Memahami Penyakit Cerebral Palsy pada Anak dan Penanganannya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Senin, 07 Oktober 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cerebral palsy pada anak disebabkan oleh kerusakan otak saat dalam kandungan, saat lahir, atau di awal kehidupan akibat infeksi, cedera, atau kurang oksigen.

Memahami Penyakit Cerebral Palsy pada Anak dan Penanganannya

Penyakit cerebral palsy termasuk salah satu gangguan saraf pada anak, yang menyebabkan gangguan otot, pergerakan, dan koordinasi tubuh yang terjadi seumur hidup. Kondisi ini bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan yang membuat aktivitas penderitanya terbatas. Untuk itu, kenali dan tangani cerebral palsy pada anak sesegera mungkin guna mencegah komplikasi kelumpuhan otak.


Penyebab Cerebral Palsy pada Anak

Cerebral palsy pada anak disebabkan karena adanya kerusakan pada otak, yang mungkin terjadi selama masa kehamilan, saat proses persalinan, maupun sesaat setelah kelahiran. Kondisi yang juga bisa terjadi karena gangguan pertumbuhan otak ini memang dipengaruhi oleh faktor genetik atau bawaan lahir. Namun, genetik bukanlah satu-satunya faktor penyebab seorang anak mengalami cerebral palsy.  


Faktor Risiko Cerebral Palsy pada Anak

Cerebral palsy umumnya terjadi karena kombinasi beberapa faktor. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko anak mengalami cerebral palsy:


  • Kelainan genetik.
  • Infeksi saat hamil, terutama yang disebabkan oleh infeksi rubella, herpes, toxoplasmosis, maupun infeksi ketuban (korioamnionitis).
  • Persalinan prematur, atau bayi lahir saat usia kandungan kurang dari 32 minggu.
  • Nilai APGAR bayi yang rendah ketika lahir.
  • Kekurangan oksigen (hipoksia) pada otak, baik karena asfiksia atau gangguan napas berat.
  • Radang selaput otak (meningitis) yang dialami bayi baru lahir.
  • Bayi mengalami cedera kepala, misalnya persalinan dengan menggunakan tang (forceps) atau vakum maupun terjatuh
  • Gangguan dan terhambatnya aliran darah ke otak, termasuk stroke maupun perdarahan pada otak bayi.


Baca juga: Bebas Saraf Terjepit



Gejala Cerebral Palsy pada Anak

Gejala kelumpuhan otak anak ini biasa ditemukan sebelum usia anak genap 2 tahun. Berikut ini adalah beberapa gejala bayi mengalami cerebral palsy secara umum:


  • Gangguan tumbuh kembang, yang bisa dikenali sebagai bayi belum bisa berguling, merangkak, atau duduk
  • Bagian tubuh yang terlalu terlalu lemas atau terlalu kaku
  • Hanya menggunakan satu sisi tubuh saja dalam beraktivitas
  • Gangguan bernapas, atau cara bernapas yang tidak normal
  • Gangguan pada penglihatan atau pendengaran
  • Gangguan berbicara, termasuk terlambat bicara, bahkan tidak bisa berbicara sama sekali
  • Sering mengalami kejang


Pada Bayi Kurang dari 12 Bulan

Sedangkan pada bayi yang berusia kurang dari 12 bulan, beberapa gejala cerebral palsy yang mungkin terjadi, berupa:


  • Otot yang terasa lebih kaku atau malah terlalu lemas
  • Tidak bisa menopang atau menjaga posisi kepala tetap tegak saat diangkat atau akan digendong
  • Salah satu bagian tubuh anak terasa kaku atau lemas
  • Saat diangkat, kaki anak tampak menyilang atau kaku
  • Saat digendong, anak bertingkah seakan tidak nyaman dan berusaha menjauh dari Anda
  • Keterlambatan perkembangan motorik, termasuk berguling, duduk, merangkak, bahkan berjalan
  • Menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya hanya mengepal
  • Tidak bisa tepuk tangan, atau kesulitan menyatukan tangannya
  • Sering ngiler atau terus-menerus berliur


Pada Anak Lebih dari 12 Bulan

Anda juga dapat mengenali cerebral palsy pada anak ketika ia berusia lebih dari 12 bulan melalui beberapa gejala berikut:


  • Postur tubuh yang tidak normal
  • Merangkak menggunakan salah satu bagian tubuhnya saja
  • Tidak bisa berdiri sendiri, harus dibantu untuk bisa berdiri
  • Gangguan pendengaran maupun penglihatan
  • Gangguan atau keterlambatan kemampuan berbicara
  • Gangguan perkembangan motorik halus, termasuk mengancingkan baju, memegang alat makan, maupun menggosok gigi
  • Tangan anak tak mampu menggapai mulutnya
  • Kekakuan otot, sendi, maupun tendon


Apabila anak Anda mengalami gejala di atas atau tumbuh kembangnya terganggu, sangat disarankan untuk langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis anak. Sebab anak dengan cerebral palsy masih memiliki harapan hidup yang mendekati normal, asal kondisi ini dideteksi sedini mungkin dan mendapatkan penanganan yang tepat, seperti terapi wicara, fisioterapi, maupun kontrol kesehatan secara menyeluruh.


