Apakah Bayi Down Syndrome Jarang Menangis? Cek Faktanya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Selasa, 25 Maret 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Bayi Down syndrome cenderung lebih jarang menangis dibandingkan bayi pada umumnya. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti hipotonia. Simak selengkapnya!

Apakah Bayi Down Syndrome Jarang Menangis? Cek Faktanya

Down syndrome atau sindrom Down adalah kelainan genetik yang terjadi karena adanya salinan ekstra pada kromosom 21. Kelainan genetik ini disebabkan karena kesalahan pembelahan sel saat tahap awal perkembangan embrio. Meski penyebabnya adalah mutasi genetik acak, faktor tertentu juga bisa meningkatkan risiko terjadinya Down syndrome, misalnya usia ibu di atas 35 tahun saat hamil, riwayat keluarga dengan Down syndrome, atau kelainan genetik tertentu pada orang tua. 


Down syndrome memengaruhi perkembangan fisik, intelektual, dan kesehatan setiap penderitanya. Anak dengan Down syndrome biasanya memiliki wajah datar dan hidung kecil, leher pendek, terlambat bicara, perkembangan motoriknya terganggu, hingga mengalami kelainan jantung bawaan. Bayi Down syndrome juga lebih jarang menangis, apakah benar demikian? Ketahui informasinya dalam artikel ini. 


Jadi, Apakah Bayi Down Syndrome Memang Jarang Menangis?

Ternyata, memang benar bahwa bayi Down syndrome cenderung lebih jarang menangis dibandingkan bayi pada umumnya. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya lemahnya tonus otot (hipotonia) yang merupakan ciri-ciri anak down syndrome. Hipotonia membuat otot bayi lebih lemas, termasuk otot wajah dan mata. Akibatnya, tangisan bayi jadi lebih lemah, bahkan jarang terdengar. 


Selain itu, bayi dengan Down syndrome juga memiliki respons yang lebih lambat terhadap rasa lapar atau ketidaknyamanan. Sehingga bayi tidak akan langsung menangis jika mengalami hal tersebut.


Penyebab bayi Down syndrome jarang menangis juga karena perkembangan sistem sarafnya lebih lambat, yang mana hal ini membuat bayi jadi kurang ekspresif dalam menunjukkan ketidaknyamanan atau emosinya.  


Namun, tidak semua bayi Down syndrome jarang menangis, ada juga yang frekuensi menangisnya sama dengan bayi lainnya. Yang perlu diwaspadai adalah ketika bayi Down syndrome jarang menangis dan disertai tidak mau menyusu maupun makan, sehingga tampak lesu. Segera konsultasikan si Kecil ke dokter spesialis anak untuk mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan yang tepat. 


Baca juga: Pahami Kebutuhan Khusus Si Bayi Prematur



Ciri-Ciri Anak Down Syndrome

Anak dengan Down syndrome memiliki ciri khas, baik secara fisik, perkembangan tubuh, maupun kognitif. Meski ciri-ciri anak Down syndrome bisa berbeda-beda, tergantung dari berat tidaknya keparahan tiap orang, berikut ini adalah ciri yang bisa dikenali secara umum:


Ciri Fisik

Ciri fisik anak Down syndrome meliputi:


  • Ukuran kepala kecil 
  • Hidung dan mulut kecil
  • Sudut mata miring ke atas
  • Ada bintik-bintik putih di iris mata
  • Lidah menjulur keluar dari mulut
  • Bentuk telinga kecil dengan bentuk yang tidak normal
  • Leher pendek
  • Lidah sering menonjol keluar
  • Jari tangan dan kaki pendek
  • Telapak tangan lebar dan hanya memiliki satu lipatan
  • Otot lemah 


Perkembangan Tubuh dan Kognitif 

Anak dengan Down syndrome juga biasanya mengalami keterlambatan pada perkembangan dan kemampuan kognitifnya, seperti:


