Memahami Penyakit Radang Usus (IBD) yang Dapat Memengaruhi Kualitas Hidup

Oleh Tim RS Pondok Indah

Kamis, 21 November 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Radang usus adalah kondisi peradangan kronis yang terjadi pada usus. Meski relatif tidak berbahaya, penanganan yang sesuai tetap diperlukan untuk mencegah komplikasi.

Memahami Penyakit Radang Usus (IBD) yang Dapat Memengaruhi Kualitas Hidup

Usus bisa dikatakan sebagai organ pencernaan yang dominan, dimana tugasnya pun terbilang krusial, yakni menyerap nutrisi dan membentuk tinja untuk kemudian dikeluarkan sebagai zat sisa.


Berbagai gangguan bisa saja terjadi pada saluran cerna ini, termasuk peradangan. Ketika peradangan terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang, kondisi ini bisa dianggap sebagai radang usus.

Tentunya kondisi ini akan menyebabkan berbagai keluhan terkait dengan saluran sistem pencernaan, yang jika tidak ditangani dengan tepat akan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan lebih serius.


Apa itu Radang Usus?

Radang usus adalah kondisi yang merujuk kepada peradangan yang terjadi pada usus dan terjadi secara kronis (dalam waktu yang lama). Istilah radang usus atau yang juga dikenal sebagai inflammatory bowel disease (IBD) meliputi 2 kondisi, yakni penyakit Crohn (Crohn's disease) dan kolitis ulseratif


Yang dimaksud dengan kolitis ulseratif adalah peradangan yang terjadi pada lapisan usus besar (colon) dan rektum, sedangkan penyakit Crohn adalah merupakan peradangan yang bisa terjadi pada area saluran pencernaan mana pun. Bedanya, peradangan pada Crohn’s disease terjadi hingga ke lapisan saluran pencernaan yang lebih dalam.


Baca juga: Kenali Polip Usus Sebelum Berubah Menjadi Kanker Usus! Pahami Gejala dan Penanganannya



Gejala Radang Usus

Gejala radang usus yang dialami oleh masing-masing orang bisa saja berbeda, dengan tingkat keparahan yang juga bervariasi, tergantung dari lokasi terjadinya peradangan juga.


Penderita IBD tidak selalu merasakan keluhan secara terus-menerus. Ada 1 episode dimana keluhan terasa parah, yang diikuti dengan perbaikan kondisi (remisi), dimana tidak ada gejala radang usus yang dirasakan sama sekali. 


Beberapa gejala inflammatory bowel disease (IBD) yang sering dikeluhkan adalah sebagai berikut ini:


  • Diare kronis
  • Nyeri perut atau kram perut
  • Perut kembung
  • BAB berdarah, dengan darah yang berwarna cerah (hematochezia)
  • Lebih cepat merasa lemas yang merupakan tanda anemia karena perdarahan kronis
  • Berkurangnya nafsu makan
  • Penurunan berat badan tanpa direncanakan


Apabila Anda merasakan gejala-gejala seperti di atas, terutama jika terjadi terus-menerus atau berulang, segera jadwalkan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Diagnosis dan penanganan dini radang usus dapat membantu meringankan gejala yang Anda alami sehingga tidak lagi mengganggu aktivitas sehari-hari.


Baca juga: Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik


Penyebab Radang Usus

Penyebab radang usus belum diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun, kelainan pada sistem kekebalan tubuh penderita sering dicurigai sebagai penyebab terjadinya IBD. Selain itu, adanya mutasi genetik juga digadang menjadi penyebab terjadinya peradangan pada kolon.


Sedangkan beberapa kondisi yang sering kali memperparah atau memicu kekambuhan gejala radang usus adalah alergi makanan dan stres yang hebat.


