Memahami Cara Penanganan Gagap pada Orang Dewasa

Oleh Tim RS Pondok Indah

Senin, 21 Oktober 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Gagap pada orang dewasa umumnya terjadi karena trauma psikologis, cedera kepala berat, penyakit saraf progresif, atau stroke. Simak cara penanganannya di sini!

Memahami Cara Penanganan Gagap pada Orang Dewasa

Berbicara dipengaruhi oleh 4 aspek, yakni kosa-kata, struktur kalimat, fonologi, dan kelancaran (ketepatan). Kemampuan berbicara menjadi penting, karena merupakan cara berkomunikasi dengan sesama. Terjadinya gangguan pada salah satu atau beberapa komponen dalam berbicara dapat mengganggu proses komunikasi seseorang.


Gagap merupakan gangguan bicara, lebih tepatnya gangguan pada alur dan kelancaran proses berbicara. Gangguan berbicara ini memang lebih banyak dialami oleh anak, karena pada usia ini kemampuan berbicara memang masih berkembang. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, gagap bisa menetap hingga dewasa, bahkan dengan gejala yang lebih parah.


Apa itu Gagap pada Dewasa?

Gagap adalah gangguan bicara yang menyebabkan seseorang mengucapkan kata atau suku kata secara terbata-bata, berulang atau tertahan. Orang yang menderita gagap akan mengalami kesulitan dalam mengucapkan apa yang ingin disampaikan, sehingga mereka memanjangkan atau mengulang suatu kata maupun susunan kata, saat bicara. Pada beberapa kasus, penderita gagap, bahkan kesulitan mengucapkan suatu kata tertentu.



Penyebab Gagap Dewasa

Gagap pada dewasa kebanyakan dialami oleh mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Kondisi ini bisa jadi merupakan kelanjutan dari gagap yang dialami saat masih anak-anak (persistent stuttering) maupun karena adanya cedera atau kondisi yang menyebabkan gangguan pada area tertentu di otak (acquired stuttering).


Berikut ini adalah penyebab gagap dewasa:


  • Gangguan perkembangan yang menyebabkan gagap terjadi di masa kanak-kanak dan terbawa hingga dewasa
  • Gangguan mental, seperti trauma atau kecemasan sosial berlebihan
  • Gangguan pada kendali motorik berbicara
  • Cedera pada kepala
  • Kondisi kesehatan yang memengaruhi fungsi otak, seperti stroke


Baca juga: Anxiety Disorder, ketika Kecemasan Sudah Mengganggu Keseharian


Faktor Risiko Gagap Dewasa

Selain itu, gagap pada dewasa juga lebih berisiko terjadi pada beberapa kondisi berikut ini:


  • Memiliki riwayat keluarga yang menderita gagap
  • Mengalami gangguan tumbuh kembang 
  • Menderita stres yang berat
  • Mengalami kecelakaan atau cedera pada kepala yang menyebabkan perubahan struktur maupun fungsi otak, termasuk mengalami stroke


Baca juga: Cegah Stroke Sekarang!



Gejala Gagap Dewasa

Gejala gagap pada dewasa akan diketahui saat penderitanya berbicara. Berikut ini adalah gejala yang dimaksud:


  • Kesulitan untuk memulai suatu kata, frasa, bahkan kalimat
  • Mengulang bunyi, suku kata, maupun kata, contohnya menyebut ‘ma-ma-ma-marah’ alih-alih langsung berkata ‘marah’
  • Memanjangkan kata atau suara dalam kalimat, contohnya menyebutkan kata ‘mandi’ menjadi ‘emmmmm-mandi’
  • Jeda saat berbicara yang diisi dengan menyebutkan ‘aaa’ atau ‘umm’
  • Jeda antar kata yang tidak bermakna
  • Adanya kata yang tertukar, sebagai upaya menyiasati gagap
  • Penekanan pada suatu kata maupun seluruh kalimat yang tidak bermakna 


Umumnya gejala gagap baru akan muncul pada suatu kondisi tertentu, seperti ketika sangat lelah, bersemangat, cemas, atau stres berat. Beberapa orang juga bisa menunjukkan gejala gagap ketika membicarakan suatu topik yang baru atau rumit.


Gejala Fisik yang Ditimbulkan

Mengingat berbicara juga memerlukan kerjasama antara otot di wajah, mulut, tenggorokan, dada, serta perut. Sehingga tanda dan gejala gagap dewasa secara fisik juga dapat dikenali sebagai:


  • Tampak cemas sebelum berbicara
  • Wajah dan tubuh bagian atas menjadi tegang atau kaku, saat mengucapkan sebuah kata
  • Bibir atau rahang tampak gemetar
  • Mata berkedip dengan lebih cepat
  • Tangan mengepal
  • Otot wajah berkedut
  • Gerakan kepala yang tiba-tiba dan cepat


Meski demikian, orang yang gagap umumnya tidak akan menunjukkan gejala ketika sedang berbicara dengan hewan peliharaan, membaca, bernyanyi, atau dalam kondisi maupun situasi yang tenang, dan tidak merasa tertekan secara psikologis.


Kegagapan pada dewasa kerap memicu terjadinya gangguan kesehatan mental yang lain. Sebab penderitanya akan merasa frustasi, malu atau tidak percaya diri, yang dapat berujung sebagai gangguan kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, gagap pada orang dewasa perlu ditangani dengan tepat. Konsultasikanlah opsi penanganan gagap yang tepat untuk kondisi Anda dengan dokter spesialis kesehatan jiwa.


Baca juga: Panic Attack: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya


Penanganan Gagap Dewasa

Metode penanganan kondisi gagap bisa berbeda-beda. Umumnya, cara mengatasi gagap akan disesuaikan dengan usia dan kondisi kesehatan pasien, serta keparahan gagap serta dampaknya pada kehidupan penderitanya. Penanganan gagap pada orang dewasa tentu akan berbeda dengan anak yang gagap.


Secara umum, tujuan penanganan gagap dewasa adalah untuk mengembangkan keterampilan penderitanya, termasuk meningkatkan kelancaran berbicara sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Dengan demikian, kemampuan bersosialisasi, termasuk hubungan dengan keluarga, lingkungan sekolah, teman kerja, maupun lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan.


Untuk mencapainya, dokter akan menyarankan beberapa terapi gagap untuk orang dewasa, antara lain:


1. Terapi wicara

Terapi bicara akan membantu Anda belajar berbicara secara perlahan dan menyadari ketika menunjukkan tanda maupun gejala gagap, serta mengatur kalimat yang akan dibicarakan. Awalnya mungkin terapi ini akan membuat Anda berbicara sangat lambat, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, nada bicara dan pola bicara akan berangsur lebih normal.


Terapi wicara secara umum dilakukan untuk meningkatkan kefasihan dan mengatasi gagap saat berbicara.


2. Terapi perilaku kognitif

Terapi psikologi ini akan membantu Anda mengenali kondisi yang memicu gejala gagap serta mengubah pola pikir terhadap situasi tersebut, sehingga gagap bisa diredakan. Psikoterapi ini juga bertujuan untuk mengatasi stres, kecemasan, atau tidak percaya diri yang dialami oleh orang yang gagap.


3. Penggunaan delayed auditory feedback (DAF)

Dokter juga bisa menyarankan Anda untuk menggunakan DAF untuk meningkatkan kelancaran berbicara. Alat ini akan merekam ucapan pasien dan langsung memperdengarkannya ke pasien dengan kecepatan yang lebih lambat. Dengan demikian, pasien diharapkan bisa berbicara dengan lebih lambat dan lebih jelas.


4. Bantuan atau dukungan dari orang lain

Selain terapi bagi penderita gagap, dukungan orang terdekat juga penting dalam upaya mengendalikan gejala gangguan kelancaran bicara ini. Bagi Anda yang memiliki keluarga maupun orang terdekat yang mengalami gagap, ikutlah terlibat dalam proses penanganannya dengan melakukan beberapa hal berikut ini:


  • Jangan bereaksi negatif ketika gejala gagapnya kambuh, tetapi lakukan koreksi dengan lembut dan puji penderita ketika berhasil menyampaikan maksudnya dengan lancar.
  • Dengarkan dengan seksama pembicaraan mereka yang mengalami gagap, dengan melakukan kontak mata selama berbicara.
  • Jangan melengkapi kata yang ingin disampaikan oleh pasien gagap. Biarkan mereka menyelesaikan perkataannya sendiri.
  • Pilih tempat bicara yang tenang dan nyaman, tanpa memaksanya untuk bercerita lebih panjang.


Peresepan obat untuk mengatasi gagap sangat jarang dilakukan, tetapi tidak menutup kemungkinan. Dokter akan meresepkan obat yang bertujuan mengurangi keluhan gagap pada dewasa.


Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental Generasi Sandwich


Pentingnya Dukungan Bagi Penderita Gagap

Selain itu, dukungan dan pengertian dari orang sekitar sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi gagap, terutama yang tidak mendapatkan penanganan tepat. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:


  • Tidak percaya diri
  • Gangguan berkomunikasi sehingga cenderung menghindari aktivitas yang memerlukan penderita gagap untuk berbicara
  • Menjadi korban bullying
  • Fobia sosial
  • Kehilangan perannya dalam masyarakat, baik di tempat kerja maupun dalam lingkup keluarganya


Kesulitan berbicara dan ketidakmampuan mengutarakan opini tentu membuat seseorang merasa frustasi, terlebih jika menyangkut komunikasi dengan pasangan maupun orang terkasih. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter spesialis kesehatan jiwa jika Anda merasakan gejala gagap pada dewasa. Sebab dengan berkonsultasi, dokter bisa memberikan penanganan gagap dewasa yang sesuai.


RS Pondok Indah akan memberikan penanganan medis dengan optimal, melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis berpengalaman serta terapi oleh tim medis terkait yang telah terlatih. Tidak hanya berfokus pada penanganan gagap dewasa, dokter spesialis kami akan memberikan penanganan yang komprehensif untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup Anda.


Baca juga: Depresi pada Pekerja Urban, Bagaimana Mengenali Gejalanya?



FAQ


Bisakah Anda Mengalami Kegagapan Saat Dewasa?

Ya, kegagapan bisa dialami oleh orang dewasa, meskipun sering dimulai sejak anak-anak. Penyebabnya bisa berupa faktor genetik, stres yang berat, trauma, atau gangguan saraf. Pada orang dewasa, kegagapan mungkin terjadi akibat kondisi medis atau psikologis, seperti cedera otak, stroke, atau gangguan kecemasan.


Bagaimana Mengklasifikasikan Gagap?

Klasifikasi gagap dibagi menjadi gagap perkembangan, neurogenik, dan psikogenik. Gagap perkembangan biasanya muncul di masa kanak-kanak, gagap neurogenik akibat kerusakan otak atau saraf, dan gagap psikogenik dipicu oleh gangguan emosional atau trauma.


Masing-masing jenis gagap memerlukan diagnosis dan penanganan yang berbeda. Konsultasikan dengan dokter spesialis kesehatan jiwa untuk memperoleh diagnosis dan penanganan yang sesuai untuk kondisi Anda.


Apakah Gagap Penyakit Keturunan?

Gagap bukan sepenuhnya penyakit keturunan, tetapi faktor genetik dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gagap. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 60% kasus gagap memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa, tetapi tidak selalu diturunkan.


Selain faktor genetik, faktor lingkungan, perkembangan otak, dan stres juga bisa memicu terjadinya maupun memperparah gagap.



Referensi:

  1. Gattie M, Lieven E, et al,. Adult Stuttering Prevalence I: Systematic Review and Identification of Stuttering in Large Populations. Journal of Fluency Disorders. 2024. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0094730X24000494). Diakses pada 16 Oktober 2024.
  2. Neef NE, Chang SE. Knowns and unknowns about the neurobiology of stuttering. Plos Biology. 2024. (https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.3002492). Diakses pada 16 Oktober 2024.
  3. Chow HM, Garnett EO, et al,. Brain developmental trajectories associated with childhood stuttering persistence and recovery. Developmental cognitive neuroscience. 2023. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1878929323000294). Diakses pada 16 Oktober 2024.
  4. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Ketahui Penyebab dan Faktor Risiko Gagap. (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2545/ketahui-penyebab-dan-faktor-risiko-gagap). Direvisi terakhir 14 Juni 2023. Diakses pada 16 Oktober 2024.
  5. Cleveland Clinic. Fluency Disorder. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23480-fluency-disorder). Direvisi terakhir 8 Juli 2022. Diakses pada 16 Oktober 2024.
  6. Cleveland Clinic. Stuttering. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14162-stuttering). Direvisi terakhir 14 Desember 2022. Diakses pada 16 Oktober 2024.
  7. Johns Hopkins. Fluency Disorder. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/fluency-disorder). Diakses pada 16 Oktober 2024.
  8. Mayo Clinic. Stuttering. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/stuttering/symptoms-causes/syc-20353572). Direvisi terakhir 2 Maret 2024. Diakses pada 16 Oktober 2024.