Skoliosis, Salah Satu Kelainan Struktur Tulang Belakang

Rabu, 25 September 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Hasil penelitian di Amerika, Eropa, dan Asia menunjukkan bahwa sekitar 1,5—3 persen dari populasi mengalami skoliosis dengan kelengkungan kurva tulang belakang lebih dari 10 derajat

Skoliosis, Salah Satu Kelainan Struktur Tulang Belakang

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada beberapa bagian tubuh, antara lain servikal (leher), torakal (dada), dan lumbal (pinggang). 


Berbagai penyebab terjadinya skoliosis, antara lain kongenital (bawaan) yang umumnya berhubungan dengan kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu. selain itu ada neuromuskuler, di mana terjadi pengendalian otot yang buruk, kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit seperti cerebral palsy, distrofi otot, polio, dan osteoporosis juvenil. Terakhir, idiopatik yang merupakan kejadian skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya.


Skoliosis Idiopatik

Dari beberapa faktor di atas, Skoliosis idiopatik merupakan penyebab terbanyak terjadinya skoliosis. Skoliosis idiopatik dapat dibedakan menurut usia, antara lain tipe infantile (0-3 tahun), tipe juvenile (4-10 tahun), tipe adolescent (11-17 tahun), dan tipe adult (di atas 18 tahun).


Pada umumnya, skoliosis terjadi pada perempuan karena mereka memiliki risiko peningkatan besar sudut kelengkungan tulang belakang 10 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kelainan skoliosis ini biasanya tidak terlalu terlihat secara kasat mata dan dapat menimbulkan masalah dalam gerak motorik bila kelengkungan kurva tulang belakang mencapai 20 derajat. 


Berdasarkan Connecticut Children Medical Center, kebanyakan kasus skoliosis idiopatik dapat menyebabkan berbagai akibat signifikan, antara lain nyeri punggung dan ‘gangguan’ psikologis akibat perubahan body image.


Bahkan, dampak yang lebih parah dapat terjadi apabila derajat kelengkungan kurva tulang belakang terlampau besar sehingga menimbulkan penyakit jantung dan paru-paru. Pada kasus-kasus tertentu, skoliosis yang lebih dari 100 derajat dapat menimbulkan kematian prematur apabila tidak ditangani segera.


Baca juga: Skoliosis pada Remaja, Perlukah Dikhawatirkan?


Gejala Skoliosis Idiopatik

Gejala skoliosis idiopatik biasanya terlihat dari perubahan fisik pada tubuh, terutama pada punggung. Beberapa tanda-tanda yang bisa dikenali antara lain:

  • Bahu terlihat tidak rata.
  • Pinggul atau tulang belikat salah satu sisinya lebih menonjol.
  • Saat membungkuk, tulang punggung terlihat melengkung.


Dalam banyak kasus, skoliosis tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, jika kondisinya semakin parah, dapat menyebabkan nyeri punggung, kesulitan bernapas, dan rasa lelah akibat tekanan yang diberikan pada paru-paru atau organ lainnya.


Diagnosa Skoliosis Idiopatik

Pada pemeriksaan fisik, penderita skoliosis biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi dengan menggunakan alat skoliometer.


Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk menilai kekuatan maupun sensasi atau refleks. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah rontgen tulang belakang dan MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).


Baca juga: Tubuh Ideal dengan Tulang Sempurna


Cara Menangani Skoliosis Idiopatik

Penanganan pada penderita skoliosis tergantung kepada penyebab, derajat, dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20 derajat, biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan. Namun, penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan. 


Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah antara 25-30 derajat. Oleh karena itu, biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang.


Akan tetapi, penggunaan brace harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Jika kelengkungan mencapai 40 derajat atau lebih, biasanya dilakukan operasi. 


Baca juga: Nyeri Punggung, Si Pengganggu Aktivitas


Cara Mencegah Skoliosis Idiopatik

Belum ada cara yang pasti dalam mencegah skoliosis. Peningkatan kasus skoliosis dapat dicegah dengan penggunaan alat penyangga (brace) atau operasi. Latihan fisik dan olahraga berperan penting dalam penurunan risiko skoliosis. Bukan hanya untuk menjaga kesehatan dan kelenturan tubuh, tetapi juga menurunkan risiko osteoporosis.


FAQ Skoliosis Idiopatik


Mengapa Skoliosis Bersifat Idiopatik?

Skoliosis disebut idiopatik karena penyebab pastinya belum diketahui. Meski ada dugaan faktor genetik, para ahli belum menemukan penyebab yang jelas, sehingga sulit diprediksi dan dicegah sejak dini.


Apakah Skoliosis Idiopatik Bisa Menyebabkan Kematian?

Skoliosis idiopatik jarang menyebabkan kematian. Namun, dalam kasus yang sangat parah, lengkungan tulang belakang bisa menekan organ vital seperti paru-paru dan jantung, yang dapat memicu komplikasi serius.


Apakah Skoliosis Idiopatik Bisa Sembuh?

Skoliosis idiopatik tidak bisa sembuh total, tapi bisa dikelola. Dengan pemantauan, terapi, atau operasi, lengkungan tulang belakang dapat dicegah agar tidak memburuk.