Perbedaan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik

Oleh Tim RS Pondok Indah

Rabu, 26 Februari 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

PJB identik dengan kebiruan. Padahal, tidak semua penderita PJB mengalaminya. Oleh karena itu, mari kenali perbedaan penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik!

Perbedaan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu kondisi yang merujuk pada kelainan struktur dan fungsi jantung, yang terjadi sebelum seseorang dilahirkan. Kelainan yang terjadi bisa berupa lubang di organ jantung, kelainan pembuluh darah, maupun kelainan pada katup jantung.


Adanya kelainan pada jantung tentu akan menyebabkan dampak pada fungsinya sebagai pompa darah, yakni mengalirkan darah dari dan ke jantung. Kondisi ini akan menyebabkan orang dengan PJB mengalami sesak napas, sulit menyusu, gangguan tumbuh kembang, infeksi paru berulang, detak jantung tidak teratur (aritmia), kedua kaki mengalami pembengkakan, serta bibir dan kuku berwarna kebiruan (sianosis). 


Jenis Penyakit Jantung Bawaan

Berdasarkan gejala dan efeknya pada sirkulasi darah, penyakit jantung bawaan (PJB) bisa dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yakni penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik. Yang dimaksud dengan PJB sianotik adalah kelainan yang menyebabkan penderitanya menjadi terlihat berwarna kebiruan atau terlihat ‘biru’, akibat penurunan kadar oksigen dalam darah. Sedangkan PJB asianotik adalah kelainan pada jantung yang tidak menyebabkan penderitanya tampak kebiruan. 


Normalnya, darah yang kaya akan oksigen dialirkan dari sisi kanan jantung ke seluruh tubuh. Namun, adanya kelainan bawaan pada jantung bisa menyebabkan aliran darah kaya akan oksigen tercampur dengan yang miskin oksigen. Kondisi inilah yang membuat pasien PJB berwarna biru. 


Baca juga: Deteksi Kelainan Jantung Bawaan pada Bayi Sejak Dalam Kandungan



Perbedaan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik

Selain dari gejala kebiruan yang tampak pada penderita penyakit jantung bawaan, berikut ini adalah beberapa perbedaannya:


1. Gejala utama

Penyakit jantung bawaan sianotik memiliki gambaran gejala yang khas, berupa kulit kebiruan (sianosis), terutama pada bibir dan kuku.


Sedangkan penyakit jantung bawaan asianotik memiliki gejala yang tidak khas, seperti sesak napas, kliyengan, mudah lelah, pingsan, hipertensi (termasuk hipertensi pulmonal), bunyi jantung tidak normal, gagal jantung.


2. Penyebab gejala

Meski keduanya disebabkan oleh kelainan genetik maupun komplikasi kehamilan, gejala masing-masing jenis kelainan jantung bawaan disebabkan oleh kondisi yang sedikit berbeda.


Pasien penyakit jantung bawaan sianotik mengalami gejala karena tercampurnya darah yang kaya oksigen dan darah yang kurang oksigen.


Di sisi lain, gejala yang dialami oleh penderita jantung bawaan asianotik karena kelainan struktur jantung maupun pembuluh darah besar yang tidak menyebabkan tercampurnya darah kaya dan miskin oksigen.


Baca juga: Pentingnya Melakukan Pemeriksaan Screening Jantung


3. Contoh jenisnya

Beberapa contoh kondisi penyakit jantung bawaan sianotik adalah Tetralogy of Fallot (TOF), Transposition of the great arteries (TGA), dan Atresia Pulomonal. 


Sedangkan contoh dari penyakit jantung bawaan asianotik meliputi Atrial septal defect (ASD), ventricular septal defect (VSD), atrioventricular septal defect (AVSD), dan patent ductus arteriosus (PDA).


4. Pengobatan

Meski satu-satunya pengobatan yang efektif untuk mengatasi penyakit jantung bawaan adalah operasi, ada beberapa pengobatan tambahan bagi kasus PJB sianotik berupa terapi oksigen maupun peresepan obat diuretik.


Sedangkan beberapa pengobatan untuk penyakit jantung bawaan asianotik adalah peresepan obat untuk mengontrol tekanan darah, maupun kateterisasi atau operasi untuk memperbaiki kelainan pada jantung.


5. Komplikasi

Kelainan jantung bawaan sianotik, memiliki tingkat keparahan yang lebih besar dengan komplikasi berupa, gangguan tumbuh kembang, aritmia, gagal jantung, henti jantung mendadak, stroke. 


Sedangkan untuk jenis asianotik, tingkat keparahan penyakit jantung bawaan ini memang relatif lebih ringan, tetapi tetap berisiko menyebabkan komplikasi berupa, hipertensi (termasuk hipertensi pulmonal) dan gagal jantung.


Mengingat tidak semua penyakit jantung bawaan menyebabkan gejala yang khas, Anda sangat disarankan untuk membawa anak menjalani kontrol rutin ke dokter spesialis anak, terutama jika anak tampak sulit menyusu, sesak napas dan tumbuh kembangnya kurang sesuai dengan usianya. 


