Waspada Cedera Tenis yang Mengintai Para Atlet

Selasa, 24 September 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Jenis-jenis cedera olahraga tenis meliputi Tennis Elbow, Rotator Cuff Tendinitis, hingga Wrist Sprain. Waspdai gejala dan cara mengobatinya di sini.

Waspada Cedera Tenis yang Mengintai Para Atlet

Sebagai salah satu olahraga yang populer di dunia, olahraga tenis memiliki banyak peminat dan kerap menjadi pilihan kegiatan rekreasi bersama teman dan keluarga. Meskipun menyenangkan, tenis tetap termasuk olahraga igh intensity dan high impact sehingga meningkatkan kemungkinan cedera.


Cedera tenis merupakan masalah umum yang sering dialami oleh pemain tenis, baik amatir maupun profesional. Cedera ini tidak hanya disebabkan oleh intensitas bermain, tetapi juga oleh teknik yang kurang tepat atau kurangnya pemanasan.


Jenis-jenis Cedera Olahraga Tennis

Setiap olahraga memiliki risiko cedera yang berbeda-beda. Tenis termasuk olahraga yang bersifat high intensity dan high impact, sehingga bagian lengan, bahu, kaki, hingga jari memiliki kemungkinan cedera. Pada olahraga tenis ada beberapa jenis cedera yang sering dialami.


1. Tennis Elbow

Peradangan sendi di siku bagian luar yang menyebabkan nyeri dan kadang juga menyebabkan kelemahan di tangan. Walaupun disebut tennis elbow, cedera ini juga dapat terjadi karena melakukan olahraga atau aktivitas lain yang mengharuskan tangan dan lengan bergerak secara berulang. 


2. Rotator Cuff Tendinitis 

Rotator cuff terdiri dari empat tendon utama yang bertugas untuk menstabilkan sendi bahu, melekat pada tulang belikat, dan tulang lengan atas. Olahraga tenis mengharuskan pemain menggerakkan lengan secara berulang yang hampir seluruhnya memerlukan bantuan dari gerakan sendi bahu.


Gerakan sendi bahu yang berlebihan juga dapat menyebabkan cedera tendon, sehingga terasa sakit dan mengalami kesulitan saat menggerakkan bahu. 


3. Wrist Sprain 

Sprain atau keseleo pada pergelangan tangan adalah cedera umum dan termasuk ringan. Jika mengalami keseleo, lakukan kompres air dingin dan konsumsi obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan nyeri yang dialami. 


Baca juga: Getting Back On Track: Mengatasi Cedera Olahraga Pada Kaki



4. Ankle Sprain

Tidak hanya pergelangan tangan, petenis juga dapat mengalami sprain atau keseleo pada pergelangan kaki mereka. Gerakan mengubah arah dalam waktu cepat yang sering dilakukan pemain tenis bisa menyebabkan cedera. Selain itu, kelelahan saat bermain tenis juga dapat memengaruhi keseimbangan, akibatnya pergelangan kaki lebih mudah terkilir.


5. Patellar Tendonitis

Patellar tendonitis, dikenal juga sebagai jumper’s knee atau tennis knee, adalah kondisi peradangan pada tendon patella yang menghubungkan tulang lutut dengan tulang kering. Cedera ini dapat terjadi pada pemain tenis akibat gerakan berlari dan melompat serta mendarat yang berulang. Patellar tendonitis dapat menyebabkan lutut petenis menjadi nyeri, bengkak, dan sulit digerakkan.


6. ACL Tear

ACL tear atau cedera ACL merupakan kondisi ketika terjadi robekan pada ligamen yang menghubungkan tulang paha dan tulang kering pada sendi lutut. Cedera ACL sering terjadi karena atlet tenis seringkali melakukan berbagai gerakan yang menambah tekanan pada lutut, seperti mengubah arah kaki secara mendadak, melompat dan mendarat secara keras, memindahkan berat badan pada kaki yang lain secara mendadak, dan berhenti mendadak saat tengah berlari kencang.


Sebagian besar cedera tadi biasanya dialami oleh mereka yang melakukan olahraga tenis untuk rekreasi. Karena itu, penting untuk memahami PRICE sebagai pertolongan pertama jika mengalami cedera di lapangan.


Baca juga: Cedera Hamstring: Penyebab, Gejala, dan Penanganan



Pertolongan Pertama PRICE

Apabila Anda mengalami cedera saat bermain tenis, segera hentikan permainan dan lakukan metode PRICE sebagai bentuk pertolongan pertama. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai metode RICE.


Protection

Lindungi daerah yang cedera dan jangan digunakan dulu agar tidak memperburuk cedera. 


Rest

Hentikan aktivitas dan istirahatkan anggota tubuh yang cedera setidaknya 1–3 minggu. 


Ice

Kompres dengan es/handuk dingin. Bermanfaat sebagai anti-inflamasi paling sederhana dan paling efektif.


Compression

Kompresi dengan perban (elastic compression bandage) untuk mengurangi bengkak dan men-support sendi yang cedera.


Elevation

Daerah tubuh yang mengalami cedera harus ditinggikan untuk mencegah dan mengurangi pembengkakan.


Baca juga: Getting Back On Track: Mengatasi Cedera Olahraga Pada Kaki


Kapan Harus ke Dokter?

Anda harus segera menemui dokter saat mengalami cedera tenis jika mengalami gejala berikut:


  • Nyeri yang parah atau berkelanjutan – Jika rasa sakit terus berlanjut meskipun sudah beristirahat atau minum obat pereda nyeri.
  • Pembengkakan signifikan – Terutama jika bengkak tidak berkurang dalam beberapa hari.
  • Kehilangan mobilitas – Jika Anda kesulitan menggerakkan bagian tubuh yang cedera seperti lengan, pergelangan tangan, atau kaki.
  • Kehilangan kekuatan – Jika otot terasa lemah atau tidak mampu mengangkat benda ringan.
  • Kebas atau kesemutan – Sensasi ini bisa menandakan kerusakan saraf.
  • Cedera terbuka atau memar yang luas – Luka yang tidak sembuh atau memar yang menyebar luas perlu perhatian medis.
  • Suara ‘pop’ saat cedera – Ini bisa menjadi tanda robekan ligamen atau tendon.


Mengabaikan cedera olahraga bisa memperburuk kondisi. Segera konsultasikan dengan dokter spesialis kedokteran olahraga atau dokter spesialis bedah ortopedi untuk penanganan lebih lanjut jika Anda mengalami salah satu tanda di atas.


Baca juga: Awas, Cedera Otot tidak Selalu Karena Olahraga



FAQ Cedera Tenis


Apa Cedera Paling Umum dalam Tenis?

Cedera paling umum dalam tenis adalah cedera rotator cuff, tennis elbow, dan keseleo pergelangan kaki (ankle sprain). Tennis elbow terjadi akibat penggunaan otot lengan yang berlebihan, sementara cedera rotator cuff disebabkan oleh gerakan bahu berulang. Keseleo pergelangan kaki sering terjadi karena perubahan arah yang cepat di lapangan.


Bagaimana Cara Menghindari Cedera Tenis?

Cara menghindari cedera tenis adalah dengan melakukan pemanasan sebelum bermain, peregangan otot, dan penggunaan teknik bermain yang benar. Selain itu, petenis juga diimbau untuk menggunakan raket dengan ukuran dan berat yang sesuai, serta mengenakan sepatu tenis yang mendukung pergerakan.


Apakah Tenis Merusak Lutut?

Tenis tidak selalu merusak lutut. Akan tetapi gerakan berulang seperti lari cepat, berputar, atau berhenti mendadak dapat meningkatkan risiko cedera lutut, seperti tendinitis atau robeknya ligamen. Pemanasan yang tepat, teknik bermain yang benar, dan penggunaan sepatu olahraga yang mendukung dapat membantu mencegah cedera.


Untuk melakukan diagnosis pada cedera olahraga, Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah – Bintaro Jaya menghadirkan layanan pemeriksaan radiologi rontgen, USG, dan MRI.

Selain itu, SMIRC juga menawarkan perawatan Cryotherapy (terapi dingin) yang menggunakan temperatur rendah (sangat dingin) untuk mengurangi peradangan. 


Jika mengalami cedera dan keadaan tidak membaik setelah kurang lebih satu minggu lamanya, sebaiknya segera konsultasikan diri ke dokter spesialis kedokteran olahraga atau dokter spesialis bedah ortopedi. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, cedera dapat segera ditangani sebelum semakin parah dan memerlukan penanganan yang lebih ekstra.