Mengenali Kepribadian Ganda (DID Disorder) dan Gejalanya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Senin, 24 Februari 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Kepribadian ganda adalah gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya memiliki lebih dari 1 kepribadian. Apa cirinya? Apakah moody termasuk? Simak di sini!

Mengenali Kepribadian Ganda (DID Disorder) dan Gejalanya

Kepribadian adalah suatu sifat dan perilaku yang membedakan satu individu maupun karakter dengan yang lainnya. Pola pikir, emosi, sikap, nilai-nilai, dan sifat yang memengaruhi seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan merupakan beberapa komponen pembentuk kepribadian. 


Faktor genetik dan faktor lingkungan merupakan kondisi yang membentuk suatu kepribadian. Meski belum diketahui dengan pasti, faktor lingkungan (seperti kondisi traumatik) bisa memicu terjadinya gangguan kepribadian, bahkan seseorang memiliki kepribadian ganda atau gangguan identitas disosiatif.


Apa itu Kepribadian Ganda​?

Kepribadian ganda atau dissociative identity disorder (DID disorder) adalah​ masalah kesehatan jiwa yang ditandai dengan lebih dari 1 kepribadian dalam diri seseorang. Kepribadian lain tersebut dalam istilah medis dikenal dengan alter ego. Penderita kondisi ini juga akan merasakan adanya ketidaksinergian antara perasaan, memori, pikiran, perilaku dan identitasnya.


Kebanyakan penderita kepribadian ganda diketahui saat berusia 5-10 tahun. Namun, ada juga beberapa kasus yang baru diketahui pada usia dewasa. Sebab gejala awal kepribadian ganda pada anak sering disalah artikan dengan perubahan sifat maupun gangguan belajar, seperti ADHD.


Kondisi ini perlu dibedakan dengan perubahan mood atau suasana hati yang terjadi secara singkat. Sedangkan penderita kepribadian ganda, yang berubah bukan suasana hatinya, melainkan karakternya.  


Gejala Kepribadian Ganda

Pasien kepribadian ganda bisa dikenali dari beberapa gejala berikut ini:  


  • Memiliki lebih dari 1 kepribadian (alter ego), yang mana masing-masing kepribadiannya memiliki perilaku, jenis kelamin, memori, persepsi dan cara pikir yang berbeda.
  • Amnesia atau ada kesenjangan memori pada aktivitas sehari-hari, informasi personal, maupun pengalaman traumatis.
  • Hambatan dalam bersosialisasi, menjalankan pekerjaan, maupun melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya perbedaan identitas.
  • Mengalami masalah kesehatan jiwa yang lain, seperti kecemasan, delusi, depresi, penyalahgunaan narkoba, upaya melukai diri sendiri, hingga ide bunuh diri.


Penderita DID sendiri mungkin tidak menyadari tengah mengalami kondisi ini, terutama saat kepribadiannya yang lain sedang mengambil alih.


Orang dengan kepribadian ganda bisa saja merasa bahwa ia bukanlah dirinya sendiri. Meski tiap pasien mungkin merasakan sensasi yang berbeda, secara umum gejala kepribadian ganda bisa dirasakan sebagai:


  • Perasaan terpisah dari kenyataan, emosi maupun perasaan diri sendiri 
  • Kebingungan karena adanya perbedaan yang disampaikan oleh kerabat maupun kolega
  • Merasa frustasi karena adanya kesenjangan memori atau ingatan yang salah
  • Frustasi, yang tak jarang berujung sebagai stres, karena tidak bisa mengontrol diri maupun karakter yang muncul sebagai bagian dari kepribadian lain 
  • Merasa sebagai orang ketiga, yang mengamati diri sendiri dari luar tubuh


Jika Anda mulai mencurigai adanya gejala maupun tanda kepribadian ganda pada diri sendiri atau orang tercinta, segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis kesehatan jiwa. Sebab gangguan identitas disosiatif (DID) dapat bertambah parah dan memengaruhi kualitas hidup penderitanya bila tidak segera ditangani.


Baca juga: Mengenal Apa itu Skizofrenia, Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat



Penyebab Kepribadian Ganda

Sampai saat ini, penyebab pasti kepribadian ganda belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga menjadi faktor risiko kepribadian ganda atau meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:


  • Memiliki keluarga yang juga menderita DID
  • Mengalami kekerasan verbal maupun kekerasan fisik
  • Merupakan korban pelecehan seksual atau kekerasan seksual
  • Pola asuh yang membuat anak merasa takut
  • Peristiwa yang sangat traumatik, seperti bencana alam atau kerusuhan
  • Merupakan korban penculikan atau penyiksaan
  • Menjalani prosedur medis untuk pengobatan penyakit tertentu saat kanak-kanak


Diagnosis Kepribadian Ganda

Umumnya dokter spesialis kesehatan jiwa akan melakukan anamnesis psikiatri atau tanya jawab medis seputar kesehatan jiwa untuk menegakkan diagnosis kepribadian ganda. Informasi juga mungkin akan dikonfirmasi dengan melakukan interview pada orang terdekat, baik keluarga maupun teman.


Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi terjadi akibat kondisi medis lain. Dokter juga mungkin akan menyarankan pemeriksaan penunjang, termasuk foto Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk mengkonfirmasi data-data yang telah didapatkan sebelumnya.


Semua data yang didapatkan kemudian akan diolah dan disesuaikan dengan kriteria diagnostik kepribadian ganda sesuai dengan DSM–5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition).


Penanganan Kepribadian Ganda

Sayangnya, penderita gangguan kepribadian ganda tidak bisa sembuh sepenuhnya. Namun, penanganan yang tepat oleh dokter spesialis kesehatan jiwa dapat membantu penderita mengontrol gejala yang mereka alami.


Tujuan penanganan kepribadian ganda adalah menentukan beberapa kondisi di bawah ini:


  • Menemukan dan mengatasi trauma pada masa lalu
  • Mengelola perubahan perilaku yang terjadi secara mendadak
  • Menggabungkan beberapa kepribadian yang dimiliki.


Untuk mencapai tujuan tersebut, psikiater mungkin akan menyarankan beberapa metode terapi kepribadian ganda, meliputi: 


1. Psikoterapi

Psikoterapi bertujuan untuk mengajarkan penderita DID lebih memahami kondisi yang dialami, sehingga bisa menghadapi dan mengatasi kondisi tersebut.


2. Hipnoterapi

Hipnoterapi juga bisa disarankan untuk mengendalikan perilaku yang tidak normal dan memaksimalkan efek psikoterapi.


3. Peresepan obat-obatan

Pemberian obat-obatan untuk mengatasi gejala kepribadian ganda maupun gangguan mental lain, baik berupa obat antidepresan, antipsikotik, maupun obat penenang.


Baca juga: Mengenal OCD: Lebih dari Sekadar Obsesi Akan Kerapihan


Komplikasi Kepribadian Ganda

Meski tidak selalu, kepribadian ganda bisa saja memicu penderitanya mengalami gangguan kejiwaan yang lain. Penderita DID juga sering kali mengalami komplikasi berupa gangguan tidur, upaya melukai diri sendiri, bahkan ide maupun upaya bunuh diri. Untuk itu, segera periksakan diri ke psikiater jika Anda memiliki ide untuk menyakiti diri sendiri, sebelum berkembang lebih jauh dan membahayakan nyawa.


Anda juga sebaiknya membawa orang terkasih maupun kerabat yang menunjukkan gejala DID ke dokter spesialis kesehatan jiwa, sebelum kondisi ini berkembang jadi lebih parah. 


Pencegahan Kepribadian Ganda

Meski tidak ada satu pun metode pencegahan kepribadian ganda yang tengah terbukti efektif, Anda bisa mencegah terjadinya kondisi ini dengan menghindari tindakan atau situasi yang traumatik, termasuk kekerasan, pelecehan, penganiayaan, maupun penelantaran.


Bagi anak yang mengalami atau dicurigai mengalami kejadian traumatik, segera periksakan ia ke dokter anak. Dengan demikian, kejadian traumatik dapat disikapi secara positif, sehingga kemungkinan terjadinya DID pun bisa dicegah.


Meski tidak bisa sepenuhnya disembuhkan, kepribadian ganda bisa dikelola dan dicegah kekambuhan serta keparahannya dengan kontrol serta penanganan tepat dari dokter spesialis kesehatan jiwa. Oleh karena itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikiater jika merasakan keluhan yang menyerupai gejala kepribadian ganda.


Berobat ke dokter jiwa bukanlah hal tabu yang membuat Anda menjadi orang lemah atau tersingkir. Pengobatan dari dokter jiwa justru bisa membantu Anda menjalani hidup dengan lebih optimal.


Di RS Pondok Indah, dokter jiwa berpengalaman akan memberikan penanganan dengan didukung teknologi terkini, termasuk TMS untuk meredakan gejala dari kondisi kejiwaan lain yang sering dialami pasien kepribadian ganda. Semua upaya ini kami hadirkan untuk memberikan pelayanan terbaik dalam mengobati kepribadian ganda dan menjaga kesehatan jiwa Anda serta orang terkasih.


Baca juga: Psikosis PostPartum, Berbahayakah bagi Ibu?



FAQ


Apa Perbedaan Kepribadian Ganda dan Alter Ego?

Kepribadian ganda dan alter ego adalah 2 istilah yang saling berkaitan. Orang yang mengalami kepribadian ganda sering kali berasal dari gangguan psikologis dan tidak dapat dikendalikan oleh penderitanya. Kepribadian lain, selain kepribadian inti lah yang kemudian disebut dengan alter ego.


Apa Beda Bipolar dengan Kepribadian Ganda?

Bipolar dan kepribadian ganda (DID) adalah dua gangguan mental yang berbeda, gejalanya pun berbeda. Penderita bipolar dapat mengalami gangguan dan perubahan pada kepribadian, tetapi tidak memiliki gangguan identitas diri. Sedangkan, pengidap kepribadian ganda dapat memiliki memiliki lebih dari satu kepribadian dan identitas. Hal ini menyebabkan penderita kepribadian ganda seringkali tidak sadar bahwa dirinya tengah mengalami kondisi ini.


Apa Kepribadian Ganda Bisa Sembuh?

Sayangnya, kepribadian ganda atau gangguan identitas disosiatif (DID) tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Namun, pengobatan jangka panjang dan dukungan dari orang terdekat dapat membantu penderita untuk mengatasi gejala dan beraktivitas normal kembali.


Apakah Pengidap Kepribadian Ganda Sadar?

Pengidap kepribadian ganda tidak selalu sadar akan kondisi mereka. Kepribadian ganda seringkali membuat mereka tidak sadar terhadap tindakan yang dilakukan saat diambil alih oleh kepribadian yang berbeda. Oleh sebab itu, kebanyakan orang terdekat penderitalah yang menyadari bahwa si penderita mulai mengalami gejala gangguan disosiatif ini.


Referensi:

  1. Saxena M, Tote S, et al,. Multiple personality disorder or dissociative identity disorder: etiology, diagnosis, and management. Cureus. 2023. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10730093/). Diakses pada 13 Februari 2025.
  2. Zheng S, Song N, et al,. Potential targets for noninvasive brain stimulation on depersonalization-derealization disorder. Brain Sciences. 2022. (https://www.mdpi.com/2076-3425/12/8/1112). Diakses pada 13 Februari 2025.
  3. Dorahy MJ, Huntjens RJ, et al,. The sense of self over time: Assessing diachronicity in dissociative identity disorder, psychosis and healthy comparison groups. Frontiers in Psychology. 2021. (https://www.frontiersin.org/journals/psychology/articles/10.3389/fpsyg.2021.620063/full). Diakses pada 13 Februari 2025.
  4. American Psychiatric Association. What Are Dissociative Disorders? (https://www.psychiatry.org/patients-families/dissociative-disorders/what-are-dissociative-disorders). Direvisi terakhir Oktober 2024. Diakses pada 13 Februari 2025.
  5. Cleveland Clinic. Dissociative Identity Disorder (Multiple Personality Disorder). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9792-dissociative-identity-disorder-multiple-personality-disorder). Direvisi terakhir 7 Juni 2024. Diakses pada 13 Februari 2025.
  6. Mayo Clinic. Dissociative disorders. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dissociative-disorders/symptoms-causes/syc-20355215). Direvisi terakhir 31 Agustus 2023. Diakses pada 13 Februari 2025.