Deteksi Kanker Paru Sedini Mungkin, sebelum Kondisinya Makin Parah

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 30 Agustus 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Deteksi kanker paru perlu dilakukan sebelum mencapai stadium akhir untuk meningkatkan angka harapan hidup penderita kondisi ini. Cari tahu selengkapnya!

Deteksi Kanker Paru Sedini Mungkin, sebelum Kondisinya Makin Parah

Tingginya angka kematian karena kanker paru di dunia, menjadikan alasan pentingnya melakukan deteksi dini kanker paru. Kanker yang menduduki peringkat pertama kematian akibat penyakit kanker pada pria di Indonesia ini sering kali telat dikenali dan ditangani, karena tidak ada gejala yang khas pada fase awal kanker paru.


Lantas, apakah deteksi kanker paru dapat meringankan kondisi ini? Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk mendeteksi kanker paru? Ketahui semuanya dalam pembahasan berikut ini!


Gejala Awal Kanker Paru

Kebanyakan penderitanya baru mengeluhkan gejala kanker paru pada saat kondisi ini sudah parah. Namun, ada juga beberapa orang yang telah merasakan gejala awal kanker paru sebagai keluhan berikut ini:


  • Batuk yang tak kunjung sembuh (kronis), bahkan makin parah
  • Batuk berdarah
  • Sesak napas
  • Nyeri dada yang dirasakan makin parah ketika menarik napas dalam, batuk, maupun tertawa
  • Suara menjadi serak tanpa sebab yang jelas
  • Muncul mengi 
  • Infeksi pada saluran napas bawah, seperti bronkitis maupun pneumonia, yang sering berulang atau tak kunjung sembuh
  • Tidak napsu makan
  • Penurunan berat badan tanpa direncanakan
  • Kelelahan kronis atau merasa lemas meski sudah beristirahat dan tidak melakukan aktivitas fisik yang berat


Jadi, jika Anda termasuk ke dalam kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami kanker paru, dan mengalami salah satu gejala awal kanker paru seperti di atas, segera periksakan diri ke dokter spesialis paru.


Gejala Kanker Paru Mulai Menyebar

Jangan menunggu hingga muncul gejala kanker paru lebih parah, atau menyebar ke organ tubuh lain. Sebab pada kondisi tersebut, kemungkinan kesembuhannya makin kecil. Beberapa gejala kanker paru telah menyebar adalah sebagai berikut ini:


  • Nyeri atau sakit pada tulang, termasuk sakit pinggang atau encok, dan nyeri panggul
  • Gangguan pada sistem saraf, termasuk pusing, sakit kepala, mengalami gangguan keseimbangan, mati rasa maupun kelumpuhan pada tangan atau kaki, bahkan kejang
  • Sakit kuning atau jaundice
  • Pembengkakan kelenjar getah bening berupa benjolan di leher atau sekitar tulang selangka


Baca juga: Apakah Kanker Bisa Sembuh? Jangan Khawatir, Kanker Bisa Diobati



Diagnosis Kanker Paru

Dokter akan menyarankan serangkaian pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis kanker paru, khususnya bila Anda sedang atau pernah merokok. Selain itu, pemeriksaan juga disarankan bagi Anda merupakan perokok pasif atau sering terpapar asap rokok, maupun yang memiliki risiko tinggi mengalami kanker paru. 


Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter paru untuk menegakkan diagnosis kanker paru:


Anamnesis Kanker Paru

Dokter akan mengawali proses diagnosis kanker paru dengan melakukan anamnesis atau wawancara medis. Proses ini dilakukan untuk menggali informasi medis terkait dengan kanker paru, termasuk keluhan yang dirasakan, berapa lama keluhan telah dirasakan, kondisi yang memperberat dan meringankan keluhan, faktor risiko kanker paru, dan kondisi medis pasien.


Pemeriksaan Fisik Kanker Paru

Setelah proses anamnesis, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis kanker paru. Pemeriksaan dimulai dengan menilai status gizi maupun kondisi kesehatan secara umum, baru kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih spesifik, yakni pemeriksaan paru atau pemeriksaan fisik kanker paru. 


Pemeriksaan fisik paru biasa dimulai dengan inspeksi atau melihat adanya ketidaksesuaian pergerakan dada saat Anda bernapas, adanya benjolan maupun perubahan bentuk dan warna di sekitar dada.

Dokter juga akan melanjutkan pemeriksaan dengan perabaan atau palpasi, untuk menilai adanya benjolan atau bagian yang lebih tebal, yang tidak tampak saat inspeksi. Pemeriksaan berlanjut dengan melakukan perkusi atau pemeriksaan dengan mengetuk sekitar paru juga akan dilakukan untuk memeriksa fisik paru. Pada pemeriksaan ini, dokter bisa menemukan adanya jaringan yang dicurigai sebagai massa atau sel kanker paru.


Terakhir, dokter akan melakukan auskultasi atau pemeriksaan menggunakan stetoskop, untuk mendengarkan bunyi napas, sekaligus menemukan adanya bunyi napas yang tidak normal. Dokter juga akan membandingkan bunyi napas pada paru kanan dan kiri menggunakan teknik ini. 


Baca juga: Waspada Kanker Paru pada Non-Perokok


Pemeriksaan Penunjang Kanker Paru

Setelah mendapatkan hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter akan memastikannya dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Berbagai pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui lokasi, ukuran, asal, serta menilai keparahan dan penyebaran kanker paru. Berikut adalah penjelasan singkatnya:


1. Pemeriksaan fungsi paru

Pemeriksaan yang juga dikenal dengan pemeriksaan spirometri ini dilakukan untuk menilai adanya gangguan paru dalam menghirup dan mengembuskan napas.


2. Pemeriksaan rontgen atau X-ray dada 

Kasus kanker paru paling banyak ditemukan secara tidak sengaja ketika pasien melakukan pemeriksaan ini untuk kondisi medis lain. Sebab melalui pemeriksaan rontgen dada, dokter bisa menilai gambaran atau corakan paru, serta kelainan, termasuk adanya kanker paru. 


3. MRI

Dokter umumnya menyarankan Anda untuk melakukan MRI sebagai pemeriksaan penunjang kanker paru untuk melihat lebih jelas lokasi, ukuran, maupun karakter sel kanker.


4. PET-Scan

Pemeriksaan ini biasa disarankan untuk menilai adanya penyebaran (metastasis) kanker paru ke organ lain.


5. Biopsi

Sebagai pemeriksaan baku atau golden standard kanker paru, biopsi bisa dilakukan dengan bronkoskopi, menggunakan jarum, maupun metode lain, sesuai dengan kondisi Anda. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan sel awal, jenis, serta menilai keparahan kanker.


Semua hasil pemeriksaan tersebut akan membantu dokter spesialis paru untuk menentukan langkah penanganan yang sesuai. Sebab, berbeda jenis, asal, ukuran, penyebaran, dan keparahan (stagging) kanker paru, pengobatannya pun akan berbeda.


Baca juga: Menjaga Kesehatan Pernapasan



FAQ


Apakah Penderita Kanker Paru-Paru Bisa Sembuh?

Penderita kanker paru-paru bisa sembuh, tergantung dari jenis dan kecepatan terdeteksinya. Sebab peluang seseorang sembuh dari kanker paru-paru tergantung pada stadium kanker dan kondisi kesehatan pasien. Oleh sebab itu, segera periksakan diri ke dokter spesialis paru ketika mengalami keluhan yang menyerupai gejala kanker paru agar bisa ditangani sedini mungkin.


Apakah Penyakit Kanker Paru-Paru Bisa Menular?

Kanker paru-paru tidak menular, karena penyakit ini disebabkan oleh mutasi genetik, bukan infeksi. Penyebab utama kanker paru-paru adalah merokok, polusi udara, atau faktor genetik.


Apa yang Dirasakan Penderita Kanker Paru-Paru?

Penderita kanker paru-paru sering merasa sesak napas, batuk yang tidak kunjung sembuh, batuk darah, nyeri dada, dan kelelahan. Penderita juga bisa mengalami penurunan berat badan drastis dan kehilangan nafsu makan. Gejala kanker paru biasa muncul perlahan-lahan, jadi penting untuk segera memeriksakan diri jika Anda mulai merasakan tanda-tanda tersebut.


Anda bisa memeriksakan diri ke dokter spesialis paru di RS Pondok Indah cabang terdekat. Dokter spesialis kami akan melakukan pemeriksaan yang komprehensif didukung dengan peralatan yang mengadopsi teknologi terkini, sehingga akan memberikan hasil pemeriksaan yang optimal.


Bagi Anda yang pernah atau masih merokok, sebaiknya lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala di Executive Health Check Up di RS Pondok Indah, sebagai langkah awal deteksi kanker paru. Tidak usah menunggu adanya keluhan, pemeriksaan kesehatan rutin merupakan investasi yang berharga, dan RS Pondok Indah akan mengutamakannya dalam melakukan segala pelayanan kesehatan.




Referensi:

  1. Nooreldeen R, Bach H. Current and future development in lung cancer diagnosis. International journal of molecular sciences. 2021. (https://www.mdpi.com/1422-0067/22/16/8661). Diakses pada 29 Agustus 2024.
  2. Hoffman RM, Atallah RP, et al,. Lung cancer screening with low-dose CT: a meta-analysis. Journal of general internal medicine. 2020. (https://link.springer.com/article/10.1007/s11606-020-05951-7). Diakses pada 29 Agustus 2024.
  3. Kalaivani N, Manimaran N, et al,. Deep learning based lung cancer detection and classification. InIOP conference series: materials science and engineering. IOP Publishing. 2020. (https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1757-899X/994/1/012026/pdf). Diakses pada 29 Agustus 2024.
  4. American Cancer Society. Can Lung Cancer Be Found Early? (https://www.cancer.org/cancer/types/lung-cancer/detection-diagnosis-staging/detection.html). Direvisi terakhir 29 Januari 2024. Diakses pada 29 Agustus 2024.
  5. American Cancer Society. Tests for Lung Cancer. (https://www.cancer.org/cancer/types/lung-cancer/detection-diagnosis-staging/how-diagnosed.html). Direvisi terakhir 29 Januari 2024. Diakses pada 29 Agustus 2024.
  6. American Lung Association. Lung Cancer Diagnosis. (https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-disease-lookup/lung-cancer/symptoms-diagnosis/how-is-lung-cancer-diagnosed). Direvisi terakhir 7 Juni 2024. Diakses pada 29 Agustus 2024.
  7. Cancer Research UK. Screening for lung cancer. (https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/lung-cancer/getting-diagnosed/screening). Direvisi terakhir 29 September 2022. Diakses pada 29 Agustus 2024.
  8. National Cancer Instittute. Lung Cancer Screening (PDQ®)–Patient Version. (https://www.cancer.gov/types/lung/patient/lung-screening-pdq). Direvisi terakhir 24 Mei 2024. Diakses pada 29 Agutsus 2024.
  9. Cleveland Clinic. Lung Cancer. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4375-lung-cancer). Direvisi terakhir 31 Oktober 2022. Diakses pada 29 Agustus 2024.
  10. Mayo Clinic. Lung Cancer. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lung-cancer/diagnosis-treatment/drc-20374627). Direvisi terakhir 30 April 2024. Diakses pada 29 Agustus 2024.