  • Keterlambatan bicara
  • Keterlambatan perkembangan motorik, termasuk motorik kasar (duduk, merangkak, atau berlari) dan motorik halus (menggenggam benda, memegang sendok, atau menulis)
  • Kesulitan belajar 
  • Sulit untuk mengingat atau memahami konsep yang kompleks


Bayi dengan Down syndrome memiliki ciri fisik yang khas dengan perkembangan tubuh dan kognitif yang terbilang lambat. Namun, dengan perawatan dan stimulasi yang tepat, bayi Down syndrome bisa tumbuh dan berkembang dengan baik hingga usia dewasa. Mereka pun bisa beraktivitas normal dan mandiri di masa depan, jika mendapatkan dukungan medis dan terapi yang sesuai, sedini mungkin. 


Bila ada keraguan seputar kondisi bayi Anda, termasuk mengenal gejala bayi dengan sindrom Down, konsultasikanlah dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan penjelasan yang sesuai. Jadwalkan janji temu dengan dokter anak di RS Pondok Indah cabang terdekat guna mendapatkan rekomendasi penanganan, khususnya terapi medis, terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup buah hati Anda. 


Baca juga: Perawatan Spesial untuk Bayi Berkebutuhan Khusus



FAQ


Down Syndrome Ketahuan Umur Berapa?

Down syndrome biasanya terdeteksi sebelum atau segera setelah kelahiran. Di masa kehamilan, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dapat melakukan tes skrining, seperti tes NIPT atau USG, untuk mengidentifikasi kemungkinan memiliki anak dengan Down syndrome. Jika hasil tes menunjukkan risiko tinggi, dokter dapat merekomendasikan tes diagnostik lebih lanjut, seperti amniosentesis atau CVS (chorionic villus sampling).


Setelah bayi lahir, down syndrome dapat dikenali sejak dini melalui pemeriksaan fisik, di mana dokter mencari ciri-ciri khas, seperti bentuk wajah dan tonus otot yang rendah.


Bagaimana Emosi Anak Down Syndrome?

Anak-anak dengan Down syndrome mungkin kesulitan dalam mengekspresikan emosi mereka secara verbal, yang bisa menyebabkan frustrasi. Anak-anak ini sering sangat peka terhadap lingkungan sekitar dan dapat merasakan emosi orang lain. Namun, dengan dukungan yang tepat, anak yang mengalami sindrom Down dapat belajar mengenali dan mengelola emosi mereka dengan lebih baik.


Berapa Tahun Anak Down Syndrome Bisa Berbicara?

Anak-anak dengan Down syndrome biasanya mulai berbicara antara usia 2 hingga 4 tahun. Keterlambatan dalam berbicara adalah hal yang umum bagi anak dengan sindrom Down, karena mereka mungkin menghadapi tantangan dalam perkembangan bahasa.




Referensi:

  1. Poudel, A. Insights into Children with Down Syndrome: A Medical Student’s Perspective. Journal of Nepal Medical Association. 2023. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10566617/). Diakses pada 8 Maret 2025. 
  2. Weger C, Boonstra FN, et al,. Differences between children with Down syndrome and typically developing children in adaptive behaviour, executive functions and visual acuity. Scientific Reports. 2021. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8027651/). Diakses pada 8 Maret 2025. 
  3. U.S. Centers for Disease Control and Prevention. Down Syndrome. (https://www.cdc.gov/birth-defects/about/down-syndrome.html). Direvisi terakhir 26 Desember 2024. Diakses pada 8 Maret 2025.
  4. U.S. Department of Health and Human Services MedlinePlus. Down Syndrome. (https://medlineplus.gov/downsyndrome.html). Direvisi terakhir 26 Januari 2024. Diakses pada 8 Maret 2025.   
  5. Cleveland Clinic. Down Syndrome. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17818-down-syndrome). Direvisi terakhir 31 Januari 2023. Diakses pada 8 Maret 2025. 
  6. Mayo Clinic. Down syndrome. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/down-syndrome/diagnosis-treatment/drc-20355983). Direvisi terakhir 12 November 2024. Diakses pada 8 Maret 2025.