Baca juga: Sakit Lambung, Periksakan Segera, Jangan Remehkan Akibatnya


Faktor Risiko Radang Usus

Beberapa kondisi diketahui dapat menyebabkan risiko seseorang mengalami irritable bowel disease. Beberapa faktor risikonya meliputi kondisi berikut ini:


  • Memiliki usia kurang dari 30 tahun
  • Memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit radang usus
  • Ras kulit putih diketahui lebih banyak mengalami irritable bowel disease
  • Merokok, terutama akan meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit Crohn
  • Konsumsi obat golongan OAINS dalam jangka waktu yang lama, tanpa pengawasan dokter


Makanan bukanlah penyebab maupun faktor risiko terjadinya penyakit radang usus. Namun, ada beberapa jenis makanan yang bisa memicu kekambuhan maupun memperburuk kondisi ini, seperti makanan pedas, makanan berlemak, terbuat dari susu, serta yang kandungan seratnya tinggi, maupun minuman bersoda, beralkohol, dan berkafein.


Baca juga: Infeksi Saluran Pencernaan, Sudah Biasa, tetapi Tidak Bisa Diabaikan



Diagnosis Radang Usus

Sebelum memberikan penanganan yang sesuai, dokter spesialis penyakit dalam akan terlebih dahulu menegakkan diagnosis radang usus maupun kondisi yang melatarbelakangi terjadinya keluhan yang Anda alami. Dalam proses tersebut, dokter akan terlebih dahulu mengajukan beberapa pertanyaan seputar keluhan yang Anda alami, perubahan pola BAB yang terjadi, kondisi kesehatan maupun riwayat kesehatan keluarga.


Informasi medis yang didapatkan dalam proses anamnesis kemudian akan menjadi petunjuk dokter dalam melakukan pemeriksaan fisik. Secara umum dokter akan melihat adanya pembengkakan atau bentuk perut yang tidak normal, serta status gizi. 


Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan meraba ada tidaknya benjolan di perut, sekaligus pemeriksaan nyeri saat perut disentuh maupun ditekan. Dokter juga mungkin akan mengetuk perut untuk mengetahui peningkatan jumlah gas dalam saluran cerna, yang menandakan perut kembung. Terakhir, dokter akan mendengarkan bunyi usus dengan bantuan stetoskop.


Kedua hasil pemeriksaan tersebut kemudian akan dipastikan dengan pemeriksaan penunjang untuk menentukan irritable bowel disease, yang bisa berupa:


  • Tes darah, untuk memastikan terjadinya infeksi, anemia, maupun komplikasi lain akibat irritable bowel disease
  • Pemeriksaan tinja, untuk memeriksa darah yang tidak terlihat oleh mata telanjang serta mendeteksi adanya infeksi. Selain itu, ditemukannya peningkatan sel darah putih pada tinja juga bisa mengindikasikan adanya IBD akibat kolitis ulseratif
  • Pemindaian, baik dengan USG, rontgen atau foto X-ray, CT-Scan, maupun MRI, guna melihat kondisi saluran cerna secara keseluruhan sekaligus mengetahui komplikasi akibat radang usus
  • Endoskopi, melihat langsung bagian dalam usus untuk memastikan bagian yang mengalami peradangan, serta menilai keparahan peradangan yang terjadi
  • Biopsi, dengan mengambil sampel jaringan usus untuk dilihat di bawah mikroskop pada laboratorium, guna memastikan jenis radang usus yang dialami dan keparahan, serta kemungkinannya berkembang menjadi kanker usus


Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Pencernaan Bawah dan Kolonoskopi


Penanganan Radang Usus

Setelah menegakkan diagnosis sekaligus jenis radang usus yang dialami dan keparahannya, dokter spesialis penyakit dalam akan menentukan penanganan yang sesuai.


Tujuan penanganan radang usus yang dilakukan bukan untuk menyembuhkan, tetapi menghentikan proses peradangan yang terjadi dan meredakan gejala, sehingga kualitas hidup pasien tetap terjaga.

Beberapa cara mengobati radang usus yang mungkin dilakukan oleh dokter, antara lain:


  1. Peresepan obat-obatan, seperti obat golongan antiradang, analgetik, antibiotik, imunosupresan, maupun suplemen, termasuk zat besi, kalsium, dan vitamin D.
  2. Operasi, hanya akan disarankan pada kasus yang tidak bisa ditangani dengan pemberian obat-obatan. Tergantung dari keparahan dan jenis radang usus yang dialami, tindakan operasi bisa dilakukan dengan beragam metode. 


