13 Tips Penanganan Sindrom Mata Kering

Oleh Tim RS Pondok Indah

Senin, 28 Oktober 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Penanganan sindrom mata kering bisa dilakukan secara mandiri, maupun dengan tindakan medis. Dokter mata akan memutuskan penanganan yang sesuai dengan kondisi.

13 Tips Penanganan Sindrom Mata Kering

Sindrom mata kering merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat adanya perubahan pada lapisan air mata, sehingga lebih cepat menguap. Kondisi yang juga dikenal dengan dry eye syndrome ini akan menyebabkan penderitanya mengalami gejala dan tanda, seperti mata merah, mata terasa perih, seperti ada benda asing atau berpasir, mata berair, maupun penglihatan menjadi buram.


Ada beberapa faktor risiko serta kondisi yang bisa menyebabkan perubahan lapisan air mata ini, termasuk usia lebih dari 50 tahun, bekerja di depan komputer, mengonsumsi pil KB, serta habis menjalani operasi LASIK. Dokter mata akan terlebih dahulu menentukan penyebabnya, supaya penanganan sindrom mata kering yang sesuai bisa diberikan.


Diagnosa Sindrom Mata Kering

Sebelum memberikan penanganan yang sesuai, dokter mata akan terlebih dahulu menegakkan diagnosis dengan menanyakan kapan pertama kali keluhan dirasakan, seberapa parah keluhan dialami dan dampaknya dalam menjalani aktivitas.


Kemudian proses diagnosis akan dilanjutkan dengan pemeriksaan mata secara umum menggunakan slit lamp, dokter kemudian akan melanjutkan dengan pemeriksaan mata yang lebih spesifik untuk memastikan sindrom mata kering, antara lain:


1. Tes Schirmer

Merupakan pemeriksaan untuk menilai produksi air mata yang dilakukan dengan menempelkan kertas khusus kecil pada sudut mata selama 5 menit. Diagnosis sindrom mata kering dinyatakan positif jika bagian kertas yang basah kurang dari 10 mm. 


2. Pemeriksaan tear break up time

Dokter mata melakukan pemeriksaan ini untuk menilai seberapa cepat air mata menguap. Pemeriksaan dimulai dengan meneteskan zat pewarna khusus pada permukaan mata, kemudian dinilai lama terjadinya retakan (yang ditandai dengan area lebih kering) pada mata setelah Anda terakhir berkedip. Terjadinya retakan kurang dari 10 detik menandakan adanya sindrom mata kering.

 

3. Tes osmolaritas air mata

Tujuan pemeriksaan definitif sindrom mata kering ini adalah untuk mengetahui komposisi air mata Anda, apakah ada komponen yang tidak stabil, tidak seimbang, bahkan tidak ada sama sekali. Hasil dinyatakan positif sindrom mata kering jika terjadi peningkatan osmolaritas air mata lebih dari 308mOsm/L.


4. Tes pewarna epitel

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kerusakan kornea (lapisan terluar bola mata) mata dengan cara menempelkan kertas yang mengandung perwarna pada permukaan mata. Adanya kerusakan pada lapisan kornea akan ditandai dengan adanya kumpulan zat pewarna pada bagian yang rusak, alih-alih pada kelopak mata (konjungtiva) bagian bawah.


Beberapa pemeriksaan lain, termasuk tes darah, juga bisa dilakukan oleh dokter spesialis mata untuk mencari tahu penyakit yang mendasari terjadinya sindrom mata kering yang Anda alami.


Baca juga: Katarak: Berbahayakah dan Bagaimana Penanganannya?



Cara Mengatasi Sindrom Mata Kering

Perawatan sindrom mata kering bisa dilakukan dengan pengobatan medis maupun perawatan mandiri di rumah, termasuk dengan perubahan gaya hidup. Operasi juga bisa saja menjadi pilihan penanganan sindrom mata kering, pada kasus tertentu.


Secara umum, tujuan penanganan sindrom mata kering dibedakan menjadi 4 kelompok besar, yakni dengan menambahkan air mata, mencegah pembuangan air mata, meningkatkan produksi air mata, dan mengatasi penyebab yang mendasari terjadinya sindrom mata kering. Berikut ini adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan, sesuai dengan tujuan penanganan sindrom mata kering seperti yang telah disebutkan sebelumnya: 


1. Teteskan air mata buatan

Obat tetes mata ini bisa dibeli dengan atau tanpa resep dari dokter, dengan tujuan melumasi mata. Bagi mereka yang mengalami sindrom mata kering karena berkurangnya produksi air mata, tetes air mata buatan merupakan pilihan yang tepat untuk meredakan gejala sindrom mata kering ini.


