Robotic Prostate Biopsy membantu screening kanker prostat dengan mengambil sampel jaringan secara presisi, mengurangi risiko kesalahan & mempercepat diagnosis.
Menurut Global Cancer Observatory (Globocan) 2020, kanker prostat merupakan jenis kanker terbanyak kedua yang diderita pria di seluruh dunia. Kanker prostat paling banyak dialami pria di atas usia 50 tahun. Namun, pria berusia di bawah 50 tahun pun berisiko mengalaminya apabila memiliki riwayat genetik di keluarganya. Kanker prostat memiliki angka kelangsungan hidup yang tinggi apabila ditemukan pada tahap awal (early diagnostic).
Pada pelaksanaannya, screening awal kanker prostat umumnya diawali dengan anamnesis keluhan dan gejala, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan kadar prostate specific antigen (PSA) dalam darah di laboratorium, USG, dan MRI prostat. Apabila ditemukan kecurigaan yang mengarah pada kanker prostat, maka akan dilakukan penegakan diagnosis dengan tindakan biopsi.
Beberapa gejala yang biasa dialami pasien kanker prostat meliputi:
Perkembangan teknologi kesehatan dalam bidang urologi telah mendorong hadirnya teknologi robotic MRI/US fusion prostate biopsy dengan detection rate yang lebih tinggi. Memanfaatkan teknologi ini, biopsi dilakukan dengan dipandu oleh gambar dari pencitraan MRI.
Potongan gambar hasil MRI yang dicurigai memiliki indikasi jaringan kanker akan dikontemplasi ke dalam sebuah robot platform yang akan melakukan scanning digital, menggabungkan dengan gambar USG real time, dan secara otomatis menentukan titik-titik lokasi biopsi selama proses pengambilan sampel jaringan.
Tingkat akurasi robotic prostate biopsy yang tinggi memungkinkan dilakukannya biopsi yang lebih terarah, yakni pada lesi/daerah yang dicurigai memiliki indikasi jaringan kanker. Oleh karena itu, hasil/nilai deteksinya lebih tinggi daripada metode lainnya, dan penegakan diagnosis bisa dilakukan lebih dini sehingga prognosis pasien menjadi lebih baik.
Tindakan ini termasuk tindakan minimal invasive sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi dan perdarahan setelah tindakan, dengan proses pemulihan lebih singkat. Pada umumnya, pasien bisa pulang pada hari yang sama setelah tindakan. Proses ini juga minim risiko infeksi karena tindakan dilakukan secara transperineal (kulit di bawah skrotum), berbeda dengan biopsi konvensional yang dilakukan secara transrectal atau melalui anus, yang risiko infeksinya lebih tinggi.
Pemanfaatan robotic prostate biopsy diindikasikan untuk pasien dengan kadar PSA tinggi, atau dengan penemuan digital rectal examination (DRE) abnormal, pasien kanker prostat dalam pengawasan aktif, serta pasien dengan riwayat biopsi prostat konvensional dengan hasil jinak, tetapi kadar PSA tetap tinggi.
Sebagai rumah sakit yang berorientasi pada pasien, RS Pondok Indah Group selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk pasien dengan mengadopsi teknologi medis terdepan, salah satunya dengan menghadirkan robotic prostate biopsy.