Untuk kasus kolitis ulseratif, dokter bisa menyarankan operasi pengangkatan seluruh usus besar beserta rektum, sedangkan untuk penyakit Crohn, biasa yang diangkat hanyalah bagian yang bermasalah saja.


Komplikasi Radang Usus

Meski umumnya tidak berbahaya, radang usus tetap berpotensi menyebabkan komplikasi. Berikut ini adalah beberapa komplikasi irritable bowel disease jika tidak ditangani dengan tepat:


  • Anemia
  • Malnutrisi
  • Dehidrasi
  • Batu ginjal
  • Fistula ani
  • Fisura ani
  • Osteoporosis
  • Penggumpalan darah
  • Peradangan pada kulit, mata, dan sendi
  • Radang usus buntu
  • Obstruksi usus
  • Robekan di usus besar
  • Kanker usus besar


Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Pencernaan Bawah dan Kolonoskopi


Pencegahan Radang Usus

Mengingat penyebab pastinya belum diketahui, cara mencegah terjadinya penyakit radang usus juga tidak bisa dilakukan secara mutlak. Namun, ada beberapa upaya mencegah kekambuhan irritable bowel disease serta mencegah gejalanya bertambah parah, berupa:


  • Tidak merokok
  • Rutin olahraga
  • Istirahat cukup
  • Pastikan kebutuhan cairan harian telah terpenuhi dengan cukup minum air putih
  • Kelola stres dengan lebih bijaksana
  • Terapkan pola makan sehat dengan menghindari konsumsi makanan yang memicu atau memperparah radang usus, termasuk makanan pedas, berlemak, asam, atau yang mengandung susu maupun produk turunannya
  • Hindari makan dalam porsi besar, melainkan dalam porsi yang lebih kecil, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering
  • Batasi konsumsi kopi dan minuman beralkohol


Selain itu, kontrol rutin dengan dokter spesialis penyakit dalam juga perlu dilakukan untuk mencegah kekambuhan radang usus. Sebab, kondisi yang tidak bisa disembuhkan ini masih mungkin dikontrol melalui perubahan pola hidup dan penanganan yang sesuai.


Meski merupakan peradangan yang terjadi pada saluran cerna, penyakit radang usus juga bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental penderitanya. Sebab kondisi ini merupakan penyakit yang akan diderita seumur hidup, dan bisa membuat penderitanya merasa frustasi, cemas, bahkan depresi, baik karena gejala yang dialami, keputusasaan dalam mengelola kondisi ini, maupun mengatasi komplikasi yang terjadi.


Oleh karena itu, penanganan yang tepat sangat penting dalam mengelola irritable bowel disease. RS Pondok Indah merupakan rumah sakit yang berkomitmen untuk mengutamakan kesehatan pasiennya dalam menentukan segala keputusan medis, sehingga sudah sepantasnya menjadi pilihan Anda dan orang terkasih dalam mengatasi berbagai kondisi medis, termasuk mengatasi penyakit radang usus.


Baca juga: Nyeri Ulu Hati, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya



FAQ


Apakah IBD Dianggap Penyakit Autoimun?

IBD atau Inflammatory Bowel Disease, seperti penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, sering dianggap sebagai penyakit autoimun, tetapi sebenarnya lebih tepat disebut kondisi autoimun-like. Sistem imun meradang dan menyerang sel-sel di usus secara berlebihan, tetapi tanpa target spesifik, yang mana berbeda dengan penyakit autoimun murni yang memiliki target tertentu.


Sejauh ini, penyebab pasti IBD atau radang usus belum diketahui, tetapi faktor genetik dan faktor lingkungan berperan sebagai pemicu kondisi ini.


Apa Beda IBS dan IBD?

IBS (Irritable Bowel Syndrome) dan IBD (Inflammatory Bowel Disease) adalah dua kondisi yang berbeda. IBS lebih ke gangguan fungsional, yang memengaruhi cara usus bekerja, tapi tidak menyebabkan peradangan atau kerusakan jaringan. Sementara itu, IBD adalah peradangan kronis pada usus yang bisa menyebabkan kerusakan permanen pada dinding usus.


