Lebih Jauh tentang Kanker Anus, Gejala, Penyebab, dan Penanganannya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Kamis, 20 Maret 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Kanker anus sering disalahartikan sebagai wasir karena sama-sama ditandai dengan benjolan anus. Penting untuk mengenali kondisi ini, agar bisa ditangani sedini mungkin.

Lebih Jauh tentang Kanker Anus, Gejala, Penyebab, dan Penanganannya

Anus adalah bagian terakhir dari saluran pencernaan yang berfungsi sebagai jalur keluarnya tinja dari tubuh. Organ ini terletak di ujung rektum dan memiliki otot yang disebut sfingter anus. Yang mana sfingter anus sendiri berfungsi untuk mengontrol anus dalam proses pengeluaran tinja. 


Gangguan pada anus, termasuk kanker anus, dapat mengganggu proses buang air besar. Meski kasusnya tidak sebanyak kanker kolorektal, kanker anus tidak bisa disepelekan. Selain berbahaya, penanganan kanker anus yang tertunda dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Sebab kondisi ini menimbulkan gejala, seperti perdarahan pada rektum atau nyeri anus.


Agar mendapat penanganan sedini mungkin, kenali kanker anus dan informasi seputar kondisi ini lewat pemaparan di bawah! 


Apa itu Kanker Anus?


Kanker anus atau kanker dubur merujuk pada kondisi di mana sel-sel di jaringan anus mengalami mutasi dan menyebabkan pertumbuhan abnormal, atau pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Kondisi ini memiliki peluang sembuh yang tinggi jika terdeteksi dan ditangani sejak dini. Sedangkan jika terlambat ditangani, sel kanker berpotensi menyebar ke bagian tubuh lainnya dan membuat proses penyembuhan jadi lebih sulit serta menurunkan harapan hidup pasien. 


Oleh karena itu, penting untuk mengenali faktor risiko dan gejala kanker anus sedini mungkin agar lebih cepat dideteksi untuk kemudian ditangani oleh dokter. 


Baca juga: Ambeien ke Dokter Apa?



Jenis Kanker Anus  

Berdasarkan tipe sel yang mengalami pertumbuhan abnormal, jenis kanker anus dibedakan menjadi 2, yaitu:


  • Kanker anus karsinoma sel skuamosa, yaitu kanker berasal dari sel tipis yang melapisi permukaan anus (sel skuamosa).
  • Kanker anus adenokarsinoma, yaitu kanker berasal dari sel kelenjar yang menghasilkan lendir di dalam anus dan rektum. 


Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis kanker anus yang paling sering terjadi. Namun, jenis kanker ini juga memiliki respons paling baik terhadap pengobatan, jika terdeteksi sejak dini.   


Baca juga: Laser Hemorrhoidoplasty untuk Penanganan Wasir


Gejala Kanker Anus

Kanker anus sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal, dan sering salah dikenali sebagai gejala dari penyakit lain. Namun, Anda perlu mewaspadai beberapa gejala kanker anus berikut ini, terlebih jika berlangsung cukup lama dan tidak membaik dengan perawatan mandiri:


  • Perdarahan dari anus tanpa disertai rasa nyeri
  • Munculnya benjolan di anus
  • Anus terasa nyeri 
  • Nyeri saat buang air besar
  • Sensasi gatal yang berlebihan pada anus 
  • Perasaan tidak tuntas setiap habis buang air besar 
  • Perubahan pola buang air besar, baik berupa diare atau sembelit yang berkepanjangan, tanpa alasan yang jelas
  • Keluar lendir berwarna bening, kekuningan, atau bercampur darah yang disertai bau tidak sedap dari anus


Jika kanker telah menyebar, penderita kanker anus juga bisa mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan. 


Baca juga: Tangani Kanker Rektum dengan Minimal Invasive Surgery


Penyebab Kanker Anus

Sebenarnya, penyebab kanker anus belum diketahui secara pasti. Namun, infeksi HPV (human papillomavirus) yang merupakan penyebab kanker serviks, diyakini menjadi penyebab utama kanker anus. HPV menular melalui kontak kulit ke kulit, biasanya lewat hubungan seksual, baik anal, vaginal, maupun oral. Infeksi virus HPV dapat menyebabkan mutasi genetik pada sel sehat di anus, yang kemudian memicu sel abnormal tumbuh di anus dan merusak jaringan normal di sekitarnya. 


Faktor Risiko Kanker Anus

Meski infeksi HPV diyakini menjadi penyebab kanker anus yang utama, ada beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, yaitu:


  • Memiliki riwayat hubungan seksual berisiko, misalnya melakukan seks anal atau seks tanpa pengaman
  • Sering bergonta-ganti pasangan seksual, bahkan menderita infeksi menular seksual
  • Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh yang lemah, contohnya penderita HIV/AIDS atau orang yang mengonsumsi obat imunosupresan
  • Kebiasaan merokok
  • Berusia di atas 55 tahun 
  • Memiliki riwayat kanker tertentu atau displasia anus
  • Mengalami peradangan kronis pada anus, seperti wasir 


Baca juga: Dampak Serius HPV pada Pria: Cara Penularan dan Gejala yang Harus Diketahui


Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda merasakan gejala yang mengarah ke kanker anus seperti yang disebutkan di atas, segera konsultasikan dengan dokter spesialis bedah digestif di RS Pondok Indah cabang terdekat. Anda perlu melakukan pemeriksaan jika merasakan gejala tersebut selama lebih dari 2 minggu, terutama jika disertai perdarahan atau benjolan di anus yang terus membesar dengan cepat. 


Meski mirip dengan wasir, jangan pernah mengabaikan gejala kanker anus. Pasalnya, makin dini kondisi ini terdeteksi, makin mudah pula pengobatan dilakukan dan peluang sembuhnya juga makin tinggi.   



Diagnosa Kanker Anus

Dalam mendiagnosis kanker anus, dokter menggunakan beberapa metode, mulai dari pemeriksaan fisik hingga tes pencitraan dan biopsi. 


Sebagai langkah awal, dokter akan melakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik dengan menanyakan gejala yang pasien alami, seperti perdarahan, nyeri, atau benjolan di lubang anus dan sekitarnya. Dokter juga akan mengonfirmasi riwayat kesehatan pasien, termasuk infeksi HPV, HIV, atau kanker serviks maupun kondisi medis lainnya. 


Selanjutnya, digital rectal examination dilakukan dengan tujuan memeriksa adanya benjolan sekaligus struktur anus. Jika ditemukan kelainan, dokter akan melakukan pemeriksaan endoskopi, yaitu selang kecil yang dilengkapi dengan kamera, untuk melihat kondisi dalam anus dan rektum. 


Bila ditemukan adanya sel abnormal pada pemeriksaan endoskopi, dokter akan mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan ini dapat memastikan apakah sel tersebut merupakan sel normal atau bersifat ganas (kanker), sekaligus menentukan jenis kankernya. 


Setelah terkonfirmasi mengidap kanker anus, dokter biasa akan menyarankan pemeriksaan lanjutan, berupa:


  • USG endoanal untuk melihat kedalaman sel kanker dalam anus. 
  • MRI untuk melihat ukuran tumor dan melihat penyebarannya. 
  • CT-scan untuk memeriksa penyebaran kanker ke organ lain. 


Dokter juga mungkin melakukan biopsi kelenjar getah bening, jika kanker anus telah menyebar. 


Baca juga: Apakah Kanker Bisa Sembuh? Jangan Khawatir, Kanker Bisa Diobati


Staging Kanker Anus

Selain menegakkan diagnosis kanker anus, dokter juga akan menentukan derajat keparahan kanker anus (staging kanker anus), sebagai berikut ini:


Stadium 0 

Pada stadium ini, kanker masih dalam tahap awal dan hanya tumbuh di lapisan terluar anus. Kanker juga belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam bahkan ke kelenjar getah bening. 


Stadium I

Di tahap ini, ukuran tumor masih kecil, yakni ≤2 cm. Kanker juga masih berada di anus, belum menyebar ke kelenjar getah bening maupun organ lain. 


Stadium II

Tumor sudah membesar lebih dari 2 cm, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lain. 


Stadium III 

Ukuran tumor sudah berukuran lebih dari 2 cm dan menyebar ke kelenjar getah bening atau jaringan di sekitarnya. 


Stadium IV

Tumor telah menyebar ke organ lain yang lebih jauh dari anus, seperti tulang, hati, maupun paru-paru. 


Perlu diketahui, stadium 0–II memiliki peluang kesembuhan yang baik jika langsung ditangani. Sedangkan stadium III-IV cenderung lebih sulit ditangani, karena kanker sudah menyebar ke organ lain. 


Baca juga: Kanker Teratasi, Aktivitas Tak Terbatasi


Pengobatan Kanker Anus

Penanganan kanker anus bisa berbeda-beda untuk setiap penderitanya, tergantung pada stadium kanker, ukuran tumor, penyebaran kanker, serta kondisi kesehatan pasien. Beberapa metode penanganan yang umumnya dilakukan untuk mengobati kanker anus adalah:


  • Kemoterapi dan radioterapi sebagai pengobatan utama kanker anus, terutama stadium awal hingga menengah. Pemberian obat-obatan maupun radiasi akan dilakukan untuk membunuh sel kanker.
  • Operasi pengangkatan tumor, biasanya dilakukan pada kasus kanker berulang atau jika kanker tidak memberikan respon postif terhadap terapi radiasi maupun kemoterapi. 
  • Imunoterapi untuk penanganan kanker anus stadium lanjut. 


Komplikasi Kanker Anus

Kanker anus yang tidak terdeteksi dan ditangani sejak dini bisa menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain:


  • Stenosis anal (penyempitan saluran anus)
  • Perdarahan anus kronis
  • Nyeri kronis di area anus dan panggul
  • Kanker hati, kanker paru, atau kanker tulang
  • Sulit menahan keinginan untuk BAB (inkontinensia) 
  • Diare atau sembelit berkepanjangan
  • Fistula atau terbentuknya saluran abnormal di antara anus dan organ lain, seperti vagina atau kandung kemih


Pencegahan Kanker Anus 

Hingga saat ini tidak ada upaya mencegah kanker anus yang benar-benar efektif. Meski demikian, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kanker anus, antara lain:


  • Melakukan vaksinasi HPV
  • Menghindari perilaku seks yang berisiko
  • Menghentikan kebiasaan merokok
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, terlebih makanan tinggi serat
  • Berolahraga rutin
  • Mengelola stres 
  • Memeriksakan kesehatan anus secara rutin bila berisiko tinggi terkena kanker anus
  • Menjaga kebersihan anus 
  • Mengurangi waktu duduk


Pemeriksaan kesehatan rutin bagi yang memiliki faktor risiko kanker anus, sebaiknya dilakukan setiap 1–2 tahun sekali. Anda bisa menjadwalkan konsultasi dengan dokter spesialis bedah digestif di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk memastikan perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan rutin ini. 


Ingat, deteksi dini adalah kunci keberhasilan penanganan kanker anus. Jadi, jangan tunda berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah digestif di RS Pondok Indah cabang terdekat, terutama bagi Anda yang berisiko tinggi ataupun merasakan gejala kanker anus yang tidak membaik dalam 2 minggu.  


Baca juga: Nyeri Kanker, Ketahui Penyebab dan Penanganannya!



FAQ


Apa Perbedaan Kanker Anus dan Wasir?

Kanker anus dan wasir sama-sama kondisi yang ditandai dengan benjolan pada anus. Namun kedua kondisi ini berbeda. Benjolan karena kanker anus terjadi karena adanya mutasi genetik sehingga pertumbuhan sel anus jadi tidak terkendali. Sedangkan benjolan karena wasir (ambeien) adalah pembengkakan pembuluh darah di area anus yang biasanya disebabkan oleh tekanan berlebih, seperti karena sembelit kronis.


Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter spesialis bedah digestif jika mengalami benjolan pada anus. Agar dokter bisa memastikan penyebab benjolan anus yang Anda alami.


Apakah Ambeien Bisa Menyebabkan Kanker Anus?

Wasir (ambeien) sendiri tidak menyebabkan kanker anus. Namun, gejala wasir, seperti perdarahan rektal, dapat menutupi atau menyamarkan gejala kanker anus. Oleh karena itu, jika seseorang mengalami perdarahan atau keluhan di anus, lakukan pemeriksaan medis ke dokter spesialis bedah digestif.


Seperti Apa Benjolan Kanker Anus?

Penampilan benjolan kanker anus bervariasi, bisa sebagai benjolan yang keras atau lunak di area anus, yang berwarna merah, ungu, bahkan hitam. Besar dan bentuk benjolan bisa berbeda-beda.

Selain benjolan, kanker anus juga sering kali disertai dengan gejala lain, seperti perdarahan, nyeri, gatal, dan keluarnya lendir atau nanah dari anus.


Jadi, periksakanlah kondisi ke dokter spesialis bedah digestif untuk evaluasi lebih lanjut jika benjolan pada anus tidak kunjung hilang atau bertambah besar dengan sangat pesat, maupun disertai dengan gejala lain.




Referensi: 

  1. English KJ. Anal carcinoma - exploring the epidemiology, risk factors, pathophysiology, diagnosis, and treatment. World Journal of Experimental Medicine. 2024. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39312693/). Diakses pada 16 Maret 2025.   
  2. Rao S, Guren MG, et al,. Anal cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow-up. Annals of Oncology. 2021. (https://www.annalsofoncology.org/article/S0923-7534(21)02064-0/fulltext). Diakses pada 16 Maret 2025. 
  3. National Health Service UK. Causes of anal cancer. (https://www.nhs.uk/conditions/anal-cancer/causes/). Direvisi terakhir 11 Maret 2024. Diakses pada 16 Maret 2025. 
  4. Mayo Clinic. Anal cancer. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/anal-cancer/symptoms-causes/syc-20354140). Direvisi terakhir 29 November 2023. Diakses pada 16 Maret 2025. 
  5. Cleveland Clinic. Anal Cancer. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6151-anal-cancer). Direvisi terakhir 27 Juni 2023. Diakses pada 16 Maret 2025.