Lupus Eritematosus Sistemik, Penyakit yang Menyerang Banyak Organ 

Oleh Tim RS Pondok Indah

Senin, 21 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Lupus eritematosus sistemik termasuk salah satu penyakit autoimun yang memiliki ciri khas berupa ruam di pipi dan batang hidung yang bentuknya menyerupai kupu-kupu.

Lupus Eritematosus Sistemik, Penyakit yang Menyerang Banyak Organ 

Normalnya, sistem kekebalan tubuh bertugas melindungi tubuh dari infeksi maupun zat berbahaya. Namun, pada lupus eritematosus sistemik, sistem kekebalan tubuh salah mengenali jaringan tubuh sendiri sebagai “musuh”, sehingga membentuk antibodi untuk menyerang sel-sel yang sehat. Penyakit ini bisa menyerang banyak organ sekaligus, yang gejalanya kambuh-kambuhan. 


Pengobatan yang tepat bisa mengontrol gejala lupus, dan mencegah kekambuhannya, sehingga penderitanya bisa beraktivitas normal. 


Apa Itu Lupus Eritematosus Sistemik?

Lupus eritematosus sistemik, atau systemic lupus erythematosus (SLE), merupakan penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan pada beberapa bagian tubuh, termasuk pada kulit, sendi, jantung, paru-paru, ginjal, sel darah, hingga otak. Kondisi yang lebih sering diderita oleh wanita berusia 15-45 tahun ini merupakan jenis penyakit lupus yang paling umum terjadi.


Mengingat beragamnya gejala lupus eritematosus yang sulit dibedakan dengan gangguan kesehatan yang lain, deteksi dini menjadi salah satu langkah penting agar pasien bisa lebih cepat mendapatkan penanganan yang tepat. Sebab keterlambatan penanganan lupus dapat meningkatkan risiko komplikasi, mulai dari gagal ginjal, gangguan jantung, hingga stroke.    


Baca juga: Lupus, Penyakit dengan Seribu Wajah



Penyebab Lupus Eritematosus Sistemik

Sejauh ini, penyebab lupus eritematosus sistemik belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga memicu terjadinya lupus, yakni:


  • Genetik, terutama jika ada anggota keluarga yang memiliki penyakit autoimun
  • Hormon, khususnya hormon estrogen 
  • Lingkungan, misalnya paparan sinar UV, polusi, dan bahan kimia
  • Infeksi virus 
  • Konsumsi obat-obatan, seperti obat tekanan darah, obat antikejang, dan antibiotik
  • Kebiasaan merokok
  • Stres


Gejala Lupus Eritematosus Sistemik 

Gejala lupus eritematosus sistemik sangat beragam dan dapat menyerupai penyakit lain. Kemunculan gejalanya bisa perlahan ataupun tiba-tiba. Namun, kebanyakan gejala lupus eritematosus sistemik muncul secara tiba-tiba dan parah, atau dikenal juga dengan flare


Gejala Umum

Saat kambuh atau mengalami flare, gejala yang mungkin dialami oleh penderita penyakit lupus berupa: 


  • Demam tanpa sebab yang jelas
  • Nyeri dada saat menarik napas
  • Nyeri sendi
  • Kelelahan ekstrem
  • Muncul perasaan gelisah
  • Rambut rontok
  • Penurunan berat badan yang tidak direncanakan
  • Sariawan
  • Lebih sensitif terhadap cahaya
  • Ruam kulit, biasanya ruam berbentuk kupu-kupu di wajah 
  • Pembengkakan kelenjar getah bening, berupa benjolan pada bagian lipat tubuh (termasuk leher maupun ketiak)


Gejala Spesifik

Selain gejala umum, ada pula gejala spesifik dari lupus eritematosus sistemik sesuai dengan bagian tubuh yang diserang, misalnya:


  • Gejala pada otak dan sistem saraf: sakit kepala, lemas, mati rasa, kesemutan, kejang, gangguan penglihatan dan ingatan, maupun perubahan kepribadian
  • Gejala pada saluran pencernaan: sakit perut, mual, dan muntah 
  • Gejala pada jantung: jantung berdebar-debar, nyeri dada, dan artimia 
  • Gejala pada paru-paru: nyeri dada, sesak napas, dan batuk, bahkan batuk berdarah
  • Gejala pada kulit: sariawan, maupun luka pada kulit yang mengalami peradangan
  • Gejala pada ginjal: pembengkakan di kaki, peningkatan tekanan darah, dan kencing berdarah
  • Gejala pada pembuluh darah: radang pembuluh darah, penggumpalan darah di vena atau arteri, fenomena Raynaud


Baca juga: Bisakah Penderita Lupus Sembuh? Pengobatan Lupus untuk Menunda Keparahannya


Faktor Risiko Lupus Eritematosus Sistemik 

Selain itu, ada beberapa faktor yang berisiko lebih besar mengalami lupus eritematosus sistemik, yaitu:


  • Wanita, terutama yang berusia 15–45 tahun
  • Memiliki keluarga yang menderita lupus atau penyakit autoimun lainnya
  • Merupakan orang Asia, Afrika, hispanik, Cina, atau Karibia
  • Faktor lingkungan, seperti paparan sinar ultraviolet yang berlebihan dan paparan asap rokok
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti procainamide, minosiklin, maupun carbamazepine


Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda mengalami beberapa gejala yang mencurigakan seperti gejala lupus dan tak kunjung mereda dalam beberapa hari, seperti kelelahan, demam tanpa sebab yang jelas, berat badan turun tanpa direncanakan, atau nyeri otot dan sendi, jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat. Pemeriksaan ini sangat disarankan, terlebih bila Anda memiliki faktor risiko terjadinya lupus. 


Sebagai catatan, jangan pernah menunggu hingga gejalanya parah. Deteksi dini sangat diperlukan agar kondisi ini dapat segera ditangani, sehingga komplikasi yang menyebabkan masalah kesehatan bahkan kerusakan pada organ, seperti ginjal, otak, dan jantung, bisa dicegah. 


Baca juga: Mengenal Psoriasis, Si Penyebab Gatal dan Pengganggu Penampilan



Diagnosis Lupus Eritematosus Sistemik

Lupus eritematosus sistemik termasuk sulit untuk didiagnosis, karena gejalanya bisa berbeda antar pasien satu dengan lainnya. Untuk menegakkan diagnosis lupus, dokter akan menanyakan riwayat gejala serta faktor risiko yang dimiliki oleh pasien. Selanjutnya, dokter akan memeriksa kondisi kulit, sendi, rambut, mulut, dan organ tubuh lainnya untuk mendeteksi ada tidaknya kondisi yang mengarah pada gejala lupus. 


Untuk memastikan, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari:


  • Tes darah lengkap
  • Tes antibodi antinuklear (ANA), untuk mendeteksi keberadaan antibodi yang dimiliki oleh penderita lupus
  • Tes urine, untuk melihat ada tidaknya protein atau sel darah dalam urine 


Jika hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil positif lupus, dokter dapat melakukan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui organ tubuh yang diserang, misalnya:


  • Rontgen dada atau CT scan paru, jika pasien mengalami keluhan sesak napas atau nyeri dada
  • Elektrokardiogram (EKG) atau ekokardiografi, jika ada keluhan berupa jantung berdebar maupun denyut jantung tidak beraturan
  • Biopsi ginjal dan kulit, untuk memeriksa apakah sistem kekebalan tubuh menyerang ginjal dan kulit


Baca juga: Apakah Rematik Bisa Sembuh? Penanganan Rematik untuk Memperlambat Keparahannya


Perawatan Lupus Eritematosus Sistemik 

Perawatan lupus eritematosus sistemik dilakukan dengan pemberian obat-obatan, yang bertujuan untuk mengendalikan gejalanya, sehingga flare bisa dicegah dan penderita lupus bisa menjalani aktivitasnya dengan normal.


Untuk itu, dokter bisa merepkan obat-obatan berupa:


  • Obat analgetik, untuk mengurangi nyeri sendi dan otot
  • Kortikosteroid, untuk mengurangi peradangan
  • Imunosupresan, untuk menekan kerja sistem imun
  • Antimalaria, untuk mencegah kekambuhan lupus
  • Agen biologis, untuk meredakan gejala lupus berat 


Komplikasi Lupus Eritematosus Sistemik 

Apabila penanganannya tidak tepat, lupus eritematosus sistemik bisa menimbulkan kerusakan organ maupun beragam komplikasi lain, seperti:



Selain itu, lupus eritematosus sistemik juga bisa meningkatkan risiko komplikasi kehamilan pada ibu hamil. 


Baca juga: Diabetes: Penyebab, Gejala, dan Penanganan


Pencegahan Lupus Eritematosus Sistemik

Karena penyebab lupus eritematosus sistemik tidak diketahui secara pasti, belum ada cara yang benar-benar ampuh mencegah kondisi ini. Namun, bagi orang dengan faktor risiko lupus, Anda bisa mencegah flare atau kekambuhan gejala dengan menerapkan beberapa tips pola hidup sehat berikut ini:


  • Oleskan tabir surya ke seluruh bagian tubuh yang terpapar sinar matahari setiap akan beraktivitas di luar ruangan. 
  • Kenakan topi lebar atau baju dan celana panjang saat beraktivitas di luar ruangan. 
  • Jangan terlalu lama beraktivitas di bawah paparan sinar matahari, terutama antara pukul 10 pagi hingga 4 sore, di saat indeks UV paling tinggi. 
  • Jangan merokok. 
  • Kelola stres dengan bijaksana. 
  • Cukupi waktu tidur. 
  • Jaga berat badan ideal. 
  • Konsumsi makanan bergizi seimbang dan hindari makanan tinggi lemak jenuh, gula, maupun garam. 


Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit autoimun yang belum bisa disembuhkan, tetapi gejalanya bisa dikelola. Dengan pengobatan yang tepat yang dibarengi perubahan gaya hidup, penderita penyakit lupus tetap bisa menjalani hidup dengan optimal.


Tentu saja, kunci pengelolaan penyakit ini adalah diagnosis dini dan kontrol rutin. Oleh sebab itu, jika Anda mengalami gejala penyakit lupus, segera jadwalkan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat.


Dokter dapat menjalankan pemeriksaan yang komprehensif dan memberikan penanganan sedini mungkin. Dengan begitu, kondisi ini pun dapat dikendalikan dan komplikasinya bisa dicegah.


Baca juga: Multiple Sclerosis: Penyakit Autoimun yang Merusak Saraf 



FAQ


Lupus Eritematosus Sistemik Apakah Berbahaya?

Lupus eritematosus sistemik dapat menjadi kondisi yang berbahaya. Sebab, SLE akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh penderitanya menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.

Terlebih lagi, gejala penyakit ini bisa berbeda-beda pada setiap orang. Akibatnya, penyakit ini terkadang terlambat dideteksi dan ditangani.


Padahal jika tidak ditangani dengan baik, penyakit lupus eritematosus sistemik dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal ginjal atau penyakit jantung.


Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan Lupus Eritematosus Sistemik untuk Merusak Organ?

Waktu yang dibutuhkan lupus eritmatosus sistemik untuk merusak organ bervariasi antara individu, tergantung dari organ yang terdampak dan keparahan penyakit. Dalam beberapa kasus, penderita mungkin mengalami kerusakan organ dalam waktu singkat, tetapi ada pula individu yang tidak mengalami komplikasi selama bertahun-tahun.


Berapa Harapan Hidup Seseorang dengan Lupus Eritematosus Sistemik?

Harapan hidup bagi individu dengan lupus eritmatosus sistemik terbilang cukup baik. Sekitar 85% pasien memiliki angka harapan hidup lebih dari 10 tahun setelah diagnosis. Namun, angka harapan hidup bergantung pada beberapa faktor, seperti usia saat diagnosis, gejala yang dialami, dan ketaatan dalam berobat.


Pasien lupus eritmatosus sistemik tetap dapat menjalani hidup dengan normal. Kuncinya adalah deteksi dini dan manajemen penyakit yang baik. Oleh sebab itu, penting untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam ketika mengalami gejala lupus, terutama bagi individu yang memiliki faktor risiko.


Lupus Eritematosus Apakah Menular?

Lupus eritmatosus sistemik bukanlah penyakit menular. Penyakit ini merupakan gangguan autoimun yang tidak bisa ditularkan melalui kontak fisik, udara, ataupun cairan tubuh. Penyebab pastinya memang belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor genetik, lingkungan, dan hormonal diduga memicu timbulnya penyakit lupus.



Referensi:

  1. McElhone K, Abbott J, et al,. Flares in patients with systemic lupus erythematosus. Rheumatology. 2021. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33325488/). Diakses pada 15 April 2025. 
  2. National Health Service UK. Lupus. (https://www.nhs.uk/conditions/lupus/). Direvisi terakhir 19 Juli 2023. Diakses pada 15 April 2025.  
  3. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Systemic Lupus Erythematosus (Lupus). (https://www.niams.nih.gov/health-topics/lupus). Direvisi terakhir Oktober 2022. Diakses pada 15 April 2025. 
  4. Cleveland Clinic. Lupus (Systemic Lupus Erythematosus). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4875-lupus#diagnosis-and-tests). Direvisi terakhir 6 September 2023. Diakses pada 15 April 2025. 
  5. Mayo Clinic. Lupus. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lupus/symptoms-causes/syc-20365789). Direvisi terakhir 21 Oktober 2022. Diakses pada 15 April 2025.