Jika anak kehilangan indra penciuman dan perasa, periksakanlah ke dokter, isolasi bila diperlkukan, dan lakukan tes infeksi virus, seperti COVID-19. Simak selengkapnya!
Kehilangan kemampuan untuk menghidu (anosmia) dan kehilangan kemampuan mengecap (ageusia) adalah dua gejala khas penderita COVID-19 yang cukup sering menyertai gejala lain, berupa demam, batuk kering, dan kelelahan. Meskipun kedua kondisi ini kini identik dengan COVID-19, ageusia dan anosmia juga bisa disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Anosmia dan ageusia juga berpotensi menyebabkan anak kehilangan nafsu makan, hingga menjadi semakin lemas. Saat hal ini terjadi, orang tua tentu khawatir akan timbulnya masalah lebih jauh lagi akibat gejala anosmia dan ageusia yang terjadi pada anak.
Anosmia adalah kondisi medis yang ditandai dengan kehilangan kemampuan untuk mencium bau. Gejala anosmia terjadi akibat adanya gangguan pada proses penciuman.
Proses penciuman terjadi ketika bau yang masuk ke dalam hidung diterima oleh sel-sel saraf pembau, kemudian sinyal tersebut dikirmkan ke otak untuk diolah dan dikirimkan kembali sehingga bau teridentifikasi.
Baca juga: Radang Tenggorokan pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Tips Menanganinya
Ageusia adalah kondisi hilangnya kemampuan untuk mengecap atau mengenali suatu rasa. Meskipun lebih jarang, ageusia juga dapat menjadi masalah yang signifikan bagi anak-anak. Sebab, anak yang mengalami ageusia tidak dapat merasakan makanan yang ia makan, menyebabkan nafsu makannya menurun.
Saat mengalami ageusia, produksi air liur juga terganggu, sehingga kemampuan mengecap rasa juga akan berkurang.
Baca juga: Flu Singapura pada Anak, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Anosmia dan ageusia merupakan dua gejala yang kini identik dengan COVID-19. Namun, kedua kondisi ini juga dapat disebabkan oleh kondisi medis lainnya, seperti:
Baca juga: Imunisasi Lengkap untuk Perlindungan Maksimal
Hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan perkembangan anak.
Masalah terutama terjadi pada anak yang masih kecil yang belum dapat mendeskripsikan apa yang dirasakannya dengan jelas. Saat anosmia dan ageusia terjadi, seringkali rasa dan bau makanan akan berubah, bahkan tidak dapat merasakan atau mencium aroma makanan sama sekali.
Akibatnya, anak yang mengalami anosmia dan ageusia mungkin menjadi kurang tertarik untuk makan atau minum. Tentunya, hal ini berpotensi menyebabkan anak menolak makan dan pada akhirnya, menyebabkan kekurangan asupan nutrisi.
Oleh sebab itu, pada kondisi seperti ini, peran orang tua sangat penting dalam memastikan asupan anak tetap tercukupi dengan baik. Selama anak sakit, kebutuhan makro dan mikronutrien harus dipenuhi guna melawan infeksi yang terjadi.
Baca juga: Bahaya Difteri pada Anak
Selain memastikan asupan anak tetap baik, orang tua juga harus mewaspadai adanya tanda bahaya pada tubuh si Kecil. Sebab, gejala anosmia dan ageusia biasanya muncul akibat kondisi medis lain.
Segera bawa si Kecil ke RS Pondok Indah untuk diperiksa oleh dokter spesialis anak, bila ia mengalami beberapa gejala berikut ini:
Baca juga: Anak Kekurangan Zat Besi, Atasi dengan Asupan Gizi yang Optimal
Berikut beberapa cara agar si kecil tetap mengonsumsi nutrisi yang optimal di kala mengalami anosmia maupun ageusia:
Asupan makanan dan multivitamin menjadi kunci penting untuk memperkuat imunitas si kecil. Imunitas tubuh yang kuat dapat membantu meningkatkan kekebalan terhadap berbagai penyakit infeksi dan membantu memulihkan kesehatan si Kecil.
Untuk melatih fungsi indra penciuman agar lekas pulih, anak yang berusia lebih besar dapat melakukan latihan penciuman dengan bahan-bahan yang sudah biasa dikenali anak, seperti jeruk, lemon, peppermint, minyak kayu putih, atau bahan lainnya yang beraroma kuat sebanyak dua kali per hari.
Jangan lupa ajak si kecil untuk cukup beristirahat, tetap melakukan aktivitas ringan di rumah, dan menjaga suasana hati si kecil agar tetap bahagia.
Jika kondisi anak tidak kunjung membaik atau justru muncul gejala lainnya, jangan ragu untuk menjadwalkan konsultasi dengan dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat, yang senantiasa memberikan layanan medis terbaik bagi buah hati Anda.
Didukung dengan tim medis yang berpengalaman dan fasilitas medis berteknologi terkini, RS Pondok Indah siap memberikan pelayanan kesehatan optimal untuk Anda dan si Kecil.
Baca juga: Ketika Pertahanan Tubuh Anak Kurang Optimal
Anosmia sering bisa sembuh sendiri, terutama jika disebabkan oleh flu atau infeksi ringan. Namun, pemulihan bisa memakan waktu hingga beberapa minggu. Jika berlanjut, konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Anosmia umumnya tidak berbahaya, tapi bisa mengganggu kehidupan sehari-hari. Kehilangan penciuman dapat meningkatkan risiko terpapar bahaya, seperti kebocoran gas atau makanan basi. Jika menetap, sebaiknya periksa ke dokter untuk penanganan.
Obat untuk anosmia tergantung penyebabnya. Jika akibat infeksi, dekongestan atau steroid bisa membantu. Latihan penciuman juga efektif. Jadi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk pengobatan yang sesuai.
Indra perasa bisa tidak berfungsi karena infeksi, alergi, kekurangan nutrisi, atau kerusakan saraf akibat cedera maupun penyakit. Kondisi seperti flu, COVID-19, atau gangguan saraf juga dapat menyebabkan hilangnya perasa sementara.
Mengembalikan indra perasa bisa dengan latihan penciuman, menjaga kebersihan mulut, mengonsumsi makanan bergizi, dan cukup minum air. Jika keluhan terjadi karena infeksi, pemulihan sering terjadi seiring kesembuhan.
Indra perasa dan penciuman yang hilang karena COVID biasanya pulih dalam 2-4 minggu, tetapi pada beberapa orang bisa berlangsung lebih lama. Jika gejala menetap, latihan penciuman bisa membantu mempercepat pemulihan.