Selain itu, mereka yang menghabiskan sebagian besar waktunya di ruangan ber-AC maupun menatap gawai, air mata buatan juga bisa menjadi solusi atas sindrom mata kering yang dialami.


2. Batasi screen time

Terlalu lama bermain atau melihat gadget, termasuk bekerja di depan layar komputer, akan membuat Anda lebih jarang berkedip, tanpa disadari. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produksi air mata yang dapat menyebabkan mata menjadi kering.


Jadi, selalu pastikan Anda mengatur jarak layar gadget dan mengistirahatkan mata setiap 20 menit dengan memandang ke objek lain selama 20 detik. 


Baca juga: Katarak: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan


3. Jangan mengucek mata

Secara tidak sadar kita akan mengucek mata ketika terasa gatal. Padahal refleks ini justru dapat menyebabkan memperparah iritasi atau gangguan yang memicu terjadinya mata gatal. Jadi, usahakan untuk tidak mengucek mata, sebagai gantinya, Anda bisa mengedipkan mata beberapa kali untuk mengatasi mata gatal.


4. Hindari paparan iritan

Paparan asap dan angin berlebih dapat mengiritasi mata dan menyebabkan terjadinya sindrom mata kering. Meski tidak selalu bisa dihindari, Anda bisa mengurangi paparan bahan-bahan yang mengiritasi agar mata tidak terlalu kering dengan menggunakan kacamata hitam saat berada di luar ruangan.


5. Gunakan humidifier

Udara yang kering dapat memicu terjadinya sindrom mata kering. Meski Indonesia termasuk negara yang memiliki kelembaban udara tinggi, Anda tetap disarankan untuk menggunakan humidifier pada ruangan ber-AC maupun ruangan yang kelembaban udaranya sangat rendah.


6. Operasi penyumbatan saluran pembuangan air mata

Pada kasus mata kering yang sangat parah dan tidak bisa diatasi dengan berbagai cara lain, dokter spesialis mata akan menyarankan operasi untuk menutup saluran pembuangan air mata. Dengan dilakukannya operasi ini, mata akan selalu lembab dan mata tidak kering lagi.


Baca juga: Jangan Sepelekan Mata Merah



7. Konsumsi ikan salmon

Makanan kaya akan omega-3, termasuk ikan salmon maupun berupa suplemen, dipercaya dapat meningkatkan produksi air mata. Konsultasikan dengan dokter spesialis mata Anda untuk dosis maupun aturan konsumsi suplemen omega-3 yang sesuai. 


8. Konsumsi wortel

Makanan kaya akan vitamin A penting untuk produksi air mata yang bertugas melumasi mata. Konsumsi makanan yang kaya akan vitamin A maupun suplemen vitamin A ditemukan dapat meningkatkan kelembaban permukaan mata dan mengatasi sindrom mata kering.


9. Pijat kelopak mata

Dengan memijat kelopak mata dengan lembut, sumbatan pada kelenjar minyak mata pun dapat dibuka, sehingga mata dapat terlumasi dan air mata tidak mudah menguap. Dengan terapi ini, mata kering pun dapat teratasi.


10. Intense Pulse Light (IPL) mata

IPL mata dilakukan dengan menembakkan sinar bergelombang khusus pada mata. Tujuannya adalah untuk membuka sumbatan pada kelenjar minyak mata (kelenjar meibom), mengencerkan air mata, dan mengurangi peradangan yang terjadi pada mata, yang akan meredakan gejala mata kering.


Baca juga: Agar Pandangan Selalu Prima


11. Serum autologus

Bila gejala mata kering tidak bisa diatasi dengan penggunaan obat tetes air mata buatan, dokter akan menyarankan penggunaan serum autologus sebagai solusinya. Serum ini merupakan bagian dari darah pasien yang telah diolah untuk kemudian dijadikan tetes mata sebagai pengganti air mata yang berfungsi menjaga kelembaban permukaan mata.


12. Antibiotik tetes maupun minum

Dokter bisa saja meresepkan obat-obatan dari golongan antibiotik untuk kasus sindrom mata kering yang disebabkan oleh infeksi bakteri.


