haid tanpa disertai dengan keluarnya sel telur (anovulasi) yang menyulitkan terjadinya kehamilan.

 

Selain obesitas, terlalu banyak mengonsumsi gula juga dapat menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan kondisi di mana tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik. Hal ini dapat mengganggu peredaran gula darah dalam tubuh dan meningkatkan risiko seseorang menyandang diabetes tipe 2. Wanita dengan kondisi resistensi insulin atau diabetes tipe 2 lebih rentan terhadap gangguan kesuburan, seperti gangguan ovulasi.

 

Meningkatnya kadar gula darah juga dapat memengaruhi siklus haid. Gangguan haid, seperti siklus yang tidak teratur atau perdarahan yang berlebihan, dapat menjadi tanda dari masalah kesuburan. Sebagai informasi, siklus haid yang normal adalah berkisar antara 21-35 hari, bervariasi pada setiap wanita.

 

Pada wanita hamil, konsumsi gula yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes kehamilan atau diabetes gestasional. Diabetes gestasional berhubungan dengan peningkatan angka kejadian kelahiran prematur, keguguran, preeklamsia, polihidramnion atau berlebihnya cairan ketuban, persalinan caesar akibat bayi besar dengan berat lebih dari 4 kilogram, serta perdarahan pasca persalinan.


Baca juga: Pantau Kadar Gula Darah Mandiri


 

Menjaga Kesuburan dengan Pola Hidup Sehat

Dampak konsumsi gula tergantung pada seberapa banyak dan seberapa sering gula dikonsumsi, serta faktor-faktor genetik dan kesehatan tiap individu. Jika sudah terjadi obesitas serta resistensi insulin atau diabetes melitus tipe 2 pada wanita yang ingin memiliki keturunan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi. Dokter akan menyarankan untuk mengurangi berat badan dengan pola makan yang tepat serta berolahraga secara teratur. Terkadang juga diperlukan terapi pengobatan untuk menurunkan kadar insulin atau gula dalam darah.

 

Dalam rangka mencegah gangguan pada kesuburan, sangat disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat, salah satunya dengan mencukupi asupan gizi seimbang, yaitu cukup karbohidrat, protein, lemak, serta sayur, dan buah. Selain itu, penting juga untuk mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah atau makanan yang tidak cepat diubah menjadi gula dalam darah, seperti biji-bijian utuh atau whole grains, buah-buahan, dan sayuran berserat tinggi. Sebaiknya hindari makanan yang mengandung kalori tinggi atau mengandung lemak jenuh tinggi, seperti makanan cepat saji, gorengan, nasi, roti putih, kue-kue, serta minuman manis dalam jumlah yang berlebihan.

 

Berapa Batas Maksimal Konsumsi Gula Harian?

Kementerian Kesehatan dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 juga telah merekomendasikan batas maksimal konsumsi gula harian, yaitu 10 persen dari total energi yang dibutuhkan atau 200 kilokalori per hari. Mengacu pada batasan tersebut, artinya dalam sehari orang dewasa dapat mengonsumsi maksimal 50 gram gula per hari atau setara dengan 4 sendok makan. Sementara bagi penyandang diabetes, batasan gula harian perlu dikonsultasikan kembali dengan dokter yang merawat.


Baca juga: Gula Terjaga, Ginjal Prima


 

Pola hidup sehat tidak cukup dengan mengatur pola makan saja. Jangan lupa untuk berolahraga secara rutin, menghindari alkohol dan rokok, mengelola stres dengan baik, serta mencukupi waktu istirahat.

 

Meski tidak semua makanan atau minuman manis secara langsung berbahaya, penting untuk diingat bahwa konsumsi gula yang berlebihan dan berkelanjutan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk dampak negatifnya terhadap kesuburan. Oleh karena itu, menjalani gaya hidup yang sehat dan menerapkan pola makan yang baik menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan dan kesuburan.


FAQ


Berapa Gram Gula Sehari untuk Perempuan?

Perempuan disarankan mengonsumsi maksimal 25 gram gula per hari, sesuai rekomendasi WHO. Ini termasuk gula dari makanan dan minuman. Batasi konsumsi agar tetap sehat dan terhindar dari risiko obesitas, diabetes, serta masalah kesehatan lainnya.


Seperti Apa 25 Gram Gula Sehari?

25 gram gula sehari setara dengan sekitar 6 sendok teh gula pasir. Ini termasuk semua gula dari makanan dan minuman, baik gula tambahan maupun alami. Batasi konsumsi ini untuk menjaga kesehatan tubuh, menghindari risiko obesitas, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya.


Apakah Mengonsumsi Gula Memengaruhi Hormon Wanita?

Mengonsumsi gula berlebihan dapat memengaruhi hormon wanita dengan meningkatkan kadar insulin, yang dapat mengganggu keseimbangan hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Hal ini bisa menyebabkan masalah seperti siklus haid tidak teratur, jerawat, hingga gangguan kesuburan.


Pilihan penanganan terbaik untuk gula berlebih yang Anda alami hanya bisa dipastikan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi, setelah melakukan pemeriksaan langsung. Sebab, penanganan yang diberikan oleh dokter perlu disesuaikan dengan riwayat kesehatan serta keparahan kondisi Anda.