Oleh Tim RS Pondok Indah
Bayi Down syndrome cenderung lebih jarang menangis dibandingkan bayi pada umumnya. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti hipotonia. Simak selengkapnya!
Down syndrome atau sindrom Down adalah kelainan genetik yang terjadi karena adanya salinan ekstra pada kromosom 21. Kelainan genetik ini disebabkan karena kesalahan pembelahan sel saat tahap awal perkembangan embrio. Meski penyebabnya adalah mutasi genetik acak, faktor tertentu juga bisa meningkatkan risiko terjadinya Down syndrome, misalnya usia ibu di atas 35 tahun saat hamil, riwayat keluarga dengan Down syndrome, atau kelainan genetik tertentu pada orang tua.
Down syndrome memengaruhi perkembangan fisik, intelektual, dan kesehatan setiap penderitanya. Anak dengan Down syndrome biasanya memiliki wajah datar dan hidung kecil, leher pendek, terlambat bicara, perkembangan motoriknya terganggu, hingga mengalami kelainan jantung bawaan. Bayi Down syndrome juga lebih jarang menangis, apakah benar demikian? Ketahui informasinya dalam artikel ini.
Ternyata, memang benar bahwa bayi Down syndrome cenderung lebih jarang menangis dibandingkan bayi pada umumnya. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya lemahnya tonus otot (hipotonia) yang merupakan ciri-ciri anak down syndrome. Hipotonia membuat otot bayi lebih lemas, termasuk otot wajah dan mata. Akibatnya, tangisan bayi jadi lebih lemah, bahkan jarang terdengar.
Selain itu, bayi dengan Down syndrome juga memiliki respons yang lebih lambat terhadap rasa lapar atau ketidaknyamanan. Sehingga bayi tidak akan langsung menangis jika mengalami hal tersebut.
Penyebab bayi Down syndrome jarang menangis juga karena perkembangan sistem sarafnya lebih lambat, yang mana hal ini membuat bayi jadi kurang ekspresif dalam menunjukkan ketidaknyamanan atau emosinya.
Namun, tidak semua bayi Down syndrome jarang menangis, ada juga yang frekuensi menangisnya sama dengan bayi lainnya. Yang perlu diwaspadai adalah ketika bayi Down syndrome jarang menangis dan disertai tidak mau menyusu maupun makan, sehingga tampak lesu. Segera konsultasikan si Kecil ke dokter spesialis anak untuk mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca juga: Pahami Kebutuhan Khusus Si Bayi Prematur
Anak dengan Down syndrome memiliki ciri khas, baik secara fisik, perkembangan tubuh, maupun kognitif. Meski ciri-ciri anak Down syndrome bisa berbeda-beda, tergantung dari berat tidaknya keparahan tiap orang, berikut ini adalah ciri yang bisa dikenali secara umum:
Ciri fisik anak Down syndrome meliputi:
Anak dengan Down syndrome juga biasanya mengalami keterlambatan pada perkembangan dan kemampuan kognitifnya, seperti:
Bayi dengan Down syndrome memiliki ciri fisik yang khas dengan perkembangan tubuh dan kognitif yang terbilang lambat. Namun, dengan perawatan dan stimulasi yang tepat, bayi Down syndrome bisa tumbuh dan berkembang dengan baik hingga usia dewasa. Mereka pun bisa beraktivitas normal dan mandiri di masa depan, jika mendapatkan dukungan medis dan terapi yang sesuai, sedini mungkin.
Bila ada keraguan seputar kondisi bayi Anda, termasuk mengenal gejala bayi dengan sindrom Down, konsultasikanlah dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan penjelasan yang sesuai. Jadwalkan janji temu dengan dokter anak di RS Pondok Indah cabang terdekat guna mendapatkan rekomendasi penanganan, khususnya terapi medis, terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup buah hati Anda.
Baca juga: Perawatan Spesial untuk Bayi Berkebutuhan Khusus
Down syndrome biasanya terdeteksi sebelum atau segera setelah kelahiran. Di masa kehamilan, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dapat melakukan tes skrining, seperti tes NIPT atau USG, untuk mengidentifikasi kemungkinan memiliki anak dengan Down syndrome. Jika hasil tes menunjukkan risiko tinggi, dokter dapat merekomendasikan tes diagnostik lebih lanjut, seperti amniosentesis atau CVS (chorionic villus sampling).
Setelah bayi lahir, down syndrome dapat dikenali sejak dini melalui pemeriksaan fisik, di mana dokter mencari ciri-ciri khas, seperti bentuk wajah dan tonus otot yang rendah.
Anak-anak dengan Down syndrome mungkin kesulitan dalam mengekspresikan emosi mereka secara verbal, yang bisa menyebabkan frustrasi. Anak-anak ini sering sangat peka terhadap lingkungan sekitar dan dapat merasakan emosi orang lain. Namun, dengan dukungan yang tepat, anak yang mengalami sindrom Down dapat belajar mengenali dan mengelola emosi mereka dengan lebih baik.
Anak-anak dengan Down syndrome biasanya mulai berbicara antara usia 2 hingga 4 tahun. Keterlambatan dalam berbicara adalah hal yang umum bagi anak dengan sindrom Down, karena mereka mungkin menghadapi tantangan dalam perkembangan bahasa.
Referensi: