Autisme bukanlah suatu penyakit, melainkan gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan penderitanya dalam berkomunikasi, berpikir, dan berperilaku.
Setiap anak memiliki tumbuh kembang yang berbeda. Anak dengan spektrum autisme, termasuk kasus khusus, dimana terjadi keterlambatan dibeberapa aspek tumbuh kembangnya, seperti terlambat berbicara, kurang peka terhadap perasaan orang lain, tidak merespons saat namanya dipanggil, maupun lebih sering bermain atau tampak sibuk dengan dunianya sendiri.
Meski begitu, bukan berarti anak autis tidak bisa berteman, belajar, atau melakukan banyak aktivitas seperti teman sebayanya. Anak autis tetap bisa memiliki tumbuh kembang yang optimal jika mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter.
Autisme, atau autis, yang dalam dunia medis dikenal dengan istilah Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan saraf pusat yang akan mempengaruhi cara berkomunikasi, berpikir, berperilaku, dan berinteraksi penderitanya.
Umumnya, gejala autisme muncul sebelum anak berusia 3 tahun dan bertahan seumur hidup penderitanya, karena kondisi ini bukan merupakan penyakit. Gejala awal anak dengan autisme yang bisa dikenali adalah keterlambatan tumbuh kembangnya. Oleh sebab itu, anak autis membutuhkan penanganan dan pemantauan dari dokter secara berkala.
Baca juga: 4 Perbedaan Hiperaktif dan Autisme yang Perlu Diketahui oleh Orang Tua
Autisme disebut dengan spektrum karena gejala dan tingkat keparahannya bisa berbeda tiap penderita. Oleh sebab itu, kondisi ini bisa dibagi menjadi beberapa jenis atau kategori sebagai berikut ini:
Baca juga: 10 Pantangan Makanan Anak Autis yang Perlu Diketahui oleh Orang Tua
Meski berbeda-beda, berikut ini adalah beberapa gejala autisme yang sering ditemukan:
Anda perlu memahami bahwa keparahan gejala autis pada setiap anak berbeda-beda, baik ringan hingga yang menghambat aktivitas sehari-hari. Bila ragu, bawa si Kecil untuk dievaluasi tumbuh kembangnya ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat, terutama bila menunjukkan gejala autisme.
Baca juga: Si Kecil Kerap Mendengkur? Kenali Bahaya Mendengkur pada Anak
Penyebab pasti autisme belum diketahui. Namun, kondisi ini dipicu oleh gangguan pada bagian otak yang bertanggung jawab dalam memproses pesan sensorik dan bahasa. Faktor genetik juga dicurigai memegang peran terjadinya autisme, karena anak dengan orang tua yang mengalami autis akan lebih berisiko mengalami kondisi serupa.
Yang jelas, autisme bukanlah penyakit menular, bukanlah efek samping imunisasi, maupun kesalahan pola asuh atau pola makan.
Meski penyebabnya belum dapat dipastikan, ada beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko anak mengalami austime, yakni:
Mengenali gejala autisme memang tidak mudah, tetapi kontrol rutin sesuai dengan arahan dokter anak bisa menjadi skrining awal, terutama ketika anak mengalami gangguan tumbuh kembang. Namun, Anda harus segera membawa buah hati periksa ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat jika mengalami gejala berikut ini:
Selain itu, jangan tunda ke dokter spesialis anak jika Si Kecil tiba-tiba kehilangan kemampuan yang sebelumnya dimiliki, contohnya dulu bisa berbicara, tetapi sekarang tidak. Anda juga perlu memeriksakan anak ke dokter apabila ia suka melakukan suatu gerakan secara berulang, seperti mengepakkan tangan atau mengayun, serta suka menyendiri dan tidak berminat untuk bermain dengan teman sebayanya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Down Syndrome, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Penanganannya
Menegakkan diagnosa anak menderita autisme tidaklah mudah. Dokter spesialis anak perlu melakukan serangkaian pemeriksaan dan pemantauan perkembangan anak untuk memastikan kondisi tersebut.
Pemeriksaan dimulai dengan dokter melakukan observasi perilaku anak, teramsuk cara anak berinteraksi, berbicara atau menanggapi orang lain, dan kebiasaan melakukan gerakan berulang. Dokter juga akan menanyakan riwayat kondisi serupa yang dialami keluarga, maupun riwayat adanya komplikasi saat anak dilahirkan kepada orang tua pasien.
Baca juga: Kiat Perawatan Gigi Anak Autisme
Karena bukan merupakan suatu penyakit, autisme tidak bisa disembuhkan. Namun, penanganan dan pengobatan dari dokter spesialis anak sedini mungkin sangat penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Dengan demikian, anak bisa belajar, bermain, dan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
Penanganan untuk autisme berbeda-beda pada setiap anak, sesuai dengan usia, tingkat keparahan kondisi, dan kebutuhan anak. Berikut ini adalah beberapa jenis perawatan untuk anak autisme yang diberikan oleh dokter:
Dokter juga akan meresepkan obat-obatan tertentu untuk meredakan gejala autisme, seperti obat antidepresi, antikejang, maupun melatonin, sesuai dengan keluhan yang dialami anak.
Baca juga: Jangan Sampai Epilepsi Mengganggu Perkembangan Si Buah Hati
Penderita autisme perlu mendapatkan penanganan dan pemantauan dokter. Pasalnya, kondisi ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi berikut ini:
Baca juga: Kenali ADHD, Bukan Sekadar Tidak Bisa Diam
Karena autisme bukan penyakit dan tidak diketahui penyebab pastinya, maka belum ada cara pasti untuk mencegah autisme.
Namun, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko anak mengalami autisme, yaitu:
Gangguan spektrum autisme akan mempengaruhi cara anak untuk berperilaku, berkomunikasi, berpikir, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dan sayangnya, kondisi ini tidak bisa disembuhkan. Jadi, dukungan dari orang tua dan orang di sekitar anak sangat dibutuhkan agar anak bisa melakukan berbagai aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
Selain itu, segera lakukan konsultasi ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat jika Anda mencurigai Si Kecil mengalami autisme. Sebab dengan pemeriksaan sedini mungkin dan penanganan yang sesuai, serta dukungan yang adekuat dari orang sekelilingnya, gejala autisme yang dialami oleh anak bisa diminimalkan dan kondisi ini bisa terkontrol.
Baca juga: Mengenal OCD: Lebih dari Sekadar Obsesi Akan Kerapihan
Anak dengan autisme dapat berbicara, meskipun kemampuan bicaranya sangat bervariasi. Beberapa anak berbicara dengan lancar seperti anak lainnya. Di sisi lain, adapula anak yang menggunakan beberapa kata atau frasa.
Namun, dalam beberapa kasus, ada juga anak yang tidak berbicara sama sekali tetapi dapat berkomunikasi melalui cara lain, seperti menggunakan gambar atau perangkat komunikasi.
Kebanyakan anak autis dapat mulai berbicara pada usia 12 hingga 36 bulan. Namun, beberapa anak mungkin mengalami keterlambatan bicara (speech delay) sehingga baru bisa berbicara di usia 3 tahun atau lebih.
Tidak semua anak yang terlambat bicara (speech delay) pasti autis. Keterlambatan bicara bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterlambatan perkembangan, gangguan pendengaran, atau faktor lingkungan. Namun, anak dengan autisme memang dapat mengalami keterlambatan berbicara.
Bila si Kecil terlambat bicara, periksakan ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan diagnosis dan intervensi yang tepat.
Dengan dukungan yang tepat, anak autis dapat menjalani hidup yang relatif normal. Program pendidikan khusus, terapi, dan dukungan dari orang-orang sekitar dapat membantu penderita autisme menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik.
Referensi: