Oleh Tim RS Pondok Indah
Seiring dengan hadirnya inovasi di bidang teknologi medis, penanganan masalah kesehatan, seperti jantung, pembuluh darah, dan urologi kini dapat ditangani dengan teknik non invasive dan minimal invasive
Seiring dengan hadirnya inovasi di bidang teknologi medis, penanganan masalah kesehatan, seperti jantung, pembuluh darah, dan urologi kini dapat ditangani dengan teknik non invasive dan minimal invasive. Tindakan modern ini dilakukan tanpa sayatan atau dengan sayatan yang lebih minimal dibandingkan bedah konvensional. Minimnya sayatan memungkinkan pasien untuk dapat pulih lebih cepat dan mempersingkat durasi perawatan di rumah sakit, sehingga menjadi pilihan alternatif tindakan yang lebih nyaman untuk pasien.
Pada 29 Agustus 2018, RS Pondok Indah Group menyelenggarakan konferensi pers mengenai Solusi “Minimal Invasive” untuk Penanganan Masalah Kesehatan, berlokasi di Suasana Restoran. Hadir sebagai pembicara di acara ini, dr. Yanwar Hadiyanto, MARS (CEO RS Pondok Indah Group), dr. Hery Tiera, Sp.U (Dokter Spesialis Bedah Urologi RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya), dan dr. Wishnu Aditya Widodo, Sp.JP (K), FIHA (Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi RS Pondok Indah – Pondok Indah).
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan kardiologi intervensi, dr. Wishnu Aditya, Sp.JP (K), FIHA menjelaskan, “Salah satu tindakan minimal invasive yang dilakukan untuk menangani masalah pada jantung adalah kateterisasi jantung atau pemasangan stent pada jantung. Ada dua aspek dari pelaksanaan kateterisasi jantung, yaitu diagnostik dan intervensi. Pada saat diagnostik, pemeriksaan memanfaatkan modalitas teknologi seperti X-ray atau C-Arm untuk menemukan lokasi terjadinya gangguan. Selanjutnya, kateterisasi juga bisa dilakukan untuk membuka jalan pemasangan stent atau ring jantung pada pembuluh darah yang tersumbat, sehingga aliran darah ke jantung pun dapat kembali normal. Tindakan minimal invasive lain yang biasa dilakukan untuk menangani masalah jantung adalah pemasangan alat pacu jantung atau pacemaker, serta penutupan kebocoran sekat jantung akibat kelainan jantung bawaan.”
#####
Tak hanya pada jantung, masalah pada pembuluh darah juga dapat ditangani dengan teknik minimal invasive, misalnya varises. Varises merupakan kasus kelainan pembuluh darah yang dapat berisiko menimbulkan serangan jantung. Hal ini terjadi apabila gumpalan darah yang terbentuk akibat varises terlepas kemudian mengikuti aliran darah kembali ke jantung.
“Varises ringan dapat ditangani dengan penggunaan perban elastis atau stocking khusus untuk mengurangi risiko varises menjadi lebih parah. Namun, untuk kondisi varises yang sudah parah tindakan minimal invasive seperti Endo Venous Laser Ablation (EVLA) dapat dilakukan. Tindakan ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk memasukan kamera dan laser fiber yang akan bekerja untuk melengketkan varises dari dalam kulit. Dengan EVLA, pasien hanya memerlukan anestesi lokal pada daerah varises yang akan ditangani dan hanya memerlukan satu hari perawatan di rumah sakit,” ungkap dr. Achmad Faisal, Sp.BTKV, dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular.
Selain kemajuan pada penanganan gangguan kesehatan seputar jantung dan pembuluh darah, penanganan untuk gangguan urologi juga semakin berkembang, mengingat gangguan batu ginjal, batu saluran kemih, atau pembesaran prostat semakin banyak terjadi. Masalah-masalah urologi kini dapat ditangani dengan pembedahan minimal invasive bahkan non-invasive.
Dokter Hery Tiera, Sp.U, dokter spesialis bedah urologi yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya mengatakan, “Pada kasus batu di saluran kemih, pemilihan tindakan yang dilakukan pada pasien ditentukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jenis batu yang terbentuk. Beberapa tindakan yang biasa dilakukan seperti Extracorporeal Shockwave Lithrotripsy (ESWL). ESWL ini adalah tindakan non-invasif yang memanfaatkan gelombang kejut untuk menghancurkan batu. Jadi, tidak ada sayatan sama sekali pada tubuh pasien. Tetapi, apabila batu yang terbentuk ukurannya lebih besar dan lokasinya lebih sulit, maka, diperlukan tindakan yang berbeda, seperti Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL), Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS), USG Uretheroscopy (URS), atau Litotripsi. Pemeriksaan awal dengan CT-urologi sangat dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa dan menentukan tindakan penanganan yang tepat untuk pasien.”
“Solusi minimal invasive merupakan salah satu alternatif penanganan dengan sayatan yang lebih minimal dan memungkinkan pasien untuk pulih lebih cepat. Dengan hadirnya teknologi medis terkini untuk menegakkan diagnosa dan didukung oleh tenaga medis ahli yang meliputi dokter spesialis dan konsultan bedah dari berbagai sub-spesialisasi, RS Pondok Indah Group siap memberikan layanan kesehatan yang terdepan. Kami akan terus berkomitmen untuk menghadirkan layanan kesehatan yang mengutamakan kebutuhan pasien, didukung dengan berbagai teknologi baru untuk penanganan yang lebih cepat, tepat, dan mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien,” tutup dr. Yanwar Hadiyanto, MARS selaku CEO RS Pondok Indah Group.