Tips aman berpuasa bagi ibu hamil: cukup istirahat, konsumsi nutrisi seimbang saat sahur dan berbuka, minum air cukup, dan konsultasikan dengan dokter.
Bulan Ramadan merupakan bulan suci yang selalu dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Seluruh umat Muslim menunggu kedatangan bulan ini untuk menjalankan ibadah puasa, tidak terkecuali ibu hamil.
Sebenarnya, wanita yang sedang hamil diberikan keringanan untuk tidak berpuasa. Meskipun demikian, masih banyak wanita yang tetap berharap dapat menjalani ibadah puasa selama kehamilannya berlangsung. Dari sisi medis, apakah ibu hamil boleh berpuasa? Lalu, bagaimana cara aman untuk berpuasa pada masa kehamilan? Mari simak penjelasan selengkapnya di bawah.
Apabila seorang ibu hamil berada dalam kondisi yang sehat dan meyakini bahwa dapat melakukan puasa tanpa khawatir akan kondisi kesehatannya dan bayi dalam kandungannya, maka ia diperbolehkan untuk menjalankan ibadah puasa.
Namun, alangkah lebih baik, jika sebelum mempertimbangkan untuk turut berpuasa, ibu hamil berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, supaya dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
Baca juga: 15 Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil yang Wajib Dikonsumsi
Ada beberapa kondisi ibu hamil yang kurang disarankan untuk berpuasa, demi menjaga kesehatan dan kesejahteraan janinnya, antara lain:
Pada usia kehamilan awal ini juga banyak ibu hamil yang mengalami morning sickness atau hyperemesis gravidarum (mual muntah berlebihan). Pada kondisi ini, ibu hamil tidak dianjurkan untuk berpuasa.
Kadar hemoglobin yang rendah menunjukkan adanya risiko terjadinya anemia. Ibu hamil dengan anemia justru membutuhkan asupan protein dan zat besi untuk mendukung tumbuh kembang janin secara optimal.
Berpuasa bagi penyandang diabetes saja memerlukan kiat khusus, apalagi bagi penderita diabetes yang sedang hamil. Secara umum, berpuasa dapat meningkatkan risiko hipoglikemia atau turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini tentu berbahaya bagi kondisi kesehatan ibu hamil dan janin. Maka dari itu, ibu hamil dengan diabetes kurang dianjurkan untuk berpuasa.
Baca juga: 10 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan yang Wajib Diketahui
Ketika mengalami flek atau perdarahan, ibu hamil sebaiknya tidak melanjutkan puasanya. Yang dikhawatirkan adalah jika perdarahan terjadi semakin parah, yang bisa menyebabkan perkembangan dan kesehatan janin terganggu.
Dispepsia atau maag yang kerap dialami ibu hamil juga menjadi salah satu kondisi yang tidak disarankan untuk berpuasa. Apabila tetap memaksakan puasa, dikhawatirkan dapat memperparah kondisi gangguan pencernaan yang dialami.
Baca juga: Tips Agar Puasa Tidak Lemas dan Tetap Semangat saat Beraktivitas
Seorang ibu yang sedang hamil tetapi tidak mengalami hal-hal di atas diperbolehkan untuk berpuasa. Namun, ia tetap harus memastikan kondisi kehamilan dan janinnya dengan berkonsultasi dengan dokter. Apabila dokter memperbolehkan berpuasa, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan, yaitu:
Asupan gizi yang baik sangatlah penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin, terutama saat ibu menjalani puasa. Oleh sebab itu, pastikan kebutuhan nutrisi dan gizi seimbang terpenuhi di waktu sahur dan berbuka.
Pilih makanan yang mengandung protein hewani, protein nabati, lemak, serat vitamin, dan mineral ketika makan sahur dan berbuka supaya kebutuhan gizi ibu hamil dan janin tercukupi. Konsumsilah sayur, buah, kacang-kacangan, dan daging untuk memastikannya. Selain itu, agar tidak cepat lapar dan lemas saat berpuasa, pilihlah sumber karbohidrat kompleks, seperti gandum, oat, nasi merah, nasi cokelat, dan lain sebagainya.
Hindari makanan yang mengandung garam dan lemak dalam kadar tinggi seperti processed food. Selain itu, hindari juga mengonsumsi makanan olahan dari gula sederhana.