13. Antiperadangan tetes maupun minum

Peradangan yang terjadi pada mata, baik karena infeksi, alergi, maupun penyakit mata yang lain, bisa saja menyebabkan mata menjadi kering. Dokter spesialis mata akan mengatasi kondisi ini dengan meresepkan obat antiperadangan.


Baca juga: Kenali dan Atasi Alergi pada Mata



FAQ


Apa yang Menyebabkan Mata Kering?

Mata kering terjadi ketika lapisan air mata terganggu, sehingga mata tidak mendapatkan pelumasan yang cukup. Penyebab mata kering bisa beragam, seperti infeksi mata, peningkatan penguapan air mata, ketidakseimbangan pada komponen air mata, penggunaan lensa kontak, penggunaan gadget yang berlebihan, dan sebagainya.


Apakah Mata Kering Bisa Buram?

Ya, mata kering bisa menyebabkan penglihatan menjadi buram. Terganggunya lapisan air mata dapat membuat mata menjadi lelah, iritasi, sensitif terhadap cahaya, dan penglihatan pun menjadi tidak stabil dan tidak fokus.


Apakah Mata Kering Bisa Normal Kembali?

Jangan khawatir, mata kering biasanya bisa normal kembali dengan penanganan yang tepat. Memang, ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kondisi mata kering sulit sembuh. Akan tetapi, dengan penanganan yang tepat dari dokter mata, gejalanya dapat dikendalikan.


Sindrom mata kering yang tidak diatasi dengan tepat bisa saja menyebabkan komplikasi berupa gangguan penglihatan, infeksi mata, peradangan pada konjungtiva (konjungtivitis), ulkus kornea, kerusakan pada kornea. Oleh karena itu, sindrom mata kering perlu ditangani dengan tepat.


Meski lebih berisiko dialami oleh lansia, maupun mereka yang menghabiskan banyak waktu menatap gawai, sindrom mata kering bisa dialami oleh siapa saja. Jadi, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis mata guna mendapatkan penanganan sindrom mata kering yang sesuai.


Bila masih ragu, atau bagi Anda yang masih bingung, Anda bisa menjadwalkan janji temu dengan dokter mata di RS Pondok Indah cabang terdekat. Sebab dokter mata kami yang kompeten akan memberikan penanganan yang komprehensif dengan didukung oleh fasilitas medis berteknologi terkini.


Jadi, tunggu apa lagi, daftarkan diri Anda atau orang tersayang melalui nomor WhatsApp appointment RS Pondok Indah, sekarang juga!




Referensi:

  1. Mondal H, Kim HJ, et al,. A review on dry eye disease treatment: recent Progress, diagnostics, and future perspectives. Pharmaceutics. 2023. (https://www.mdpi.com/1999-4923/15/3/990?trk=public_post_main-feed-card-text). Diakses pada 8 Oktober 2024.
  2. Sheppard JD, Nichols KK. Dry eye disease associated with meibomian gland dysfunction: focus on tear film characteristics and the therapeutic landscape. Ophthalmology and Therapy. 2023. (https://link.springer.com/article/10.1007/s40123-023-00669-1). Diakses pada 8 Oktober 2024.
  3. Sheppard J, Shen Lee B, et al,. Dry eye disease: identification and therapeutic strategies for primary care clinicians and clinical specialists. Annals of medicine. 2023. (https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/07853890.2022.2157477#abstract). Diakses pada 8 Oktober 2024.
  4. American Academy of Ophthalmology. What Is Dry Eye? Symptoms, Causes and Treatment. (https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-dry-eye). Direvisi terakhir 22 Mei 2024. Diakses pada 8 Oktober 2024.
  5. National Eye Instutute. Dry Eye (https://www.nei.nih.gov/learn-about-eye-health/eye-conditions-and-diseases/dry-eye). Direvisi terakhir 15 November 2023. Diakses pada 8 Oktober 2024.
  6. Cleveland Clinic. Dry Eye. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24479-dry-eye). Direvisi terakhir 28 November 2022. Diakses pada 8 Oktober 2024.
  7. Harvard Health Publishing. The latest thinking on dry eye treatments. (https://www.health.harvard.edu/blog/the-latest-thinking-on-dry-eye-treatments-202210132833). Direvisi terakhir 13 Oktober 2022. Diakses pada 8 Oktober 2024.
  8. Mayo Clinic. Dry Eyes. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dry-eyes/diagnosis-treatment/drc-20371869). Direvisi terakhir 23 September 2022. Diakses pada 8 Oktober 2024.