Stent ring dipasang saat pembuluh darah jantung tersumbat parah, menyebabkan nyeri dada atau risiko serangan jantung, dan obat-obatan tidak efektif lagi.
Sekitar pukul sebelas pagi, seorang laki-laki berusia 49 tahun menelepon istrinya yang baru saja berangkat ke kantor. Si laki-laki meminta istrinya untuk kembali ke rumah karena ia merasakan nyeri dada yang tadi pagi dikeluhkan.
Si laki-laki merasakan nyeri di dadanya berulang, menghebat, disertai keringat dingin, dan lemas. Tak berapa lama, sang istri kembali ke rumah dan segera membawa sang suaminya ke Unit Emergency.
Setibanya di Unit Emergency, setelah diperiksa dokter jaga dan dokter spesialis jantung, sang suami diindikasi mengalami serangan jantung. Selanjutnya, pasangan suami-istri tersebut mendapatkan penjelasan untuk menentukan pilihan pemberian obat penghancur bekuan (trombolisis) atau tindakan pemasangan stent segera.
Singkat cerita, sang suami memutuskan untuk dilakukan pemasangan stent (cincin koroner) dengan hasil sangat memuaskan (total waktu saat sakit dada sampai pemasang stent kurang dari 3 jam). Semua keluhan serta kelainan EKG berangsur-angsur membaik—normal kembali seperti tidak pernah mengalami serangan jantung sebelumnya.
Berdasarkan peristiwa di atas, dapat disimpulkan bahwa pengobatan definitif penyempitan atau sumbatan pembuluh darah koroner saat ini sudah sangat maju. Teknik pemasangan stent terus berkembang sehingga hampir tidak ada kasus penyempitan maupun sumbatan pembuluh darah jantung koroner yang tidak bisa untuk dipasang stent.
Ilustrasi di atas adalah suatu contoh bagaimana teknik pemasangan stent pada saat serangan jantung (primary PCI) pada golden period (jeda waktu yang terbaik atau kurang dari 3 jam) sangat menolong penderita saat serangan jantung terjadi, baik saat itu maupun untuk waktu-waktu mendatang. Hal ini berdasarkan penelitian Zwole, Belanda, dan lain-lain.
Pemasangan stent atau balon koroner adalah suatu tindakan definitif dalam pengobatan adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah arteri koroner. Tindakan tersebut merupakan sejenis operasi ringan dan tanpa bius umum.
Jadi, hanya dilakukan bius lokal di lipat paha atau di pergelangan lengan kanan (seperti tindakan mencabut gigi). Hal ini dilakukan agar pasien tetap sadar dan dapat melihat prosedur yang dijalaninya.
Hampir semua keadaan penyempitan di pembuluh darah koroner; baik yang akut maupun yang kronis, yang hanya satu atau yang banyak penyempitan, penyempitan pendek maupun yang panjang, di pembuluh darah percabangan maupun yang lurus, bahkan yang sudah tersumbat, dapat dilakukan pemasangan stent koroner.
Jika gejala, keluhan, dan data pemeriksaan baik dari rekaman jantung (EKG), treadmill test, scanning jantung, serta kateterisasi jantung koroner membuktikan adanya penyempitan, maka pasien tersebut merupakan kandidat terbaik untuk dilakukan pemasangan stent koroner.
Beberapa jenis stent koroner saat ini dapat menjadi pertimbangan dokter jantung intervensi dan pasien untuk digunakan pada penderita penyempitan pembuluh darah koroner. Jika penyempitan panjang serta pembuluh darahnya kecil dan disertai penyakit lain seperti diabetes, sebaiknya gunakan stent yang mengandung lapisan obat (drugs eluting stent).
Pada penyempitan pendek, pembuluh darah koronernya besar dan tidak ada diabetes cukup dengan stent tanpa obat (non-drugs eluting stent).
Pemeliharaan atau pencegahan terjadinya penyempitan kembali pada stent koroner adalah dengan menjaga faktor risiko penyempitan pembuluh darah koroner.
Faktor risiko tersebut bisa anda cegah dengan menjaga kadar kolesterol darah, stop merokok, menjaga kadar gula darah pada penderita diabetes, menjaga tekanan darah agar terkontrol jika ada tekanan darah tinggi, olahraga teratur, dan menurunkan berat badan mencapai ideal.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, bukan tidak mungkin penyempitan akan terulang, dan mungkin di tempat lain yang tidak ada stent-nya. Selain itu, minum obat yang teratur sesuai petunjuk dokter dan kontrol ke dokter jantung secara teratur, merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
Tindakan intervensi invasif lain di bidang penyakit jantung juga berkembang dengan pesat. Dengan kemajuan tersebut, sudah bisa dilakukan penutupan bila adanya kebocoran sekat jantung (ASD/VSD) dan mendeteksi adanya lubang antara pembuluh di luar jantung (PDA).
Selain itu, pembengkakan pembuluh darah nadi utama (aorta) juga sudah dapat dilakukan dengan teknik seperti pemasangan stent koroner, tanpa harus operasi bedah jantung.
Sekali lagi, Anda harus ingat, mencegah lebih baik, aman, dan murah daripada mengobati. Hiduplah dengan sehat—tidak merokok, olah raga teratur, hindari makanan lemak dan karbohidrat berlebih, serta banyak mengonsumsi sayur dan buah—dan rajinlah untuk memeriksakan kesehatan secara berkala.
Dengan demikian, kelainan dini penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskular lainnya dapat segera diketahui.
\
Pemasangan stent biasanya memakan waktu sekitar 30-60 menit, tergantung pada kondisi pembuluh darah pasien. Prosedur ini minimal invasif dan dilakukan dengan bius lokal. Setelahnya, pasien perlu observasi untuk memastikan tidak ada komplikasi dan bisa pulang dalam satu hingga dua hari.
Pemasangan stent di jantung dilakukan dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah di tangan atau paha, lalu diarahkan ke area tersumbat. Stent ditempatkan untuk membuka arteri, memungkinkan aliran darah lancar. Prosedur ini menggunakan panduan sinar-X dan biasanya memerlukan bius lokal.
Stent koroner biasanya dipasang jika penyumbatan arteri mencapai 70% atau lebih dan menyebabkan gejala seperti nyeri dada atau sesak napas. Pada kondisi ini, stent membantu membuka aliran darah.