Kedua jenis makanan ini biasanya mudah diolah untuk tubuh sehingga cepat membuat ibu hamil kenyang, tetapi juga cepat menjadi lapar kembali. Tidak hanya demikian, jenis-jenis makanan seperti ini juga bisa menyebabkan peningkatan gula darah secara drastis dan meningkatkan risiko diabetes gestasional pada ibu hamil.
Pastikan asupan cairan tercukupi minimal 2,5 liter per hari dengan air putih. Minum air putih dapat dilakukan dengan mengonsumsi 2 gelas air sebelum sahur, 1-2 gelas setelah sahur, 2 gelas setelah berbuka puasa, 1-2 gelas setelah makan malam, 2 gelas setelah salat isya/tarawih.
Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Trimester 1, Apa yang Perlu Diperhatikan?
Hindari minuman berkafein yang memicu buang air kecil agar ibu hamil tidak dehidrasi. Selain memicu sakit kepala dan jantung berdebar, kafein juga dapat mengurangi kadar zat besi yang dapat diserap tubuh.
Apabila ibu hamil sangat ingin dan tak bisa menghindarinya, batasi konsumsi kafein tak lebih dari 200 miligram per hari atau setara dengan dua cangkir kopi instan. Namun, perlu diingat juga, bahwa selain kopi, teh dan cokelat juga mengandung kafein.
Ibu hamil tidak dianjurkan untuk makan berlebih saat sahur maupun berbuka. Sebab, makan berlebihan saat sahur maupun buka justru bisa membuat perut terasa begah dan mual.
Ketika berbuka puasa, sebaiknya makan dalam porsi kecil terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya begah. Usai salat tarawih, ibu hamil dapat menambah asupan makan untuk mengembalikan energi.
Meskipun banyak ibadah yang dilakukan pada malam hari, usahakan ibu hamil memiliki waktu tidur dan istirahat yang cukup, minimal 6-8 jam sehari.
Kurangi aktivitas berat dan stres, supaya ibu hamil tidak mengalami keletihan selama menjalani puasa. Selain itu, ibu hamil juga dianjurkan untuk membatasi aktivitas di luar ruangan, khususnya saat siang hari, untuk mencegah dehidrasi, pusing, dan kelelahan.
Yang paling penting saat menjalani puasa adalah niat dan hati yang lapang, agar ibu hamil bisa tetap menikmati keseluruhan ibadah pada bulan Ramadan ini. Ingat, bila ibu hamil tidak menunjukkan peningkatan atau penurunan berat badan, merasa terlalu lemas, pusing, penglihatan kabur, atau berkeringat dingin, saat berpuasa, jangan ragu untuk membatalkan atau tidak melanjutkan puasa, ya. Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan!
Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Tentukan Kualitas Hidup Anak
Puasa saat hamil muda boleh dilakukan jika kondisi ibu dan janin sehat. Namun, trimester pertama adalah fase kritis perkembangan janin, sehingga bumil perlu memastikan asupan nutrisi cukup saat sahur dan berbuka. Konsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan sebelum berpuasa untuk memastikan kondisi serta kesehatan ibu dan janin.
Ibu hamil boleh berpuasa kapan saja selama kehamilan jika kondisi kesehatannya mendukung. Biasanya, trimester kedua dianggap waktu paling aman untuk menjalankan ibadah puasa karena gejala mual dan muntah maupun lemas sudah mulai berkurang.
Ibu hamil harus berhenti puasa jika merasa lemas, pusing, maupun mengalami gejala dehidrasi yang lain, atau jika gerakan janin dirasa berkurang. Tetap prioritaskan kesehatan ibu dan janin dalam segala situasi. Segera kunjungi dokter spesialis kebidanan dan kandungan bila Anda mengalami gejala-gejala di atas saat berpuasa.
Puasa di trimester kedua umumnya aman jika ibu dan janin sehat dan puasa dilakukan di bawah pantauan dokter kandungan. Pada trimester ini, energi ibu biasanya lebih stabil, rasa mual berkurang, dan risiko komplikasi juga lebih rendah. Untuk menjaga kesehatan ibu dan janin saat berpuasa, jangan lupa untuk memperhatikan asupan makanan dan minum air putih yang cukup saat sahur dan berbuka.
Ibu hamil boleh berpuasa di trimester ketiga jika kondisi fisiknya mendukung dan tidak ada komplikasi. Namun, pada tahap ini, kebutuhan energi dan nutrisi janin meningkat. Perhatikan tanda-tanda kelelahan atau dehidrasi, dan hentikan puasa jika diperlukan. Pastikan juga berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan sebelum memulai ibadah puasa.