Bila dilihat berdasarkan gejalanya, IBS sering ditandai dengan kram, kembung, dan perubahan pola buang air, sedangkan IBD bisa menimbulkan gejala seperti nyeri perut hebat, diare berdarah, hingga komplikasi serius.


Berapa Lama Radang Usus Membaik?

Durasi penyembuhan radang usus bisa bervariasi, tergantung tingkat keparahan dan respons tubuh terhadap pengobatan. Pada kasus ringan, gejala mungkin mereda dalam beberapa minggu setelah pengobatan dimulai. Namun, pada kasus lebih berat, maka proses pengobatan bisa memakan waktu beberapa bulan atau bahkan lebih lama hingga gejala mereda.


Apakah Penyakit IBD Berbahaya?

IBD atau radang usus bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius seperti obstruksi usus, perdarahan, bahkan kanker usus besar.


Meski tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, perawatan yang tepat dapat mengontrol gejala penyakit IBD dan mencegah terjadinya komplikasi.


Apakah Radang Usus Bisa Sembuh Tanpa Operasi?

Radang usus bisa sembuh tanpa operasi, terutama jika kondisinya tidak terlalu parah dan sudah terdeteksi sejak dini. Pengobatan dengan obat anti-inflamasi, imunomodulator, dan perubahan gaya hidup bisa jadi cukup efektif mengendalikan gejala radang usus.


Rutin kontrol dan mengalani pengobatan sesuai arahan dokter spesialis penyakit dalam dapat mencegah dilakukannya tindakan operasi dan mempercepat proses pemulihan penderita.



Referensi:

  1. Covello C, Becherucci G, et al,. Popular diets and nutritional assessment in the management of irritable bowel syndrome in inflammatory bowel disease: an overview of current evidence. Polish Archives of Internal Medicine. 2024. (https://www.mp.pl/paim/issue/article/16659/). Diakses pada 11 November 2024.
  2. Huong BT, Hien NM, et al,. Role of Calprotectin, IL-6, and CRP in distinguishing between inflammatory bowel disease and diarrhea predominant irritable bowel syndrome. Medical Archives. 2024. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10983091/). Diakses pada 11 November 2024.
  3. Dajti E, Frazzoni L, et al,. Systematic review with meta‐analysis: Diagnostic performance of faecal calprotectin in distinguishing inflammatory bowel disease from irritable bowel syndrome in adults. Alimentary Pharmacology & Therapeutics. 2023. (https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/apt.17754). Diakses pada 11 November 2024.
  4. So D, Quigley EM, et al,. Probiotics in irritable bowel syndrome and inflammatory bowel disease: review of mechanisms and effectiveness. Current Opinion in Gastroenterology. 2023. (https://journals.lww.com/co-gastroenterology/fulltext/2023/03000/Probiotics_in_irritable_bowel_syndrome_and.9.aspx). Diakses pada 11 November 2024.
  5. Centers for Disease Control and Prevention. Inflammatory Bowel Disease (IBD) Basics. (https://www.cdc.gov/inflammatory-bowel-disease/about/index.html). Direvisi terakhir 21 Juni 2024. Diakses pada 11 November 2024.
  6. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit Radang Usus yang Harus Diwaspadai. (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3267/penyakit-radang-usus-yang-harus-diwaspadai). Direvisi terakhir 26 Maret 2024. Diakses pada 11 November 2024.
  7. Cleveland Clinic. Inflammatory Bowel Disease (Overview). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15587-inflammatory-bowel-disease-overview). Direvisi terakhir 20 Mei 2024. Diakses pada 11 November 2024.
  8. Johns Hopkins. Inflammatory Bowel Disease (IBD). (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/inflammatory-bowel-disease). Diakses pada 11 November 2024.
  9. Mayo Clinic. Inflammatory bowel disease (IBD). (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inflammatory-bowel-disease/symptoms-causes/syc-20353315). Direvisi terakhir 3 September 2022. Diakses pada 11 November 2024.