Baca juga: Tangan Nyeri atau Kesemutan Tiba-tiba, Kenapa ya?



Memastikan Cerebral Palsy pada Anak

Dokter anak akan memberikan berbagai penanganan bagi anak dengan cerebral palsy guna meringankan gejala, serta memaksimalkan tumbuh kembang anak. Dengan demikian, anak yang mengalami cerebral palsy bisa menjalani aktivitas senormal mungkin, tanpa memerlukan banyak bantuan dari pengasuhnya.


Tidak hanya pemeriksaan pada anak, dokter juga akan mengumpulkan informasi medis terkait riwayat kehamilan dan kesehatan ibu untuk menegakkan diagnosis dan menilai keparahan cerebral palsy pada anak. Setelah itu, barulah diberikan penanganan yang sesuai. 


Pemantauan tumbuh kembang sesuai usia, penilaian status gizi, serta kemampuan melihat, mendengar, dan berbicara, merupakan pemeriksaan dasar pada anak yang mengalami cerebral palsy. Beberapa pemeriksaan penunjang juga bisa dilakukan demi menegakkan diagnosis kondisi ini, seperti USG kepala, CT-Scan, MRI, maupun pemeriksaan rekam otak (EEG). Tes darah bisa dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan keluhan disebabkan oleh kondisi medis lain.


Pengobatan Cerebral Palsy pada Anak

Sayangnya cerebral palsy adalah kondisi medis yang dialami seumur hidup. Jadi, hingga saat ini, belum ditemukan penanganan untuk menyembuhkan kelumpuhan otak pada anak ini. Namun, dokter akan mengupayakan berbagai terapi bagi anak yang mengalami cerebral palsy, guna memaksimalkan tumbuh kembangnya.


Terapi anak cerebral palsy yang dilakukan oleh dokter anak akan disesuaikan dengan jenis, keparahan gejala, maupun kondisi kesehatan pasien secara umum. Umumnya, beberapa penanganan yang dilakukan dokter, meliputi:


  • Fisioterapi, akan dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot dan gerakan anak, serta melatih kemampuan koordinasi, juga kemampuan motorik anak yang mengalami cerebral palsy
  • Terapi wicara, untuk melatih kemampuan berbicara anak
  • Peresepan obat-obatan, dengan tujuan meringankan keluhan, termasuk pelemas otot
  • Operasi, hanya disarankan untuk kekakuan otot yang telah menyebabkan gangguan pada tulang, seperti operasi bedah tulang maupun pemotongan saraf pada sumsum tulang belakang
  • Pendampingan emosional bagi anak dengan cerebral palsy, maupun keluarga atau pengasuhnya, juga penting dilakukan. Sebab tak jarang kondisi ini menyebabkan depresi, baik pada penderita maupun pengasuhnya. 


Penanganan yang tepat sedini mungkin akan memperbesar kemungkinan tumbuh kembang yang optimal pada penderita cerebral palsy. Dengan tumbuh kembang yang optimal, diharapkan anak yang mengalami kelumpuhan otak akan memiliki hidup yang tidak jauh berbeda dengan teman sebayanya, bahkan bisa berprestasi dengan maksimal.


Apakah Anak Cerebral Palsy Memiliki Harapan Hidup Normal?

Anak cerebral palsy bisa saja menjalani kehidupan sehari-hari yang normal, layaknya anak lain, jika gejala yang dialami ringan dan ditangani sesegera mungkin. Sebab kerusakan yang terjadi pada otak tidak akan memburuk seiring berjalannya waktu. Jadi, dengan memberikan penanganan, termasuk terapi yang sesuai, penderita lumpuh otak masih bisa beraktivitas secara mandiri.


Meski demikian, tidak jarang cerebral palsy menyebabkan depresi. Oleh karena itu, pendampingan orang tua serta keluarga dalam memberikan penanganan bagi anak yang mengalami cerebral palsy sangat diperlukan. Selain itu, pendampingan dari psikolog juga dapat mencegah terjadinya depresi, baik pada penderita cerebral palsy maupun keluarga atau pengasuhnya.


Baca juga: Skoliosis, Kondisi Saat Tulang Punggung Condong ke Satu Sisi



FAQ Cerebral Palsy pada Anak


Apakah Cerebral Palsy Bisa Dideteksi saat Bayi dalam Kandungan?

Cerebral palsy sulit dideteksi saat bayi masih dalam kandungan, karena gejalanya biasanya baru dikenali setelah kelahiran. Meski demikian, pemeriksaan kehamilan secara rutin dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan dapat membantu untuk mengidentifikasi serta meminimalkan faktor risiko cerebral palsy, seperti infeksi, berat badan yang terlalu rendah, dan persainan prematur.


Kapan Bayi Mulai Menunjukkan Tanda-Tanda Cerebral Palsy?

Gejala cerebral palsy biasanya bisa mulai terlihat dalam beberapa bulan pertama kehidupan bayi. Gejalanya meliputi keterlambatan perkembangan motorik, otot kaku atau lemah, penurunan kekuatan otot, dan kesulitan mengontrol gerakan. Akan tetapi, seringkali gejala cerebral palsy terlambat terdeteksi dan baru terdiagnosis saat bayi berusia 6-24 bulan.


Apa Saja Kebutuhan Anak dengan Cerebral Palsy?

Anak dengan cerebral palsy membutuhkan perawatan khusus, seperti terapi fisik, terapi okupasi, dan bicara untuk meningkatkan kemampuan motorik maupun komunikasinya. Selain itu, anak dengan cerebral palsy juga membutuhkan dukungan alat bantu seperti kursi roda, serta perhatian medis rutin sangat penting. Terakhir, program pendidikan yang inklusif serta dukungan dari keluarga dan lingkungan juga penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.


Untuk informasi lebih lengkap mengenai apa saja yang harus disiapkan untuk mendukung anak dengan cerebral palsy, Anda sebaiknya mendiskusikan dengan dokter spesialis anak.


Bisakah Operasi Otak Menyembuhkan Cerebral Palsy pada Anak?

Operasi otak, seperti Selective Dorsal Rhizotomy (SDR), tidak dapat menyembuhkan cerebral palsy tetapi bisa membantu mengelola keluhan anak dengan cerebral palsy, yang berupa kekakuan otot Cerebral palsy adalah kondisi permanen yang tidak bisa disembuhkan. Namun, pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup penderitanya.


Untuk memaksimalkan penanganan dan kualitas hidup anak dengan cerebral palsy, lakukanlah konsultasi secara rutin dengan dokter spesialis anak. Di RS Pondok Indah, kami menyediakan layanan medis terbaik untuk kasus cerebral palsy pada anak, serta pendampingnya. Mulai dari konsultasi dengan dokter spesialis, terapis, maupun tenaga medis terkait yang akan mengoptimalkan terapi cerebral palsy pada anak.


Referensi:

  1. Dar H, Stewart K, et al,. Multiple motor disorders in cerebral palsy. Developmental Medicine & Child Neurology. 2024. (https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/dmcn.15730). Diakses pada 4 Oktober 2024.
  2. Arnaud C, Ehlinger V, et al. Public health indicators for cerebral palsy: A European collaborative study of the Surveillance of Cerebral Palsy in Europe network. Paediatric and Perinatal Epidemiology. 2023. (https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/ppe.12950). Diakses pada 4 Oktober 2024.
  3. Dlamini MD, Chang YJ, et al,. Caregivers' experiences of having a child with cerebral palsy. A meta-synthesis. Journal of Pediatric Nursing. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0882596323002294). Diakses pada 4 Oktober 2024.
  4. Rouabhi A, Husein N, et al,. Development of a bedside tool to predict the diagnosis of cerebral palsy in term-born neonates. JAMA pediatrics. 2023. (https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/article-abstract/2800550). Diakses pada 4 Oktober 2024.
  5. Centers for Disease Control and Prevention. About Cerebral Palsy. (https://www.cdc.gov/cerebral-palsy/about/index.html). Direvisi terakhir 14 Mei 2024. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  6. Cleveland Clinic. Cerebral Palsy. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8717-cerebral-palsy). Direvisi terakhir 16 Agustus 2023. Diakses pada 4 Oktober 2024.
  7. Johns Hopkins Medicine. Cerebral Palsy. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/cerebral-palsy). Diakses pada 4 Oktober 2024.
  8. Mayo Clinic. Cerebral Palsy. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cerebral-palsy/symptoms-causes/syc-20353999). Direvisi terakhir 28 September 2023. Diakses pada 4 Oktober 2024.