Selain memantau tumbuh kembang sesuai dengan usia, dokter juga bisa mendeteksi adanya tanda dan gejala yang mencurigakan ke arah penyakit jantung maupun kondisi medis bawaan yang lain. Jika memang dinyatakan mengalami penyakit jantung bawaan, dokter anak bisa melakukan rawat bersama dokter spesialis jantung dan pembuluh darah untuk penanganan lebih optimal. 


Di RS Pondok Indah, dokter spesialis kami sudah menerapkan perawatan medis yang holistik, termasuk rawat bersama beberapa spesialistik untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Jadi, bagi Anda yang mencurigai adanya kelainan pada jantung maupun tumbuh kembang anak, segera jadwalkan janji temu dengan dokter anak di RS Pondok Indah cabang terdekat.


Baca juga: Apakah Penyakit Jantung Bisa Sembuh?



FAQ


Apakah Penyakit Jantung Bawaan Akan Mengalami Sianosis?

Tidak semua penyakit jantung bawaan (PJB) menyebabkan sianosis. Kondisi ini ditandai dengan warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir akibat kurangnya oksigen dalam darah. Sianosis hanya terjadi pada PJB yang menyebabkan darah yang kaya karbon dioksida bercampur dengan darah yang kaya oksigen.


Apa Saja Penyakit Jantung Bawaan Sianotik?

Penyakit jantung bawaan sianotik meliputi beberapa kondisi, antara lain:


  • Tetralogi Fallot: Kombinasi dari empat kelainan jantung yang mengganggu aliran darah ke paru-paru
  • Transposisi Arteri Besar: Arteri pulmonalis dan aorta terbalik, mengakibatkan aliran darah yang abnormal
  • Atresia Trikuspid: Katup trikuspid tidak terbentuk dengan baik, menghalangi aliran darah ke paru-paru
  • Defek Septum Ventricular (besar): Lubang besar antara ventrikel dapat menyebabkan pencampuran darah


Apa Saja Penyakit Jantung Bawaan Asianotik?

Penyakit jantung bawaan asianotik adalah kondisi yang tidak menyebabkan sianosis, meskipun dapat menyebabkan gejala lain. Beberapa contohnya adalah:


  • Defek Septum Atrium: Adanya lubang antara atrium kanan dan kiri
  • Paten Ductus Arteriosus (PDA): Saluran arteri yang seharusnya menutup setelah lahir, tetapi tetap terbuka
  • Stenosis Pulmonalis: Penyempitan pada katup pulmonalis yang menghambat aliran darah ke paru-paru
  • Coarctatio Aortae: Penyempitan pada aorta yang menghalangi aliran darah ke tubuh


Kapan Penyakit Jantung Bawaan Terdeteksi?

Penyakit jantung bawaan sering kali terdeteksi selama kehamilan melalui ultrasonografi (USG) janin atau setelah kelahiran. Jika tidak terdeteksi saat bayi lahir, PJB dapat terlihat pada masa kanak-kanak ketika gejala berkembang, seperti berat badan rendah atau pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat.


Apakah Penyakit Jantung Bawaan Bisa Dicegah?

Sebagian besar penyakit jantung bawaan tidak dapat dicegah karena penyebabnya seringkali bersifat genetik. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan calon ibu untuk mengurangi risiko terjadinya PJB selama masa perkembangan janin, yakni:


  • Melengkapi vaksinasi wajib, seperti vaksin rubella
  • Menghindari konsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, dan paparan asap rokok
  • Menjaga pola makan sehat dengan nutrisi seimbang
  • Mengonsumsi asam folat sebelum dan selama kehamilan
  • Mengelola kondisi kesehatan seperti diabetes dan obesitas sebelum hamil



Referensi:

  1. Jone PN, Ivy DD, et al,. Pulmonary hypertension in congenital heart disease: a scientific statement from the American Heart Association. Circulation: Heart Failure. 2023. (https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/HHF.0000000000000080). Diakses pada 21 Februari 2025.
  2. Murni IK, Wirawan MT, et al,. Delayed diagnosis in children with congenital heart disease: a mixed-method study. BMC pediatrics. 2021. (https://link.springer.com/article/10.1186/s12887-021-02667-3). Diakses pada 21 Februari 2025.
  3. American Heart Association. About Congenital Heart Defects. (https://www.heart.org/en/health-topics/congenital-heart-defects/about-congenital-heart-defect). Direvisi terakhir 15 September 2023. Diakses pada 21 Februari 2025.
  4. Cleveland Clinic. Acyanotic Heart Disease. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21725-acyanotic-heart-disease). Direvisi terakhir 16 Agustus 2021. Diakses pada 21 Februari 2025.
  5. Clevelanc Clinic. Congenital Heart Disease. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21674-congenital-heart-disease). Direvisi terakhir 26 Februari 2024. Diakses pada 21 Februari 2025.
  6. Cleveland Clinic. Cyanotic Heart Disease. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22441-cyanotic-heart-disease). Direvisi terakhir 17 Februari 2022. Diakses pada 21 Februari 2025.
  7. Mayo Clinic. Congenital heart defects in children. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/congenital-heart-defects-children/symptoms-causes/syc-20350074). Direvisi terakhir 7 Desember 2024. Diakses pada 21 Februari 2025.